Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS HIPERTIROID

Disusun Oleh:
Audi Beryl Javier (1102016034)
Azura Syahadati (1102014056)
Causa Alina (1102016045)
Dadi Satrio Wibisono (1102013067)
Danti Fadhila (1102016046)
Deshe Karunia Astuti (1102016049)
 
 
Pembimbing :
Dr. dr. Hj. Fatimah Eliana, Sp.PD, KEMD
 
 
KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
PERIODE 2 NOVEMBER – 28 NOVEMBER 2020
IDENTITAS
 Nama : Nn. R
 Umur : 32 Tahun
 Pekerjaan : Karyawan
 Agama : Islam
 Alamat : Jakarta Timur
 Ke poliklinik RS : 29 Juli 2020
ANAMNESIS

 Keluhan Utama :
 Dada berdebar sejak 1 minggu

 Keluhan Tambahan :
 Nyeri dada, sesak nafas, banyak berkeringat
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
 3 bulan yang lalu pasien menderita keluhan dada berdebar. Berdebar dirasakan
setiap saat tanpa dipengaruhi aktivitas.
 Terdapat nyeri dada sebelah kiri, nyeri terasa seperti tertusuk benda tumpul serta
tidak menjalar.
 Dada berdebar dan nyeri tidak berkurang saat istirahat.
 Pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Sesak diperparah setelah pasien melakukan
aktivitas.
 Selain itu, pasien mengeluh keringat selalu keluar dari badannya walau tidak
melakukan aktivitas apapun dan berada pada tempat yang dingin.
 Tangan terasa tremor.
 Pasien mengeluhkan pusing dan badan terasa lemas.
 Mual (-) dan muntah (-) tidak ada. Sakit kepala (-) tidak ada.
 Pandangan tidak ganda (-). Mata tampak normal tidak ada keluhan kering ataupun
lebih menonjol
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
 Ibu pasien juga menderita penyakit seperti ini
 Sejauh ini, pasien pernah dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan
demam tifoid dan usus buntu.
 Pasien mengaku memiliki riwayat hipotensi.
 Diabetes mellitus disangkal.
 Pasien mengaku jarang berolah raga.
 Merokok dan minum- minuman beralkohol disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK STATUS
GENERALIS
 Keadaan Umum : sedang
 Kesadaran : composmentis
 Tekanan Darah : 110/70
 Nadi : 134 kali permenit regular
 Suhu : 36,5°C
 Pernapasan : 20 kali permenit reguler
 Gizi: BB : 55 kg, TB : 165 cm dan IMT : 20,20
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit: Mata:
 Warna : sawo matang  Palpebra : edema (-)
 Pucat : tidak ada  Konjungtiva: tidak anemis
 Jaringan parut : tidak ada  Sklera : tidak ikterik
 Turgor : baik  Lensa: tidak ada eksudat
Kepala:  Eksoftalmus : ada
 Bentuk : normocephal  Refleks cahaya langsung dan tidak
langsung kanan dan kiri positif
 Posisi : simetris
 Muka : normal tanpa jejas
PEMERIKSAAN FISIK
Mulut:
Telinga:  Bau pernapasan : tidak ada
 fungsi pendengaran kesan baik  Tonsil : ukuran T1-T1 tidak hiperemis
 telinga luar: bentuk normal, tidak  Lidah : bersih, tidak deviasi
hiperemis, tidak ada nyeri tekan  Uvula : ditengah tidak deviasi
processus mastoid deus dan tragus,
procesus mastoideus tidak krepitasi,
Kepala:
meatus acusticus externus terdapat
sedikit serumen  JVP : 5-2 cm H2O
 Trakea : ditengah tidak deviasi

Hidung:
 Kelenjar tiroid : membesar difus dan ikut bergerak
ketika menelan, bruit (+)
 Hidung: napas cuping hidung tidak ada  Kelenjar limphonodi: tidak ada pembesaran dan
 Sinus: nyeri tekan tidak ada nyeri tekan pada regio submental, subparietal,
submandibula, colli, dan supraclavicula
 Paranasal: sekret tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Paru: Jantung:
 Inspeksi:  Inspeksi:
 Bentuk dada normal, perbandingan  Bentuk dada normal, perbandingan
anteroposterior dan tranversal adalah 1 : 2, anteroposterior dan tranversal adalah 1 : 2,
tidak ada retrasi sela iga, pergerakan dinding pulsasi iktus cordis terlihat di sela iga ke 5
dada statis dan dinamis simetris kanan dan LMCS
kiri  Palpasi:
 Palpasi:  Pulsasi iktus cordis teraba kuat di sela iga ke 5
 Fremitus taktil dada positif kanan dan kiri LMCS
 Fremitus vokal dada positif kanan dan kiri  Perkusi:
 Perkusi:  Batas jantung kanan: ICS 5 LSD
 Perkusi: Sonor diseluruh lapang paru
 Batas jantung kiri: ICS5, 1 jari medial LMCS
 Auskultasi:
 Batas atas jantung: ICS 4 LPSS
 Suara napas vesikuler
 Suara napas tambahan ekspirasi memanjang,  Auskultasi:
wheezing di akhir ekspirasi dan ronki basah  BJ I-II normal, gallop (-), murmur (-)
kasar pada basal paru kanan
PEMERIKSAAN FISIK
ABDOMEN EKSTREMITAS:
Inspeksi : ATAS BAWAH
 Abdomen terlihat tidak ada jejas dan tidak ada sikatrik
 Abdomen berbentuk datar dan simetris, tidak tampak  Perabaan hangat hangat
pembesaran  Motorik 5555/5555 5555/5555
 Umbilicus terletak ditengah
 Sensorik normal normal
 Tremor +
Palpasi :  Refleks fisiologis +3/+3 +3/+3
 Tidak ada nyeri tekan pada seluruh regio  Refleks patologis
 hoffman -/-
 Hepatosplenomegali tidak ada
 babinski -/-
 undulasi negatif  Tromner -/-
 Vesica urinaria tidak teraba penuh  babinski grup -/-
Perkusi :
 Pulsasi
 arteri radialis teraba
 Timpani seluruh kuadran  arteri dorsalis pedis teraba
 Shifting dullness negatif
Auskultasi :
 Bising usus positif
Pertanyaan:
 Pertanyaan apalagi yang harus ditanyakan pada pasien ini?
 Pemeriksaan fisik apa lagi yang harus dicari pada pasien ini ?
 Masalah pada pasien ini ?
 Rencana diagnosis
 Rencana terapi
 Rencana edukasi
 Prognosis
 Komplikasi yang dapat terjadi
 Patofisiologi terjadinya hipertiroid
 Perbedaan hipertiroid dan tirotoksikosis
Pertanyaan apalagi yang harus ditanyakan pada pasien ini?

• Apakah ada penurunan berat badan dalam beberapa bulan terakhir?

• Apakah ada gangguan siklus menstruasi?

• Apakah ada riwayat kehamilan?

• Apakah ada nyeri menelan?

• Apakah ada penurunan nafsu makan?

• Apakah frekuensi BAB menjadi bertambah dalam beberapa bulan terakhir?


Pemeriksaan fisik apa lagi yang harus dicari pada pasien ini ?

 Pemeriksaan visus
 Pemeriksaan dermatologi pada ekstremitas
MASALAH
1. Penyakit Graves
Anamnesis :
 Dada berdebar sejak 3 bulan yang lalu tanpa dipengaruhi aktivitas, sesak napas,
berkeringat banyak, badan terasa lemas, tangan tremor
 Riwayat penyakit ibu pasien menderita penyakit yang sama

Pemeriksaan Fisik :
 Takikardi,
 eksoftalmus,
 kelenjar tiroid: membesar difus dan ikut bergerak ketika menelan,
 bruit (+),
 tremor (+) pada ekstremitas atas
MASALAH
1. Penyakit Graves

Diagnosis Banding :
• Goiter,
• Tirotoksikosis faktisia,
• tiroiditis subakut,
• karsinoma tiroid
Rencana terapi
Rencana Edukasi Prognosis Komplikasi

• Menjelaskan • Quo ad vitam: • Krisis Tiroid (thyroid


tentang penyakit dubia ad bonam storm)
dan efek samping • Quo ad • Periodic Paralysis
pilihan terapi sanactionam: Thyrotocsicosis
• Rutin • penyakit jantung hip
dubia ad bonam
mengonsumsi • Quo ad ertiroid
• Oftalmopati Graves’
obat functionam: dubia
• Mengurangi diet ad bonam
tinggi iodinn
Patofisiologi Hipertiroid
Sekresi hormon tiroid normalnya dikendalikan oleh mekanisme umpan balik kompleks yang melibatkan
interaksi faktor stimulasi dan penghambat. Thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus
merangsang hipofisis untuk melepaskan TSH.

Pengikatan TSH pada reseptor di kelenjar tiroid menyebabkan pelepasan hormon tiroid — terutama T4 dan
T3 pada tingkat yang lebih rendah. Selanjutnya, peningkatan kadar hormon ini bekerja di hipotalamus untuk
menurunkan sekresi TRH dan dengan demikian sintesis TSH.

Sintesis hormon tiroid membutuhkan yodium. Iodida anorganik dari makanan diangkut ke dalam kelenjar oleh transporter iodida, diubah
menjadi yodium, dan diikat menjadi tiroglobulin oleh enzim thyroid peroksidase melalui proses yang disebut organifikasi. Hal ini
menghasilkan pembentukan monoiodotyrosine (MIT) dan diiodotyrosine (DIT), yang digabungkan untuk membentuk T3 dan T4; kemudian
disimpan dengan tiroglobulin di lumen folikel tiroid. Tiroid mengandung banyak suplai hormon yang telah dibentuk sebelumnya.

Pada penyakit Graves, autoantibodi yang bersirkulasi melawan reseptor tirotropin memberikan stimulasi terus menerus pada
kelenjar tiroid. Imunoglobulin perangsang ini merupakan diagnostik untuk penyakit Graves dan disebut long-acting thyroid
stimulator (LATS), thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI), thyroid-stimulating antibody (TSab), and TSH-receptor antibody
(Trab).
Setiap proses yang menyebabkan peningkatan sirkulasi perifer hormon tiroid yang tidak terikat dapat
menyebabkan tirotoksikosis. Gangguan mekanisme homeostatis dapat terjadi di kelenjar pituitari,
kelenjar tiroid, atau di perifer. Terlepas dari etiologi, hasilnya adalah peningkatan transkripsi dalam
protein seluler, yang menyebabkan peningkatan laju metabolisme basal. Dalam banyak hal, tanda dan
gejala hipertiroidisme menyerupai keadaan kelebihan katekolamin, dan blokade adrenergik dapat
memperbaiki gejala ini.

Pada penyakit Graves, autoantibodi yang bersirkulasi melawan reseptor


tirotropin memberikan stimulasi terus menerus pada kelenjar tiroid.
Imunoglobulin perangsang ini merupakan diagnostik untuk penyakit Graves dan
disebut long-acting thyroid stimulator (LATS), thyroid-stimulating
immunoglobulin (TSI), thyroid-stimulating antibody (TSab), and TSH-receptor
antibody (Trab).

Antibodi ini merangsang produksi dan pelepasan hormon tiroid dan tiroglobulin; mereka juga
merangsang uptake yodium, sintesis protein, dan pertumbuhan kelenjar tiroid. Antibodi anti-
tiroid peroksidase (anti-TPO) dinilai dalam tes nonspesifik untuk penyakit tiroid autoimun.
Meskipun antibodi anti-TPO tidak mendiagnosis penyakit Graves, namun terdapat 85% pasien
dengan gangguan tersebut dan dapat diukur dengan cepat di laboratorium lokal.
Perbedaan hipertiroid dan tirotoksikosis
Hipertiroidisme Tirotoksikosis

 Suatu kondisi di mana ada produksi berlebihan


 Didefinisikan sebagai terlalu banyak hormon tiroid yang beredar di dalam

hormon tiroid.  darah yang mana jumlah hormon tiroidnya lebih banyak dari pada hormon
tiroid yang dihasilkan pada hipertiroidisme.

 Hipertiroidisme bukan situasi darurat dan tidak mengancam  Thyrotoxicosis bisa menjadi situasi darurat yang dapat menyebabkan
jiwa, tetapi bisa berkembang menjadi thyrotoxicosis yang kematian langsung pada orang yang memilikinya.
mengancam jiwa jika tidak diobati dengan obat yang tepat.
 Penyakit tiroid ini dapat muncul akibat banyak kondisi yang yang membuat
kelenjar tiroid melepaskan terlalu banyak hormon ke dalam aliran darah
 Hipertiroidisme paling sering disebabkan oleh Graves’
seperti tiroiditis atau peradangan pada kelenjar tiroid, infeksi virus atau
disease.
bakteri, pengaruh penggunaan obat-obatan (misalnya lithium), anomali pada
sistem kekebalan tubuh penderita.
MASALAH
2. Gangguan pada Paru
Anamnesis :
 Pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Sesak diperparah setelah pasien melakukan aktivitas

Pemeriksaan Fisik :
 Suara napas tambahan ekspirasi memanjang
 wheezing di akhir ekspirasi
 ronki basah kasar pada basal paru kanan

Diagnosis Banding : Pneumonia, efusi pleura, Asma, TB, bronchitis


Rencana terapi
• Antibiotik
• Bronkodilator (ex: agonis beta 2-adrenergik,
antikolinergik, dan teofilin)
• Ekspektoran
Rencana Edukasi Prognosis Komplikasi

• Perilaku hidup • Quo ad vitam: • Pneumotoraks


bersih dan dubia ad bonam • Ateletaksis
sehat • Quo ad
• Hindari
• Fibrosis paru
sanactionam:
merokok dan dubia ad bonam
• Empiema
minuman • Quo ad
beralkohol functionam:
dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai