Anda di halaman 1dari 21

Dismenore

Disusun Oleh : Kelas F (Kab. Sukabumi)


Kelompok : 1
1. Nisa 4. Syifa 7. Riah 10. Teti 13. Abdul Kohar
2. Titin 5. Faizal 8. Andrian 11. Ayi 14. Asih
3. Dikdik 6. Marwiyah 9. Iwan 12. Herina 15. Aas Santana
Assalamualaikum wr.wb
*Pengertian*
Nyeri haid/ dismenore adalah nyeri/ kram di perut bagian bawah yang mucul sebelum/ sewaktu menstruasi.
Pada bagian wanita dismenore bisa berlebihan hingga mengganggu aktifitas seharihari. Ditandai kram di bagian
bawah perut, kondisi tersebut normal terjadi setiap bulan dan tidak perlu dikhawatirkan karena merupakan
proses yng terjadi secara alami di rahim wanita. Seiring bertambahnya usia,disminore juga akan menghilang
secara bertahap.
- Jenis Dismenore:
Dismenore terdiri dari dua jenis, berikut penjelasannya untuk membedakan jenis nyeri haid:
1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nama lain dari nyeri haid yang biasa terjadi. nyeri atau kram biasanya terjadi pada satu
atau dua hari sebelum wanita mendapatkan menstruasi.
Nyeri biasanya terasa di perut bawah atau punggung, bisa nyeri ringan sampai nyeri berat. Kram menstruasi
biasanya mulai sesaat sebelum atau pada awal haid dan terus berlanjut satu sampai tiga hari. Nyeri akan
berkurang seiring bertambahnya usia wanita dan dapat berhenti sepenuhnya setelah memiliki bayi pertamanya.
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri yang disebabkan kelainan pada
organ reproduksi wanita. Kelainan ini di antaranya, adenomiosis,
endometriosis, fibroid rahim, atau infeksi.
Nyeri haid jenis ini biasanya mulai lebih awal dalam siklus
menstruasi dan berlangsung lebih lama dari kram menstruasi. Nyeri sering tidak
disertai mual, muntah, kelelahan, atau diare.
Tanda Gejala
1. Dismenore Primer
Gejala dismenore primer di antaranya:
• Nyeri haid segera setelah menarche atau haid pertama (6 bulan)
• Nyeri biasa selama 48-72 jam (sering dimulai beberapa jam sebelum atau setelah aliran menstruasi)
• Kram
• Latar belakang nyeri perut bagian bawah yang konstan, menjalar ke punggung atau paha
• Temuan pemeriksaan pelvis yang tidak biasa (termasuk dubur)
2. Dismenore Sekunder
Berikut ini gejala dari dismenore sekunder:
• Dismenore dimulai pada usia 20-an atau 30-an, setelah siklus sebelumnya yang relatif tidak menyakitkan.
• Aliran menstruasi yang berat atau perdarahan yang tidak teratur.
• Adanya Kelainan panggul.
• Tidak merespons obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID) atau kontrasepsi oral (OC)
• Infertilitas.(Tidak kunjung hamil walaupu telah melakukan hub seks)
• Dispareunia (nyeri vagina terus-menerus).
• Keputihan.
Fatofisiologi Dismenorea primer
Dismenorea primer (primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan     pertama
setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle)
ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (sloughing
endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui
kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe
dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi.
Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis
dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan
miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada di
endometrium sekretori (Willman, 1976)
Lanjutan….
Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung
pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin mediated).
Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang
(prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar
prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita
dengan dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri (Helsa, 1992; Eden, 1998).
Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir
fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan
(Dawood, 1990). 
Fatofisiologi Disminore sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun
paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless
cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by
definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum
termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory
disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006)
mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis
berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :
a. Endometriosis i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
b. Pelvic inflammatory disease k. Transverse vaginal septum
c. Tumor dan kista ovarium i. Pelvic congestion syndrome
d. Oklusi atau stenosis servikal j. Allen-Masters syndrome
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
Pemeriksan Penunjang Gejala
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang
penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul.
 Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dismenorea:
1. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi.
3. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.
4. Sedimentation rate.
5. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam mengevaluasi
wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang relatif rendah.
6. Laparoscopy
7. Hysteroscopy
8. Dilatation
9.     Curettage
10.  Biopsi Endomentrium
Lanjutan
Nyeri haid berlebihan juga bisa disertai dengan gejala lain, seperti:
• Menstruasi tidak lancar
• Perdarahan dari vagina saat tidak haid
• Keputihan
• Rasa sakit saat berhubungan intim.
Juga disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter kandungan bila terjadi kondisi berikut:
• Nyeri dirasakan setelah pemasangan
• Nyeri disertai mual, muntah, atau diare.
• Nyeri haid berlebihan selama tiga
siklus berturut-turut.
• Keluar gumpalan darah dari vagina.
• Nyeri di panggul meski tidak sedang menstruasi.
*Pengobatan dan
pencegahan *
• Memijat dan mengompres hangat area perut yang sakit.

• Berolahraga ringan, seperti berjalan santai atau bersepeda.

• Melakukan relaksasi, misalnya dengan yoga

• Mandi air hangat.

• Mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin E, vitamin B6, omega 3, dan magnesium.
• Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti asam mefenamat, untuk meredakan nyeri haid.

• Pembedahan dilakukan jika nyeri haid disebabkan oleh endometriosis dan miom.

*Pencegahan*
• Aktif bergerak.
• Perhatikan asupan makanan.
• Minum teh chamomile.
• Minum wedang jahe
• Hindari stres.
*Pathway*
Meningkatnya kadar prostaglandin yang tinggi (kontraksi otot rahim)

Menekan pembuluh darah di dekatnya

Merangsang kontraksi miometrium meningkat

Vasokontriksi dan Menghambat pasokan oksigen ke jaringan otot rahim

Kontraksi uterus yang berlebih

Berkurangnya aliran darah uterus

Dismenore
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DISMENORE
A. Pengkajian
a. Riwayat menstruasi
 Awitan menarke
 Awitan dismenore yang berkaitan dengan minarke
 Frekuensi dan keteraturan siklus
 Lama dan jumlah aliran menstruas
 Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi
b. Deskripsi nyeri
- Awitan yang terkait dangan masa menstruasi
- Rasa kram spasmodic atau menetap
- Lokasi menyeluruh atau spesifik
- Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah
- Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha
- Memburuk saat palpasi atau bergerak
Llanjutan …
   c.  Gejala yang berkaitan
 Gejala ekstragenetalia
 Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan silus menstruasi.
 Riwayat obstetri-paritas
 Pemasangan AKDR
 Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder.
Lanjutan…
B. Pemeriksaan fisik
a.       Pencatatan usia dan berat badan
b.      Pemeriksaan speculum
        Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.
        Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan pemeriksaan sediaan basah.
        Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan riwayat pasien.
c.       Pemeriksaan bimanual
        Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks
        Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.
        Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.
        Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.
Lanjutan…
C. Diagnosa
1.      Nyeri akut b/d gangguan menstruasi (dismenore)
2.      Intoleransi aktifitas b/d kelemahan umum
3.      Ansietas b/d perubahan status kesehatan
4.      Kurang pengetahuan tentang proses terjadinya dismenore b/d kurang informasi.
Lanjutan…
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b/d gangguan Setelah diberikan askep selama 1x24 jam Jelaskan dan bantu klien Pendekatan dengan
menstruasi (dismenore) diharapkan nyeri  pasien berkurang dengan tindakan pereda nyeri menggunakan relaksasi dan
  dengan kriteria hasil : Nyeri nonfarmakologi dan non invasif nonfarmakologi lainnya telah
berkurang/dapat diadaptasi, Dapat
mengindentifikasi aktivitas yang menunjukkan keefektifan
meningkatkan/menurunkan nyeri, skala dalam mengurangi nyeri.
nyeri ringan. Ajarkan penggunaan kompres Meringankan kram abdomen.
hangat.
Ajarkan Relaksasi : Tehnik- Akan melancarkan peredaran
tehnik untuk menurunkan darah, sehingga kebutuhan O2
ketegangan otot rangka, yang oleh jaringan akan terpenuhi,
dapat menurunkan intensitas sehingga akan mengurangi
nyeri dan juga tingkatkan nyerinya.
relaksasi masase.   
Observasi ulang tingkat nyeri, Pengkajian yang optimal akan
dan respon motorik klien, 30 memberikan perawat data yang
menit setelah pemberian obat obyektif untuk  mencegah
analgetik untuk mengkaji kemungkinan komplikasi dan
efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 melakukan intervensi yang
jam setelah tindakan  perawatan tepat.
selama 1 - 2 hari. nalgetik memblok lintasan
Kolaborasi dengan dokter, nyeri, sehingga nyeri akan
pemberian analgetik. berkurang.
Lanjutan…
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2 Intoleransi aktifitas b/d Setelah diberikan askep selama Berikan istirahat cukup dan istirahat cukup dan tidur
nyeri dismenore 1x24 jam diharapkan Ps tidur 8 – 10 jam tiap malam cukup menurunkan
 menunjukan perbaikan toleransi kelelahan dan
aktifitas dengan kriteria hasil Ps meningkatkan resistensi
dapat melakukan aktifitas terhadap infeksi
Hindari aktivitas yang Istirahat yang cukup
membuat lelah dapat menurunkan stress
dan meningkatkan
kenyamanan.

3 Ansietas b/d ineffektif Setelah diberikan askep selama Jelaskan prosedur yang Informasi memperkecil
koping individu 1x24 jam diharapkan kecemasan diberikan dan ulangi dengan rasa takut dan ketidaktauan
menurun dengan kriteria hasil Ps sering
tenang dan dapat Anjurkan dan berikan membuat perasaan
mengekspresikan perasaannya. kesempatan pada pasien terbuka dan bekerja sama
untuk mengajukan
pertanyaan dan menyatakan
masalah
Ajarkan teknik relaksasi; pengalihan perhatian
latihan napas dalam, selama dismenore dapat
imajinasi terbimbing menurunkan ketakutan
dan kecemasan
Lanjutan…
NO
NO Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan
Tujuan Intervensi
Intervensi Rasional
Rasional
3 Kurang pengetahuan Setelah diberikan askep selama Bantu pasien mengerti Menyiapkan pasien untuk
tentang proses 1x24 jam diharapkan Ps tahu, tentang tujuan jangka mengatasi kondisi serta
terjadinya dismenore mengerti, dan patuh dengan pendek dan jangka panjang memperbaiki kualitas hidup
b/d kurang informasi. program terapeutik dengan Ajarkan pasien tentang Mengajarkan pasien
kriteria hasil Ps mengerti tentang penyakit dan perawatannya. tentang kondisinya adalah
penyakitnya dan apa yang salah satu aspek yang
mempengaruhinya. paling penting dari
perawatannya.
Jelaskan pada klien Pengetahuan apa yang
tentang etiologi/faktor diharapkan dapat
dismenore. mengembangkan
kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik
Lanjutan…
4. Implementasi
• Implementasi menyesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
yang di rencanakan

5. Evaluasi
Masalah Klien semua teratasi (S O A P)
Wassalamualaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai