Anda di halaman 1dari 11

PPH Pasal 23

KELOMPOK 2 :

FAHIRA NURPA WULANDARI


MUHAMMAD HENDRIYANSYAH
NASYA EPRILIA NOVIANTI
RAHMAT APRIYADI
RIDA FEBRIANI
UCI BULANDARI PANGESTI
PPH Pasal 23

adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas


modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan,
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Menurut situs Dirjen Pajak,  umumnya penghasilan jenis ini
terjadi saat adanya transaksi antara dua pihak. Pihak yang
menerima penghasilan atau penjual atau pemberi jasa
akan dikenakan PPh pasal 23. Pihak pemberi penghasilan
atau pembeli atau penerima jasa akan memotong dan
melaporkan PPh pasal 23 tersebut kepada kantor pajak.
Beberapa objek pajak PPh 23 :

1. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali
yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT)
2. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan
minyak dan gas bumi (migas)
3. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek,
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
4. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamphlet,
baliho dan folder;
5. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV Kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; 
DASAR HUKUM PPh PASAL 23

NO. JENIS PERATURAN TENTANG

A. UNDANG-UNDANG No. 36 Tahun Undang-Undang Pajak Penghasilan


2008 (Pasal 23)
B. Peraturan Menteri Keuangan
1. PMK NO. 244/PMK.03/2008 Jenis Jasa Lain yang tercantum dalam Pasal 23 ayat
(1) huruf c UU PPh
2. PMK No. 251/PMK.03/2008 Penghasilan Atas Jasa Keuangan Yang Dilakukan
Oleh Badan Usaha Yang Berfungsi Sebagai
Penyalur Pinjaman Dan/Atau Pembiayaan Yang
Tidak Dilakukan Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 23
1. Pihak pemotong PPh Pasal 23:

 Badan pemerintah;
 Subjek pajak badan dalam negeri;
 Penyelenggara kegiatan;
 Bentuk Usaha Tetap (BUT);
 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
 Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak.

2. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23: 

 Wajib pajak dalam negeri;


 Bentuk Usaha Tetap (BUT)
 
PENGECUALIAN PPH 23
Pemotongan PPh 23 dikecualikan atas: 

1. Penghasilan yang dibayar atau berulang kepada bank;


2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi;
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD,
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
o Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

o Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMB, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

o Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

o SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;

o Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur
pinjaman dan/atau pembiayaan.
Tarif PPh 23
Tarif PPh 23 ada dua yaitu 15% dan 2% tergantung pada objek pajaknya. 
Tarif 15 % Tarif 2%
1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas : 1. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain
a. Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang yang berkaitan dengan penggunaan harta kecuali sewa
pribadi dikenakan final, bunga dan royalti tanah dan/atau bangunan.
b. Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong
PPh pasal 21 2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.

3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah


yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No.
141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada tanggal 24
Agustus 2015.

 Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.

 Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap
Perhitungan PPh Pasal 23 Atas Pendapatan Bunga
Secara umum tarif pph 23 atas pendapatan bunga adalah sebesar 15%, dan apabila pihak yang menerima penghasilan
bunga tidak memiliki NPWP, maka tarif PPh 23 yang dipotong adalah lebih tinggi 100% dari tarif normal atau sebesar 30%
(Pasal 23 ayat (1a) UU Nomor 36 Tahun 2008)

Contoh PPh 23 atas Bunga Pinjaman


PT. Cipta Gemilang memperoleh pinjaman modal kerja dari PT. Rekamaya sejumlah Rp. 1.000.000.000,- dan dibuatlah perjajanjian hutang
piutang antara kedua belah pihak. Atas transaksi tersebut PT. Rekan Sejahtera memperoleh jasa atau bunga 5% per bulan dihitung dari nilai
pokok pinjaman.
 
PT. Cipta Gemilang merupakan pihak pemungut PPh 23, Transaksi pembayaran bunga yang dilakukan perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut :
Hutang Bunga : 5% X Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 50.000.000,-
PPh 23 : (5% X Rp. 1.000.000.000,-) X 15% = Rp. 7.500,000,-
 
PT. Cipta Gemilang melakukan pembayaran sejumlah Rp. 42.500.000,- (50.000.000 - 7.500.000), serta menyerahkan bukti pemotongan PPh
Pasal 23 (Lembar ke 1) senilai Rp. 7.500.000,- kepada PT. Rekamaya.
 
PT. Cipta Gemilang berkewajiban menyetor hasil penerimaan dari pemotongan PPh 23 tersebut paling lambat Tanggal 10, dan membuat laporan
SPT Massa paling lambat Tanggal 20, setelah bulan terjadinya transaksi atau terhutang.
Perhitungan PPh Pasal 23 Atas Sewa

Yang termasuk sewa disini adalah pendapatan berkenaan dengan penggunaan harta bergerak maupun tidak bergerak contohnya
sewa menyewa kendaraan, peralatan, dan aktiva lainnya, yang tidak dikenakan pemotongan PPh Final PPh Pasal 4 Ayat 2.
 
Contoh PPh 23 atas Sewa Kendaraan

PT. Dua Bersaudara bergerak di bidang jasa boga, dan memiliki kontrak pelayanan catering di wilayah Bontang Kalimantan Timur. Untuk
menunjang operasional di lapangan, PT tersebut menyewa 5 unit mobil pada CV. Usaha Bersama.
 
Pembayarannya dilakukan setelah CV. Usaha Bersama menerbitkan invoice setiap bulan.
 
PT. Dua Bersaudara merupakan pihak pemungut PPh 23, Transaksi pembayaran sewa yang dilakukan perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut :
Hutang Sewa : Rp. 25.000.000,-
PPh 23 : 2% X 25.000.000 = Rp. 500,000,-
 
PT. Dua Bersaudara melakukan pembayaran sejumlah Rp. 24.500.000,- (25.000.000 - 500.000), serta menyerahkan bukti pemotongan PPh
Pasal 23 (Lembar ke 1) senilai Rp. 500.000,- kepada PT. Rekamaya.
 
Apabila PT. Rekamaya tidak memiliki NPWP maka besarnya tarif PPh Pasal 23 yang dipotong adalah lebih tinggi 100%, atau senilai Rp.
1.000.000,-
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai