Anda di halaman 1dari 21

MACAM – MACAM

AKHLAK
Nama Kelompok :
 Melinda Kartika Sari [188820300002]
 Aisyah Cucu Utami [188820300016]
 Feby Amalia Salsabilla [188820300056]
 Sitti Romatullah [188820300057]
1. Akhlak kepada Allah
 Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa yang
difirmankan-Nya, seperti iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari
kiamat dan qadha dan qadhar. Beriman merupakan fondamen dari seluruh
bangunan akhlak Islam.
 Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya. Sikap taat kepada perintah Allah merupakan sikap yang mendasar setelah
beriman, ia merupakan gambaran langsung dari adanya iman di dalam hati.
 Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa mengharapkan
sesuatu, kecuali keridhaan Allah. Jadi ikhlas itu bukan tanpa pamrih, tetapi
pamrih hanya diharapkan dari Allah berupa keridhaan-Nya.
 Khusyuk, yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam perbuatan
yang sedang dikerjakannya atau melaksanakan perintah dengan sungguh-
sungguh.
 Husnuzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Berprasangka baik kepada Allah
merupakan gambaran harapan dan kedekatan seseorang kepada-Nya ,
sehingga apa saja yang diterimanya dipandang sebagai sesuatu yang terbaik
bagi dirinya.
6. Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu
rencana. Sikap tawakal adalah gambaran dari sabar dan menggambarkan kerja
keras dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu rencana.

7. Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah
diberikan-Nya.

8. Sabar, yaitu ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang menimpa


dirinya.

9. Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan

10. Istighfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah
diperbuat

11. Takbir, yaitu mengangungkan Allah

12. Do'a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang
baik.
 
2. Akhlak kepada Rasul
Rasullullah adalah manusia yang paling baik
akhlaknya. Beliau sangat dermawan, sangat
sabar, beliau juga jujur dan amanah, dan
banyak lagi. Maka oleh sebab itu sepatutnya
kita meneladani akhlak Rasulullah.Akhlak
terhadap Rasulullah bisa direalisasikan dengan
beberapa cara antara lain :
 Mencintai dan memuliakan Rasul
 Mengikuti dan menaati Rasul
 Mengucapkan shalawat dan salam
3. Akhlak Individu
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang
terhadap dirinya baik itu jasmani maupun rohani. Kita
harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang
tidak baik atau bahkan membahayakan. Sesuatu yang
membahayakan tersebut bisa bersifat fisik atau psikis.
Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh
kita menderita. Seperti; sering bergadang, sehingga daya
tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat
menyebabkan paru-paru rusak, mengkonsumsi obat
terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan
jantung dan otak. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau
berakhlak baik terhadap tubuh kita.
Macam – macam Akhlak Individu
1. Berakhlak terhadap jasmani.

a. Menjaga kebersihan diri


b. Menjaga makan minumnya.
c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
d. Rupa diri

2. Berakhlak terhadap akalnya


e. Memenuhi akalnya dengan ilmu
f. Penguasaan ilmu
3. Berakhlak Terhadap Jiwa

Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu


disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan
jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa
cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:

a. Bertaubat
b. Bermuqarabah
c. Bermuhasabah
d. Bermujahadah
e. Memperbanyak ibadah
f. Menghadiri majlis Iman
Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri :

1. Shidiq
Shidiq artinya jujur atau benar. Seorang muslim dituntut untuk selalu dalam
keadaan benar lahir batin; maksudnya adalah benar hati,benar perkataan, dan
benar perbuatan.
2. Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, Sifat amanah lahir dari kekuatan iman. Semakin
menipis keimanan seseorang maka semakin pudar pula sifat amanah pada
dirinya, karena antara keduanya terdapat kaitan yang sangat erat
3. Istiqomah
Istiqomah artinya sikap teguh dalam memperhatikan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seorang yang
istiqamah adalah laksana batu karang di tengah lautan yang tidak bergeser
sedikitpun meski dihempas oleh ombak yang besar.
4. Iffah
Iffah artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang buruk. Dan juga berarti kesucian
tubuh. Secara terminologis, iffah adalah memelihara dan menjaga kehormatan
diri dari segala sesuatu yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkan diri.
5. Syukur
Syukur adalah sikap berterima kasih terhadap Allah SWT atas
segala nikmat yang diberikan. Syukur diungkapkan dalam
bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah
senantiasa memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan
aturan-Nya.
6. Sabar
yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai
hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa
yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
7. Pemaaf
Pemaaf disini berarti senantiasa memaafkan terhadap
kesalahan orang lain, tanpa ada rasa benci dan keinginan
untuk membalasnya. Dalam Islam kita diajarkan untuk memberi
maaf tanpa menunggu permintaan maaf dari orang yang
bersalah.
4. Akhlak Sosial
Manusia sejak lahir membutuhkan orang lain, oleh sebab
itu manusia perlu bersosialisasi dengan orang lain dalam
hidup bermasyarakat. Hidup sosial bermasyarakat sering
kali membuat kita harus waspada dan menahan diri. Hal
ini karena hidup dengan sejumlah orang lain yang
masing-masing mempunyai keinginan, keyakinan dan
pendapat yang berbeda. Tak bisa di pungkiri hidup
bermasyarakat akan senantiasa menemui berbagai
gesekan. Masyarakat bukan hanya kumpulan individu
semata yang tidak memiliki aturan. Yang bebas berbuat
apa saja semau mereka. Jelas hal ini tidak di ajarkan oleh
Rasullullah. Ukhuwah yang benar dan baik justru adalah
saling memberikan nasihat kebaikkan.
Macam-macam Akhlak Sosial :
 Akhlak terhadap kerabat
 Akhlak terhadap Tetangga
 Akhlak terhadap Teman
 Akhlak terhadap Sesama Muslim
 Akhlak terhadap Nonmuslim
 Akhlak Bertamu dan Menerima Tamu
 Akhlak Saling Menyayangi
 Beramal Sholeh
Tekait dengan anjuran agar kita beramal bagi orang
yang tidak mampu, Allah berfirman:
 
‫َ يا َأي َُّها َّا ِلذ َين َآم ُنوا َأ ْن ِف ُقوا ِم َّما َر َز ْق َنا ُ ْكم ِ ْمن َ ق ِبْل ْأَنَ ي ْأ ِت َي َ ي ْوٌم اَل َ بي ٌْع ِ ف ِيه َواَل ُخ َّل ٌة َواَل‬
َّ ‫رُون ُهم ال‬
‫ظِالُم َون‬ َ ‫َش َفا َع ٌة َو ْال َكا ِف‬

“ Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah dijalan


Allah sebagian rejeki yang telah kami berikan kepadamu
sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual
beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak
ada lagi syafa’at. Dan Orang-orang kafir itulah orang-
orang yang zalim (QS Al-Baqarah 254)
C. Akhlak terhadap lingkungan
 Penerapan akhlak terhadap lingkungan merupakan peranti utama
dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana yang akan mengancam
tidak hanya jiwa tetapi juga harta,kehormatan,keturunan bahkan
keluarga.Karena alasan itulah tindakan mengantisipasi
ancamanmutlak dilakukan oleh setiap individu ataupun kelompok
didalam masyarakat demi tercapainya kemaslahatan bersama.Izin
Allah SWT kepada manusia dalam memanfaatan alam harus
berdasarkan akhlak yang diciptakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
 Islam sebagai agama yang universal mengajarkan tata cara
peribadatan dan interaksi tidak hanya dengan Allah SWT dan
sesama manusia tetapi juga dengan alam sekitarnya.Hubungan
segetiga ini sejalan dengan misi Islam yang dikenal sebagai agama
rahmatan lil ‘alamin .
Hal ini juga menjadi misi profetik diutusnya Nabi Muhammad SAW
sebagaimana firman Allah SWT didalam Al-qur’an surat Al-Anbiya’ ayat

‫حْم ًة ِ ْل َع َل ِم َيْن‬ ِ َ ‫)(وم َا َارْ َس ْل َن‬


َ ‫ك ااَّل َر‬ َ

Artinya :
Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam hanya dapat diwujudkan
jika manusia secara sadar mengetahui, memahami, dan melaksanakan
misinya sebagai khalifah-Nya yang bertugas untuk memakmurkan bumi
dan segala isinya, menjalin relasi yang baik dengan sesama manusia dan
dengan-Nya (vertikal dan horizontal). Nabi Muhammad menegaskan
secara eksplisit bahwa akhlak manusia terhadap alam diwujudkan dalam
bentuk tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan dengan tujuan
hanya untuk ambisi dan hasrat ekonomi. Allah SWT secara tegas
memperingatkan kepada manusia supaya tidak membuat kerusakan
dimuka bumi (la tufsidu fi al-ardli )karena esensinya bahwa berbuat
kerusakan pada diri sendiri dan masyarakat luas.
D.Peran akhlak dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara

Akhlak Islam dalam kehidupan bernegara di landasi atas nilai


ideologi, yaitu menciptakan “baladtun tayyibatun wa rabbun
ghafur”, (negeri yang sejahtera dan sentosa). Dengan
membangun kemakmuran di muka bumi, Maka cita-cita
kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat akan terwujud
sesuai dengan janji Allah, hal tersebut dapat di capai dengan
iman dan amal, bermakna manusia harus mengikuti kebenaran
yang dibawa Rasulullah saw.Dan melaksanakan usaha
pembangunan material spiritual, memelihara,
mengembangkan ketertiban dan ke amanan bersama sistem
politik islam di dasarkan atas tiga prinsip, tauhid, (kemaha
esaan tuhan), Risalah ( kerasulan Muhammad), dan Khalifah. 
Ketiga hal itu dapat di jelaskan berikut:

1. Tauhid berarti hanya Tuhan hanyalah pencipta, pemeliharan dan


penguasa dari seluruh alam. Dialah yang berhak memberi perintah atau
melarang. Alam  Pengabdian dan ketaatan hanya kepadanya. Semua
yang ada di alam ini merupakan anugrah dari tuhan, untuk di manfaatkan
didalam kehidupan manusia

2. Risalah berarti perantara yang menerima hukum Tuhan dan akan


disampaikan kepada manusia. Apa yang di sampaikan rasul menjadi
ajaran bagi ummat manusia yang mengimaninya.
Dari awal yang di sampaikan itulah ummat manusia menentukan suatu
pola dari system hidup dalam islam melaksanakan ajaran itu terwujud
suatu kehidupan yang penuh dengan kedamaian, sebagaimana yang
menjadi tujuan hidup manusia itu sendiri.

3.Khalifah berarti wakil dari tuhan dimuka bumi untuk menjalankan


ketentuan Tuhan dengan sebenarnya, mengikuti tuntutan yang dibawa
rasulullah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-nisa”  ayat 58:
 
‫اس ْأَن َ تحْ ُك ُم ْوا ِب ْ َالع ْ ِدل ِإَّن‬ ِ ‫اح َك ْم ُْتم َ بَىْن ا َّلن‬
َ ‫ىأه ِل َها َو ِإ َذ‬
ْ ‫ت َإل‬ ‫ِاَّن هَّللا ي َا ْء ُمرُ ُ ْكم ُأَنْت َؤ ُّدواا َ َم‬
ِ ِ ‫أل َن‬
)۸۵(‫صي ًْرا‬ ِ ‫ظ ُ ْكم ِ ِبه ِإَّن َهَّللا َك َان َس ِمي ًْعا َ ب‬ ُ ‫َهَّللا ِ ن ِع َّما ُ ي ِع‬

Artinya: (sesungguhanya allah memerintahkan kepada


kamu agar kamu menunaikan amanat-amanat itu kepada
pemiliknya dan apabila kamu menghukum diantara
manusia, agar kamu menghukum dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepada kamu. Sesunggunya Allah maha
mendengar lagi maha melihat)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

‫يمي َْز ِان ْا ُلم ْؤ ِ ِمن َ ي ْ َوم ْا ِقل َي َام ِة ِ ْمن ُخ ُل ٍق َح َسٍن‬
ِ ‫ي َأ ْث َُقل ِ ْف‬
‫َما ِ ْمن َ ْش ٍء‬

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan


(kebajikan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada
akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi)
Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa seseorang
mukmin berusaha untuk melakukan amalan yang terbaik
dengan timbangan yang terberat pada hari kiamat.
Karena kita sadar bahwa umur dan kemampuan kita untuk
beramal sholeh terbatas, maka Nabi mengarahkan kita
untuk berakhlak yang mulia, karena akhlak mulia
merupakan amal ibadah yang sangat berat timbangannya
pada hari kiamat.
Dan diantara keutamaan akhlak yang terbaik sebagaimana perkataan
Abdurrahman bin Nashir as-Si’diy :

‫جْر ْا َلع ِظي ِْم‬


ِ ‫حُصُول اَأل‬
ِ ْ ‫ َم َع‬،‫اح ٍة َو َن ِع ٍيْم‬
َ ‫ير‬ َ ‫اول ِ ْمن َز َم ِان ْا َلعب ِْد َو ْق ًتا‬
،ً ‫ط ِوي‬
َ ‫ْال َو ُه َو ِ ف‬ ُ َ ‫َو ِإ َّن ُه ِ في َ ْنف ِس ِه ِع َب َاد ٌة َع ِظي َْم ٌة َ َت َن‬

“Dan sesungguhnya akhlak mulia itu sendiri pada dasarnya merupakan ibadah
yang agung yang mencakup waktu yang panjang dari seorang hamba, sementara
sang hamba dalam ketenteraman dan kebahagian, disertai memperoleh pahala
yang besar” (risalah “Husnul Khuluq”)

Sungguh benar perkataan beliau, karena seorang hamba hampir terus menerus
dalam kondisi berinteraksi dengan orang lain, jika ia berhias dengan akhlak yang
mulia maka pahala akan terus menerus mengalir kepadanya. Di luar rumah ia
bertemu dengan teman kerjanya, atau bosnya, di rumah ia bertemu dengan
istrinya dan anak-anaknya, demikian juga bertemu dengan orang tuanya, di pasar
ia bertemu dengan para penjual, dan seterusnya. Jika akhlak yang mulia telah
terpatri dalam dirinya maka sungguh pahala terus akan mengalir kepadanya
tatkala ia bermuamalah dengan orang-orang tersebut.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai