KELOMPOK 2 :
1. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali
yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT)
2. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan
minyak dan gas bumi (migas)
3. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek,
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
4. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamphlet,
baliho dan folder;
5. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV Kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
DASAR HUKUM PPh PASAL 23
Badan pemerintah;
Subjek pajak badan dalam negeri;
Penyelenggara kegiatan;
Bentuk Usaha Tetap (BUT);
Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak.
o Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMB, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
o Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
o Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur
pinjaman dan/atau pembiayaan.
Tarif PPh 23
Tarif PPh 23 ada dua yaitu 15% dan 2% tergantung pada objek pajaknya.
Tarif 15 % Tarif 2%
1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas : 1. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain
a. Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang yang berkaitan dengan penggunaan harta kecuali sewa
pribadi dikenakan final, bunga dan royalti tanah dan/atau bangunan.
b. Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong
PPh pasal 21 2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.
Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.
Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap
Perhitungan PPh Pasal 23 Atas Pendapatan Bunga
Secara umum tarif pph 23 atas pendapatan bunga adalah sebesar 15%, dan apabila pihak yang menerima penghasilan
bunga tidak memiliki NPWP, maka tarif PPh 23 yang dipotong adalah lebih tinggi 100% dari tarif normal atau sebesar 30%
(Pasal 23 ayat (1a) UU Nomor 36 Tahun 2008)
Yang termasuk sewa disini adalah pendapatan berkenaan dengan penggunaan harta bergerak maupun tidak bergerak contohnya
sewa menyewa kendaraan, peralatan, dan aktiva lainnya, yang tidak dikenakan pemotongan PPh Final PPh Pasal 4 Ayat 2.
Contoh PPh 23 atas Sewa Kendaraan
PT. Dua Bersaudara bergerak di bidang jasa boga, dan memiliki kontrak pelayanan catering di wilayah Bontang Kalimantan Timur. Untuk
menunjang operasional di lapangan, PT tersebut menyewa 5 unit mobil pada CV. Usaha Bersama.
Pembayarannya dilakukan setelah CV. Usaha Bersama menerbitkan invoice setiap bulan.
PT. Dua Bersaudara merupakan pihak pemungut PPh 23, Transaksi pembayaran sewa yang dilakukan perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut :
Hutang Sewa : Rp. 25.000.000,-
PPh 23 : 2% X 25.000.000 = Rp. 500,000,-
PT. Dua Bersaudara melakukan pembayaran sejumlah Rp. 24.500.000,- (25.000.000 - 500.000), serta menyerahkan bukti pemotongan PPh
Pasal 23 (Lembar ke 1) senilai Rp. 500.000,- kepada PT. Rekamaya.
Apabila PT. Rekamaya tidak memiliki NPWP maka besarnya tarif PPh Pasal 23 yang dipotong adalah lebih tinggi 100%, atau senilai Rp.
1.000.000,-
Terima Kasih