Anda di halaman 1dari 58

Kelompok 4

Modul Masalah Kesehatan di Daerah Rawa Gambut


Kelompok 4
Fasilitator : Ravenalla Abdurrahman Al Hakim Sampurna Putra, SKM, M. PH

Hasnawati FAA 117 012


Khusya Ibliyah FAA 117 013
Amirah Dumasari Fakhriyah H. FAA 117 014
Cindy Ayu Fitri FAA 117 016
Lolita Divaprilia FAA 117 017
Nadia Sabella Hanifah FAA 117 045
M. Muhyiddin Khazin FAA 117 047
Yorika Indra Ayu FAA 117 048
Lidya Nur Hayya FAA 117 049
Asap Kebakaran Lahan Gambut

Anak berusia lima tahun dibawa orang tuanya ke Puskesmas


karena sesak nafas. Hasil anamnesa diperoleh keterangan bahwa
sebelumnya tidak pernah ada riwayat sesak nafas. Sudah lebih
dari 1 minggu daerah tempat tinggal mereka diliputi asap
kebakaran lahan gambut. Pada hari yang sama dipenuhi pasien
dewasa maupun anak-anak yang mengeluh batuk dan sesak
nafas di Puskesmas tersebut. Kunjungan pasien dengan keluhan
yang sama semakin bertambah setiap hari. Kepala puskesmas
mengambil keputusan untuk menanggulangi masalah tersebut.
Kata Sulit
0 Lahan Gambut
1 sebuah lahan dengan tanah jenuh air yang terbentuk dari endapan akibat
sisa-sisa tumbuhan yang melapuk dengan ketebalan 50 cm

0 Sesak nafas (Dyspneu)


2 merupakan keadaan sulit bernafas yang ditandai dengan nafas pendek
dan penggunaan otot-otot pernafasan
Kata Kunci
1. Identitas pasien: anak, usia 5 tahun

2. KU: sesak nafas

3. RPD: (-) sesak nafas

4. Keterangan Tambahan:
 terjadi kebakaran lahan gambut disekitar tempat tinggal pasien, dengan durasi

paparan lebih dari 1 minggu


 terdapat pasien dewasa dan anak-anak yang mengeluhkan keluhan sama yaitu

sesak nafas dan batuk-batuk


 Pasien di Puskesmas meningkat tiap hari
Identifikasi
Masalah
Anak berusia 5 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan sesak nafas dan dari hasil anamnesis diperoleh
keterangan bahwa sebelumnya tidak pernah ada riwayat sesak
nafas. Sudah lebih dari 1 minggu daerah tempat tinggal mereka
diliputi asap kebakaran lahan gambut dan pada hari yang sama
banyak pasien dewasa dan anak-anak mengeluhkan batuk dan
sesak nafas.
Analisis Masalah Anak 5 tahun

Puskesmas

KU : RPD : Ket. Tambahan :


Sesak nafas (-) sesak nafas 1. Tempat tinggal berasap > 1
Batuk minggu
2. Bayak pasien dewasa dan anak-
Gangguan system anak batuk dan sesak
pernafasan 3. Kunjungan batuk dan sesak
bertambah setiap hari
Dx
ISPA
Dampak asap kebakaran lahan
gambut
Definisi - Prognosis

Faktor Zat dan partikel hasl Pencegahan dampak Penanggulangan


Epidemiologi dampak kebakaran
lingkungan pembakaran kebakaran
Hipotesi
s
Anak 5 tahun ke Puskesmas diduga mengalami ISPA yang
diakibatkan oleh asap kebakaran lahan gambut. Oleh karena itu,
kepala Puskesmas melakukan upaya penanggulangan, pencegahan dan
tata laksana masalah kesehatan.
Pertanyaan Terjaring
1. DX: ISPA a. Tanda dan gejala
a. Definisi b. Faktor risiko (faktor lingkungan yang
b. Etiologi mempengaruhi penyakit)
c. Epidemiologi c. Penegakkan diagnosis
d. Patogenesis d. Tata laksana
e. Patofisiologi e. Pencegahan
f. Klasifikasi f. Komplikasi
g. prognosis
2. Jelaskan karakteristik lahan gambut!
3. Jelaskan bahan apa saja yang terkandung di dalam asap!
4. Jelaskan dampak kebakaran lahan gambut terhadap kesehatan!
5. Bagaimana penanggulangan dampak asap hasil kebakaran terhadap Kesehatan?
6. Bagaimana upaya pencegahan dampak asap hasil kebakaran terhadap kesehatan?
7. Bagaimana mekanisme terjadinya sesak nafas akibat kebakaran lahan gambut?
8. Apa upaya yang dapat dilakukan oleh kepala Puskesmas untuk menanggulangi
akibat kebakaran lahan gambut?
1. DX : ISPA
Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan
akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, faringitis,
dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis,
bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14
hari.
Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit
tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli
beserta organ seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura .
Etiologi
● Bakteri penyebab ISPA : genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia, Korinebakterium
● Virus penyebab ISPA : Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,
Pikornavirus
Epidemiologi
ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan salah satu penyakit
pernapasan yang timbul seiring semakin parahnya kabut asap. ISPA semakin
mewabah di kalangan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yang terbakar.
Misalnya saja masyarakat kota Batam, Kepulauan Riau yang telah menjadi korban
karhutla Riau, dan kalimantan. Asap kebakaran hutan menyebabkan meningkatnya
penderita ISPA hingga 100 persen pada bulan September 2019 atau dua kali lipat bila
dibandingkan dengan Agustus 2019. 
Patofisiologi
• ISPA terjadinya infeksi antara virus, bakteri dan flora normal di saluran
nafas yang dapat merubah kolonisasi bakteri di saluran pernafasan.
• Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti refleksi
bersin, batuk, refleksi epiglottis, dan fagositosis.
• Menurunnya daya tahan tubuh, maka bekteri pathogen dapat melewati
sistem pertahanan tersebut, akibatnya invasi ke daerah saluran
pernafasan atas maupun bawah.
Patogenesis
Klasifikasi
● Berdasarkan anatominya, ISPA dibagi menjadi 2 kelompok, ISPA atas dan
ISPA bawah.
Menurut Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut, derajat
keparahan ISPA terbagi atas 2 kelompok usia, yaitu: 5,13
● 1. Kelompok usia < 2 bulan, klasifikasinya adalah sebagai berikut:
a. Pneumonia Berat
b. Bukan Pneumonia
● 2. Kelompok usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun, klasifikasinya
adalah sebagai berikut :
a. Pneumonia berat
b. Pneumonia
c. Bukan Pneumonia
Tanda dan
Gejala
Tanda dan Gejala Umum
- Demam - Retraksi intercostal
- Batuk - Gambaran paru abnormal
- Serak - Pemeriksaan darah abnormal
- Pilek
- Nafas cepat dan dalam
- ͦ
Suhu tubuh meningkat > 39 C
Faktor Resiko
• Faktor lingkungan
 Pencemaran udara
 Ventilasi rumah
 Kepadatan hunian
• Faktor perilaku
Penegakkan

Diagnosis
By doctor's evaluation: patients typical symptoms.
• Trouble breathing, are not drinking, or have a fever for more than a
day or two.
• X-rays of the neck and chest may be taken in children who have
difficulty breathing, stridor, or wheezing or if the doctor can hear
congestion in the lungs.
• Blood tests and tests of respiratory secretions are rarely helpful.
Tatalaksana
• Terapi oksigen
• ibuprofen atau paracetamol, jika ada demam dan nyeri otot.
• Diphenhydramine dan pseudoephedrine, jika ada pilek dan
hidung tersumbat.
• Obat batuk; mukolitik atau ekspektoran
• Antibiotik, jika ditemukan bahwa ISPA disebabkan oleh bakteri
Komplikasi
• Berfentinya fungsi paru (henti nafas)
• Peningkatan kadar CO2 dalam darah
• Gagal jantung
Pencegahan
 Meminimalkan terpapar asap, bisa dilakukan dengan mengurangi
aktivitas di luar, tutup jendela dan pintu rumah, kurangi merokok
 Menggunakan masker bila berada diluar ruangan
 Pola hidup bersih dan sehat seperti makan bergizi, istirahat cukup
 Menghilangkan sumber asap kebakaran
 Mencegah kontak langsung dengan penderita ISPA
Prognosis
● Ad vitam : Dubia Ad Bonam
● Ad functionam : Bonam
● Ad sanationam : Bonam
2. Jelaskan karakteristik
Lahan Gambut
Karakteristik Gambut
● KARAKTERISTIK FISIK

● KARAKTERISTIK KIMIA

● KARAKTERISTIK BIOLOGI
Sifat Fisik Tanah Gambut
 Sifat fisik gambut yang penting adalah :
a. Tingkat dekomposisinya
b. Bobot isi (bulk density)
c. Kering tak balik (irreversible drying)
d. Terjadinya penyusutan (subsidence)
Sifat Kimia Tanah Gambut
● Kesuburan alamiah gambut sangat beragam, tergantung
pada beberapa faktor :
a. Ketebalan lapisan tanah gambut,
b. Komposisi tanaman penyusun gambut
c. Tingkat pelapukan gambut
d. Tanah mineral di bawah lapisan gambut
e. Lingkungan pembentukannya
Kesuburan Tanah Gambut
Tanah gambut umumnya mempunyai tingkat kesuburan tanah
yang rendah. Hal ini dicirikan oleh reaksi tanah yang masam
hingga sangat masam, miskin unsur hara, KTK sangat tinggi dan
kejenuhan basa yang rendah. Kesuburan yang rendah juga
disebabkan oleh rendahnya bobot isi dan umumnya hara Berada
dlm bentuk senyawa organik, misal: N-asam amino, N-protein, P-
fosfolipid, P-inositol dll
Kesuburan Gambut ditentukan oleh :
1. Tingkat dekomposisi, makin lanjut/matang makin baik.
Kesuburan G. Saprik>Hemik>Fibrik
2. Ketebalan (kedalaman), makin tebal makin miskin.
3. Letak topografi gambut, makin dekat sungai atau pantai kualitas makin baik, makin ke
pedalaman makin jelek.
4. Kualitas air yg dominan mempengaruhi: makin baik kualitas air yg berpengaruh makin baik
kualitas gambut.
 Gambut topogen (air tanah) lebih baik dari
gambut ombrogen (air hujan).
 Gambut pasang surut/pantai (air sungai/laut)
lebih baik dari gambut pedalaman (air hujan).
5. Kualitas lapisan tanah mineral di bawahnya, contoh endapan liat>pasir kuarsa.
6. Kualitas (Komposisi Penyusun) bahan induk organik,
g. endapan > g. Berserat > g. berkayu.
• Tanah gambut di Indonesia sebagian besar bereaksi masam
hingga sangat masam dengan pH < 4,0.
 Kisaran pH H2O (1 : 5) tanah gambut Kalimantan Tengah
adalah sebesar 3,90 hingga 4,33. Kemasaman tanah
gambut berhubungan erat dengan kandungan asam-
asam organiknya, yaitu asam humat dan asam fulvat.
Karakteristik Biologi
Gambut
1. Aktivitas Mikroorganisme heterotrof Rendah
2. Kendala Agronomi
3. Jelaskan bahan apa saja
yang terkandung di dalam
asap!
Komposisi Asap
• Terdiri dari campuran C-org, elemen C, S dan K dengan konsentrasi
tinggi
• PM 10 dan PM 2.5
• Amonia yang bereaksi dengan oksida N dan S membentuk partikel
halus
• Gas CO, CO2, NOx, SOx, aldehida, Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH)
dan senyawa organik volatil (VOC)
Komposisi Asap
• PM (particulate matter)
Dapat berbentuk padat maupun droplet. Partikel PM10 dan PM2.5 dari asap
dapat terhirup masuk ke paru-paru dan menyebabkan iritasi paru,
kerusakan jaringan paru dan menyebabkan permasalahan pernafasan
dan kardiovaskular.

• Karbon Monoksida
CO berhubungan dengan peningkatan kematian akibat permasalahan
pernafasan dan kardiovaskuler. Inhalasi CO dapat sampai ke paru-paru
dan ikut ke dalam peredaran darah dan akan menghalangi ikatan oksigen
dengan Hb.
• Sulfur dioksida
Penyakit pernafasan khususnya asam berkaitan dengan peningkatan
konsentasi Sox . Pajanan sulfur dioksida selama 5 menit dapat menginduksi
bronkokonstriksi secara cepat (VEP menurun) dan terjadi tahanan jalan
nafas.

• Nitrogen Oksida
Senyawa NO bersifat iritan. Zat ini dapat sampai ke alveoli dalam bentuk
HNO2 atau HNO3
dan akibatnya terjadi gangguan mekanisme pembersihan mukosiliar dan
makrofag alveoli serta efeknya bersifat kronik.
4. Jelaskan dampak
kebakaran lahan gambut
terhadap kesehatan!
1. Kebakaran hutan/lahan gambut secara nyata berpengaruh terhadap terdegradasinya kondisi
lingkungan, kesehatan manusia dan aspek sosial ekonomi bagi masyarakat.
2. Terdegradasinya kondisi lingkungan
1. Perubahan kualitas fisik gambut (penurunan porositas total, penurunan kadar air tersedia, penurunan
permeabilitas dan meningkatnya kerapatan lindak).
2. Perubahan kualitas kimia gambut (peningkatan pH, kandungan N-total, kandungan fosfor dan
kandungan basa total, yaitu: kalsium, magnesium, kalium, dan natrium, tetapi terjadi penurunan
kandungan C-organik).
3. Terganggunya proses dekomposisi tanah gambut karena mikroorganisme yang mati akibat
kebakaran.
4. Suksesi atau perkembangan populasi dan komposisi vegetasi hutan juga akan terganggu (benih-
benih vegetasi di dalam tanah gambut rusak/terbakar), sehingga akan menurunkan keanekaragaman
hayati.
5. Rusaknya siklus hidrologi (menurunkan kemampuan intersepsi air hujan ke dalam tanah, mengurangi
transpirasi vegetasi, menurunkan kelembaban tanah, dan meningkatkan jumlah air yang mengalir di
permukaan (surface run off).

3. Kesehatan manusia
Ribuan penduduk dilaporkan menderita penyakit infeksi saluran pernafasan, sakit mata, dan batuk
sebagai akibat dari asap kebakaran. Kebakaran gambut juga menyebabkan rusaknya kualitas air,
sehingga air menjadi kurang layak untuk diminum.
5. Bagaimana
Penanggulangan Dampak
Asap Hasil Kebakaran
terhadap Kesehatan
Upaya Penanggulangan disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga melakukan

penanggulangan melalui berbagai kegiatan antara lain (Soemarsono, 1997):

1. Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta melakukan

pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga I dan II;

2. Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan dan dana) di semua tingkat, baik di

jajaran Kementerian Kehutanan dan instansi lainnya, maupun perusahaan-perusahaan;

3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui Pusdalkarhutnas

dan di tingkat daerah melalui Pusdalkarhutda Daerah Tingkat I dan Satlak kebakaran hutan

dan lahan.

4. Hal-hal khusus :
- Penggunaan Masker
- Respirator
- Penggunaan air purifier / air cleaner
- Evakuasi
- Penggunaan Oksigen
6. Bagaimana upaya
pencegahan dampak
asap hasil kebakaran
terhadap kesehatan
Pencegahan Dan Penanganan Dampak Kesehatan Akibat
Asap Kebakaran
A. Upaya Primer Hutan
Upaya primer bertujuan untuk mencegah orang-orang tersensitisasi menjadi sakit sebagai akibat
pajanan asap kebakaran hutan.
1. Menghilangkan sumber masalah kesehatan yaitu asap kebakaran dengan pemadaman kebakaran.
2. Meminimalkan pajanan asap kebakaran
 Mengurangi aktivitas di luar ruangan (disarankan untuk berada di dalam rumah). Perhatian khusus
pada anak-anak untuk tidak bermain di luar rumah karena anak-anak termasuk yang sangat
rentan/berisiko.
 Hindari menambah polusi di dalam rumah misalnya merokok di dalam rumah, menyalakan lilin,
perapian ataupun sumber api lainnya dalam rumah.
 Tutup jendela dan pintu rumah rapat-rapat untuk mengurangi masuknya partikel ke dalam rumah.
Tindakan ini mengurangi jumlah partikel yang dapat masuk ke dalam rumah/ruangan. Umumnya
partikel yang halus masih dapat masuk dalam ke rumah/ruangan.
 Bila tersedia, gunakan air conditioner (AC) di dalam rumah dengan syarat ubah ke mode recirculate.
Penggunaan air purifier / air cleaner bermanfaat menurunkan kadar partikel dalam rumah.
 Penyediaan shelter atau rumah singgah yang mempunyai kualitas udara baik dengan
penggunaan AC mode recirculate dan air purifier/ air cleaner yang dapat digunakan
oleh masyarakat terutama kelompok sensitif.
 Apabila berada di luar ruangan, hindari aktivitas fisik berat termasuk olah raga.
 Apabila berkendaraan mobil, tutup semua jendela mobil dan nyalakan AC dengan
mode recirculate .
  Gunakan masker atau respirator untuk mengurangi masuknya partikel ke dalam
saluran napas dan paru (terutama bila beraktivitas di luar ruangan). Perhatikan cara
penggunaan masker atau respirator yang benar dan tepat. Penggunaan masker atau
respirator yang tidak benar mengurangi efektivitas proteksi memfiltrasi/menyaring
partikel.
 Apabila berpergian, hindari kawasan atau area dengan kualitas udara yang tidak
sehat dan berbahaya.
3. Memantau kualitas udara untuk bisa mengambil keputusan beraktivitas di luar rumah.
Pemantauan dapat dilakukan dengan melihat laporan-laporan kualitas udara dari media
(Indeks standard pencemaran udara/ISPU). Nilai ISPU 200-300 kategori tidak sehat dan ISPU
> 300 berbahaya. Apabila tidak dapat akses informasi kualitas udara, dapat melakukan
penilaian kualitas udara berdasarkan jarak pandang yang disebut visibility reducing
particle (Tabel 4).
4. Lakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti makan bergizi, istirahat cukup, cuci
tangan dan lainnya. Sering mencuci tangan terutama setelah menggunakan fasilitas umum
(mencuci tangan dapat menggunakan air atau handsrub berbasis alkohol).
B. Upaya Sekunder
Upaya skunder bertujuan untuk deteksi dini dan pengobatan dini masalah kesehatan yang
muncul sebagai dampak asap kebakaran hutan.
1. Mengenali gejala-gejala atau keluhan yang timbul sebagai dampak kesehatan akibat asap
kebakaran hutan. Pada orang dengan penyakit sebelumnya (penyakit jantung, asma, PPOK
dan penyakit paru lainnya), mengenali tanda-tanda terjadinya perburukan atau serangan. Hal
ini sebagai upaya deteksi dini sehingga pengobatan awal dapat segera dilakukan.
2. Mempersiapkan obat-obatan untuk pertolongan awal. Diutamakan bagi yang mempunyai
penyakit sebelumnya agar memastikan bahwa obat-obatan yang dikonsumsi rutin cukup
banyak tersedia di dalam rumah.
3. Segera ke dokter/pelayanan kesehatan terdekat apabila terjadi masalah kesehatan yang
mengganggu atau terjadi perburukan/serangan pada orang yang mempunyai penyakit
jantung atau paru sebelumnya.
4. Evaluasi dampak kesehatan asap kebakaran bagi masyarakat dapat dilakukan oleh
pemerintah setempat berupa skrining berkala (kuesioner, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
fungsi paru dan pemeriksaan foto toraks bila memungkinkan).
Tabel 5 berikut menjelaskan rekomendasi yang dilakukan untuk mencegah dan menangani
dampak kesehatan akibat asap kebakaran berdasarkan kualitas udara.
C. Upaya Tersier
Upaya tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi dan kematian pada populasi yang
sudah menderita penyakit sebagai dampak asap kebakaran hutan.
1. Apabila sudah terkena penyakit sebagai dampak asap kebakaran hutan, stop /
menghentikan kebiasaan yang memperburuk penyakit seperti berhenti merokok.
2. Melakukan pengobatan maksimal dan teratur dengan berobat ke dokter atau fasilitas
pelayanan kesehatan. Mengkonsumsi obat yang diberikan secara teratur.
1. Jika diperlukan perawatan atau rawat inap. Tatalaksana pasien harus dilakukan secara
maksimal oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Rujukan ke tingkat pelayanan lebih tinggi
perlu dilakukan apabila sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang tersedia
belum mencukupi.

Sumber: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).Pencegahan dan Penanganan Dampak Kesehatan Akibat Asap Kebakaran Hutan.
Jakarta: FKUI Press. 2019
7. Bagaimana
mekanisme terjadinya
sesak nafas akibat
kebakaran lahan gambut
?
8. Upaya Yang Dapat Dilakukan
Oleh Kepala Puskesmas Untuk
Menanggulangi Kebakaran
Lahan Gambut
Tiga hal dalam
penanggulangan kabut asap
1. Mencegah adalah melakukan upaya untuk mencegah terjadinya
pembakaran kembali.
2. Menghindari dengan dengan membangun ruangan aman asap.
3. Melindungi masyarakat dari paparan asap.
Peran Dinas Kesehatan
Melalui Puskesmas
1. Menyiapkan Ranap inap & poli umum dibuka 24 jam
2. Menyiapkan rumah oksigen
3. Melakukan penyuluhan baik langsung maupun tidak langsung dengan iklan dll
4. Pembagian masker seperti masker n95
Tindakan dalam penanggulangan
akibat kabut asap
1. Menghindari kegiatan di luar rumah
2. Berprilaku hidup sehat : makan makanan bergizi , tidak merokok dan istirahat yang
cukup
3. Minum vitamin
4. Kurangi penggunaan kendaraan seperti motor, bus, mobil dan semacamnya yang
meningkatkan polusi udara.
Masker
N95
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai