Anda di halaman 1dari 62

TUTORIAL MINGGU 1

BLOK 2.6
KELOMPOK 4 A
1. HADISTY FAUZIAH YENRI 1810311034 6. YASMINE SHOFI ANINGDIA ADIBA 1810313057

2. CLAUDIA NOVI WIJAYA 1810312031 7. WIRA DHIKA TRI WULANDARI 1810312046

3. SALSABILA REVITAN 1810312042 8. SITI SALSABILLA AMRI 1810313052

4. MOHAMMAD RAFIEQUL HARIRIY 1810312077 9. PUTRI AFISIA GUSMAN 1810312105

5. INTANIA DWIPUTRI HENDRIANI 1810312010 10. TIARA ASTRIANI LIVIA 1810311076


Skenario 1: “NODUL PENANDA”
Tn. Nasal, 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan benjolan di leher kanannya sejak 2 bulan yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa
sebelumnya Tn. Nasal telah berobat untuk benjolan tersebut dan diberi obat makan, tetapi benjolan tersebut makin besar. Tn. Nasal juga
mengeluhkan hidungnya terkadang terasa tersumbat dan telinga berdenging. Tn. Nasal sangat suka makan ikan asin dan makanan bakar-
bakaran dan hampir tiap minggu mengkonsumsinya. Riwayat bersin-bersin bila terkena debu atau cuaca dingin disangkal tapi Tn. Nasal pernah
batuk berdahak yang lama sembuhnya. Tn. Nasal tidak merokok, tetapi Bapak mertua Tn. Nasal yang tinggal serumah dengannya adalah
perokok berat. Berat badan dirasakan turun dalam 6 bulan terakhir.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas 14x/menit dan suhu
36,70C. Pemeriksaan pada cavum nasi anterior tidak jelas terlihat kelainan. Pemeriksaan pada jantung dan paru dalam batas normal. Pada regio
colli dextra tampak limfadenopati, 2 buah, sebesar kelereng, warna sama dengan kulit disekitarnya, palpasi teraba keras dan agak terfiksir.

Dokter puskesmas mencurigai nodul tersebut merupakan metastasis keganasan dan merujuknya ke RS untuk pemeriksaan lanjutan seperti
FNAB (fine needle aspiration biopsy), ronsen foto torak, CT scan dan lain-lain, untuk memastikan diagnosisnya. Karena dokter khawatir bila
tidak dilakukan akan terjadi komplikasi lebih lanjut. Hasil pemeriksaan FNAB disimpulkan metastasis karsinoma, tetapi masih harus dicari
lokasi tumor primernya apakah di traktus respiratorius, mediastinum, nasofaring atau tempat lain.

Bagaimanakah Anda menjelaskan kondisi yang dialami oleh Tn. Nasal?


STEP 1 : TERMINOLOGI
• Cavum nasi anterior : rongga hidung bagian anterior
• Limfadenopati : penyakit kelenjar getah bening, biasanya dengan pembengkakan
(Kamus Dorland Ed. 32)
• FNAB : adalah teknik di mana jarum halus dimasukkan ke dalam massa, bahan
seluler disedot, dan diagnosis sitologis diberikan. (NCBI)
• Tumor primer : Suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan tumor
orisinal, atau pertama, dalam tubuh . Sel-sel kanker dari tumor primer dapat
menyebar ke bagian lain dari tubuh dan membentuk tumor baru, atau sekunder.
Ini disebut metastasis. (National Cancer Institute)
STEP 2 : IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja penyebab benjolan di leher ?
2. Mengapa benjolan di leher tetap membesar setelah diberikan terapi medikamentosa sebelumnya ?
3. Apa hubungan antara keluhan hidung tersumbat dan telinga berdenging dengan keluhan benjolan di leher ?
4. Apa hubungan antara riwayat batuk berdahak yang lama dengan keluhan Tn.Nasal ?
5. Apa hubungan antara riwayat suka makan ikan asin dan makan bakar-bakaran dengan keluhan Tn.Nasal ?
6. Apa hubungan antara bapak mertua Tn. Nasal seorang perokok berat dengan keluhan Tn.Nasal ?
7. Apa kemungkinan penyebab penurunan berat badan pada Tn.Nasal dan apa kaitannya dengan keluhannya ?
8. Apa interpretasi hasil pemeriksaan fisik Tn.Nasal ?
9. Apa diagnosis kerja untuk Tn.Nasal ?
10. Apa indikasi pemeriksaan FNAB ?
11. Mengapa dokter puskesmas mencurigai adanya metastasis ?
12. Apa tatalaksana yang dapat diberikan untuk Tn.Nasal?
13. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada Tn.Nasal ?
STEP 3 : ANALISIS MASALAH
1. Terdapat banyak penyebab timbulnya benjolan di leher. Penyebabnya di antaranya :
• Adanya suatu infeksi pada tubuh host sehingga terjadi pembesaran kelenjar getah bening
• Adanya tumor primer pada kelenjar getah bening
• Adanya suatu metastasis pada KGB sehingga terjadi limfadenopati
2. Penyebab limfadenopati ada banyak. Kemungkinannya adalah dokter yang menangani Tn.Nasal
sebelumnya mendiagnosis limfadenopati pada Tn. Nasal disebabkan oleh karena proses infeksi sehingga
dokter meresepkan obat antibiotic. Tetapi setelah diberikan terapi tersebut Tn.Nasal tidak respon terhadap
terapi yang diberikan sehingga massa yang terdapat di leher tetap mengalami pembesaran.
3. Jika terdapat suatu massa pada daerah nasofaring, khususnya di fossa Roesenmuller, maka pembesaran
dari massa tersebut dapat menyebabkan timbulnya keluhan hidung tersumbat pada seseorang. Selain itu,
pembesaran massa pada daerah fossa Roesenmuller dapat menutup hubungan lubang tuba eustachius yang
bermuara ke nasofaring. Jika tuba eustachius tertutupi oleh massa tersebut maka fungsi utama tuba
eustachius sebagai penyeimbang tekanan di telinga tengah menjadi tidak baik. Tekanan telinga tengah yang
4. Riwayat batuk berdahak lama dapat disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr. Infeksi EBV adalah
salah satu faktor risiko berbagai kanker, salah satunya adalah Ca Nasofaring. Selain itu, infeksi EBV
sendiri dapat menyebabkan limfadenopati pada pasien.
5. Proses pengasinan dan penjemuran pada ikan asin menyebabkan senyawa nitrit pada ikan yang
sudah diasinkan dengan cahaya sinar matahari sehingga terbentuk senyawa nitrosamine. Senyawa
nitrosamine adalah salah satu zat karsinogenik dan merupakan salah satu faktor risiko untuk Ca
Nasofaring. Sedangkan pada makanan yang dibakar akan dihasilkan suatu senyawa formaldehid yang
bersifat karsinogenik.
6. Jika bapak mertua Tn.Nasal adalah seorang perokok berat dan tinggal serumah dengan Tn. Nasal,
maka Tn.Nasal adalah seorang perokok pasif. Tn. Nasal dapat menghirup zat-zat karsinogen yang
terdapat dalam rokok. Zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA melalui gangguan fungsi
gen p53 yang bertugas dalam repair DNA. Jika gen p53 mengalami kegagalan untuk melakukan repair
DNA maka risiko terjadinya perkembangan sel yang abnormal sangat tinggi.
7. Terdapat beberapa penyebab penurunan berat badan pada seseorang, di antaranya adalah kasus
keganasan, hipertiroidisme, infeksi HIV, infeksi parasite, gastroenteritis, dan sebagainya. Tetapi pada
Tn.Nasal terdapat beberapa keluhan dan faktor risiko yang mengarah pada adanya suatu
keganasan/kanker seperti keluhan hidung tersumbat, keluhan telinga berdenging, keluhan bejolan di
leher, dan Riwayat terpapar zat karsinogen seperti nitrosamine pada ikan asin, makan makanan
bakar-bakaran, dan Riwayat perokok pasif. Jadi, penurunan berat badan pada Tn.Nasal terjadi karena
adanya suatu keganasan (sindrom paraneoplastic).
8. Keadaan umum = baik
• Pemeriksan tanda vital = normal semua
• Pemeriksaan cavum nasi anterior = tidak telihat ada kelainan
• Pemeriksaan fisik jantung dan paru = dalam batas normal
• Pemeriksaan KGB = ditemukan limfadenopati di regio colli dextra sebanyak 2 buah,
sebesar biji kelereng dengan karakteristik teraba keras, terfiksir, dan warna sama dengan
warna kulit (mengarah pada kasus keganasan karena pada limfadenopati oleh karena
infeksi biasanya memiliki karakteristik KGB teraba lunak dan berwarna kemerahan)
9. Diagnosis kerja untuk Tn.Nasal adalah Ca Nasofaring karena terdapat beberapa faktor
risiko seperti terpapar oleh zat karsinogen dan berbagai manifestasi klinis yang mengarah
pada Ca Nasofaring.
10. Indikasi pemeriksaan FNAB :
• Jika terdapat massa yang dapat dipalpasi dan diduga suatu neoplasma
• Lesi kistik
11. Dokter mencurigai adanya metastasis karena dari pemeriksaan fisik didapatkan
limfadenopati yang teraba keras dan terfiksir serta adanya keluhan dan faktor risiko
yang mengarah pada Ca Nasofaring. Pada Ca Nasofaring metastasis terbagi atas
metastasis regional dan metastasis jauh. Metastasis regional pada Ca Nasofaring
adalah ke KGB leher.
12. Tatalaksana yang dapat diberikan pada Tn. Nasal adalah radioterapi,
kemoterapi, kemoradiasi, dan tatalaksana bedah. Tatalaksana yang paling baik
pada kasus Ca Nasofaring adalah dengan radioterapi karena sel Ca Nasofaring
sangat sensitif dengan sinar radiasi.
13. Komplikasi pada Tn. Nasal :
• Penekanan pada jalan nafas
• Tumor dapat menginfiltrasi saraf kranial
• Otitis media akut pada telinga
• Sinusitis
STEP 4 : SKEMA
STEP 5 : LEARNING OBJECTIVE
1. Menjelaskan epidemiologi tumor/tumor like lesion pada saluran napas atas, paru dan pleura dan mediastinum

2. Menjelaskan etiologi, faktor risiko, deteksi dini tumor/ tumor like lesion pada saluran napas atas, paru dan pleura dan mediastinum

3. Menjelaskan klasifikasi tumor/tumor like lesion pada saluran napas atas, paru dan pleura dan mediastinum

4. Menjelaskan patogenesis dan patofisiologi tumor/tumor like lesion pada saluran napas atas, paru dan pleura dan mediastinum

5. Menjelaskan gambaran klinis tumor/tumor like lesion pada saluran napas atas, paru dan pleura dan mediastinum

6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang tumor/tumor like lesion pada saluran napas atas, paru dan pleura dan mediastinum

7. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding tumor/tumor like lesion pada saluran napas atas, paru dan pleura dan mediastinum
(Secara holistik dengan memperhatikan aspek biopsikososiokultural)

8. Menjelaskan penatalaksanaan komprehensif (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tumor/tumor like lesion pada saluran
napas atas, paru dan pleura dan mediastinum

9. Menjelaskan komplikasi dan prognosis tumor/tumor like lesion pada saluran napas atas, paru dan pleura
Epidemiologi Tumor/Tumor Like
Lesion Pada Saluran Napas Atas,
Paru Dan Pleura Dan Mediastinum
LO 1
SALURAN PERNAPASAN ATAS
1. Hipertrofi Adenoid

• Adenoid sering terjadi pada anak : sudah ada saat lahir, pembesaran fisiologis
hingga usia 6thn dan atrofi saat pubertas dan hampir sepenuhnya hilang saat
20thn

• Data meta analisis : prevalensi dari sampel random anak – anak dan dewasa :
34,46%
2. Ca Nasofaring

• Lebih sering terjadi pada laki – laki = 2 – 3 : 1

• Terjadi pada usia 40 – 50 thn

• Di indonesia, pasien umumnya datang pada stadium lanjut

• Banyak ditemukan di Asia Selatan yaitu China ( >1/2 insiden kanker )

• Eropa dan Amerika ( <1% insiden kanker )

• Di indonesia ( Depkes 1977 – 1979 ) : KNF > 1300 kasus, prevalensi 4,7/ 100.000
org / thn
3. Ca laring

• Sebagian besar karsinoma sel skuamosa >95%

• Glotis paling sering

• Di MSKCC ( USA ) : 75% KSS Glotis masih terlokalisir

• MSKCC : hampir 70% supraglotis stadium lanjut


PARU
Tumor paru

• Prevalensi di negara maju lebih tinggi, USA thn 2002 : 168.400 kasus ( 13% kanker baru
yang terdiagnosis ), kematian akibat tumor Paru 154.900 ( 28% kematian akibat kanker )

• Inggris : 40.000 kasus/ tahun

• Indonesia : peringkst 4 kanker terbanyak

• Sebagian besar kanker paru terjadi pada pria dengan life time risk 1 : 13, dan pada wanita
1 : 20
MEDIASTINUM
Tumor mediastinum

• Data frekuensi Di Indonesia ( SMF Bedah Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD
Dr. Soetomo Surabaya)

• Pada 1970 – 1990 di RS Persahabatan : dilakukan operasi pd 137 kasus, 32,2%


teratoma, 24% timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma

• RSUD Dr. Soetomo, tumor pada mediastinum anterior : 67% kasus, mediastinum
medial 29% kasus, dan posterior 25,5%
Etiologi, Faktor Risiko, Deteksi Dini Tumor/
Tumor Like Lesion Pada Saluran Napas Atas,
Paru Dan Pleura Dan Mediastinum
LO 2
1. Kanker Nasofaring
 Faktor Resiko dan Etiologi : • Virus Epstein-Barr
• Jenis Kelamin • Riwayat keluarga.
Karsinoma nasofaring lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita
• Ras Deteksi Dini
Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi
orang-orang di Asia dan Afrika Utara. Di Serologi IgA VCA/IgA EA (viral capsid
Amerika Serikat, imigran Asia memiliki antigen/earlyantigen) dalam darah yang
risiko lebih tinggi dari jenis kanker, dapat menunjukkan replikasi aktif
dibandingkan orang Asia kelahiran
Amerika.
EBV. sebagai tumor marker (penanda tumor)
diambil dari darah tepi dan/atau Brushing
• Umur Nasofaring (DNA Load Viral). Pemeriksaan ini
Kanker nasofaring dapat terjadi pada
semua usia, tetapi paling sering didiagnosis tidak berperan dalam penegakkan diagnosis
pada orang dewasa antara usia 30 tahun tetapi
dan 50 tahun. dilakukan sebagai skrining dan data dasar
• Makanan yang diawetkan (ikan asin) untuk evaluasi pengobatan
Metode skrining yang telah direkomendasikan
untuk deteksi dini kanker paru terbatas pada
2. Kanker Paru kelompok pasien risiko tinggi. Kelompok pasien
dengan risiko tinggi mencakup pasien usia > 40
Faktor Resiko :
tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan
Insiden kanker paru termasuk rendah pada berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun
usia di bawah 40 tahun, namun meningkat sebelum pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun
sampai dengan usia 70 tahun. dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya
minimal satu faktor risiko lainnya.
Faktor risiko utama kanker paru adalah
merokok. Secara umum, rokok menyebabkan Faktor risiko kanker paru lainnya itu adalah
80% kasus kanker paru pada laki-laki dan 50% pajanan radiasi, paparan okupasi terhadap bahan
kimia karsinogenik, riwayat kanker pada pasien
kasus pada perempuan. Faktor lain adalah
atau keluarga pasien, dan riwayat penyakit paru
kerentanan genetik (genetic susceptibility), seperti PPOK atau fibrosis paru. Pada pasien
polusi udara, pajanan radon, dan pajanan berisiko tinggi, dengan anamnesis dan
industri (asbestos, silika, dan lain-lain). pemeriksaan fisik yang mendukung kecurigaan
adanya keganasan pada paru-paru, dapat
dilakukan pemeriksaan low-dose CT Scan untuk
skrining kanker paru setiap tahun selama 3 tahun.
3. Mesothelioma • Kelompok mineral lain, yang disebut zeolit,
telah terlibat dalam pembentukan
FAKTOR RESIKO mesothelioma.
• Paparan Asbestos
• Genetik
• Umur, Jenis Kelamin, dan Pekerjaan
• Pekerjaan dan tempat kerja yang menempatkan Satu gen yang baru ditemukan bernama BAP1.
orang pada risiko mesothelioma termasuk Sebuah studi dari dua keluarga dengan sejarah
pertambangan, pabrik, konstruksi, pembuatan panjang mesothelioma dan kanker lainnya
kapal dan perbaikan, perbaikan otomotif. . menemukan bahwa orang-orang ini memiliki
Golongan yang juga berisiko adalah orang-orang mutasi pada gen BAP1.
yang tinggal bersama para pekerja ini
• Bagi mereka yang terpapar asbes, merokok Mutasi gen lain, termasuk yang ada di CDKN2A
meningkatkan risiko terserang penyakit dan NF2, telah terlibat sebagai faktor risiko
mengerikan ini. Faktor kesehatan lain mungkin untuk mesothelioma
juga berkontribusi, seperti kelebihan berat badan,
tidak berolahraga.
Klasifikasi Tumor/ Tumor Like Lession Di
Saluran Napas Atas, Paru, Pleura, Dan
Mediastinum
LO 3
Saluran napas atas
hidung dan sinus paranasal
• Polyps nasal
• Tumor sinonasal : papiloma sinonasal (inverted papilloma, oncocytic papilloma, dan
exophytic papilloma) -> ganas > Karsinoma sinonasal
• Karsinoma sinonasal
Nasofaring
• Nasopharyngeal angiofibroma (lesi, jinak)
• Karsinoma nasofaring
Laring
• Karsinoma laring
Paru dan pleura
Tumor paru :
• Benign
• Malignant – 90-95% carcinoma, 5% carcinoid
• Mesothelioma pleura
Mediastinum
• Anterior : timoma/ tumor timus, thymic ca. sering terjadi pd dewasa terutama usia
40-60 thn
• Posterior
• Superior
• Medial
Patogenesis Dan Patofisiologi
Tumor/Tumor Like Lesion Pada Saluran
Nafas Atas, Paru Dan Pleura, Dan
Mediastinum
LO 4
Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring (NPC) merupakan tumor ganas yang diasosiasikan dengan virus EBV
(EpsteinBarr virus). Telah ditemukan bahwa perkembangan NPC salah satunya dipengaruhi faktor
risiko yang sudah sering dikemukakan yaitu kenaikan titer antibody anti-EBV yang konsisten.
Agar terbentuk NPC, mula-mula dibutuhkan infeksi laten dan litik EBV yang diduga disokong oleh
perubahan genetik yang dapat diidentifikasi pada epitel nasofaring premalignan. Setelah itu
infeksi laten dan litik terjadi dan menghasilkan produk-produk tertentu, barulah ekspansi klonal
dan transformasi sel epitel nasofaring premalignan menjadi sel kanker.
Selain faktor genetic, faktor lingkungan berupa konsumsi zat karsinogenik juga dapat
mengakibatkan akumulasi dari lesi genetic dan peningkatan resiko NPC. Faktor lain seperti,
pajanan zat kimia juga dapat merangsang perubahan pada epitel nasofaring. Virus EBV
memperparah keadaan epitel tersebut.
Virus EBV menginfeksi sel NPC secara laten. Virus ini kemudian memasuki fase infeksi litik yang produktif. Tumor
NPC diketahui mengekspresikan tiga protein yang dikode EBV, RNA kecil dan mikroRNA. Protein-protein yang
diekspresikan di antaranya adalah EBNA1, LMP1, dan LMP2.

Dalam perkembangan NPC, diduga LMP1 memiliki peran sentral. LMP1 disekresi melalui eksosom dan masuk ke
dalam sel-sel yang tidak terinfeksi EBV melalui endositosis. LMP1 juga mempengaruhi lingkungan di sekeliling
tumor. LMP1 merupakan onkogen primer yang dapat meniru fungsi salah satu reseptor TNF, yakni CD40.
Akibatnya, ia dapat menginisasi beberapa pathway persinyalan yang merangsang perubahan fenotip dan
morfologi sel epitel. LMP 1 juga mengakibatkan peningkatan EMT (epithelial-mesenchymal transition).Pada
proses EMT, sel-sel karsinoma akan menurunkan penanda epitel tertentu dan meningkatkan penanda mesenkim
tertentu sehingga menimbulkan perkembangan fenotip promigratori yang penting dalam metastasis. Oleh karena
itu, LMP1 juga berperan dalam menimbulkan sifat metastasis dari NPC.

Protein-protein lainnya serta ekspresi RNA virus juga memiliki peranan dalam karsinogenesis NPC, contohnya
LMP2 yang mempertahankan latensi virus.
Kanker Paru
Kanker paru dimulai oleh aktivitas onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan gen yang
diyakinin sebagai penyebab seseorang untuk terkena kanker. Proto-onkogen berubah menjadi onkogen jika
terpapar karsinogen yang spesifik. Pada proto-onkogen mutasi yang terjadi yaitu K-ras menyebabkan
adenokarsinoma paru.Epidermal growth factor reseptor (EFGR) mengatur proliferasi sel, apoptosis,
angiogenesis, serta invasi tumor.

Berkembangnya EFGR serta mutasi sering dijumpai pada kanker paru non-small sel sehingga menjadikan dasar
terapi menggunakan penghambat EFGR. Kerusakan kromosom menyebabkan kehilangan sifat keberagaman
heterezigot, menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor. Kerusakan kromosom 3p, 5q, 13q dan 17p ini paling
sering menyebabkan karsinoma paru non-small sel. Gen p53 tumor supresor berada dikromosom 17p. Sejumlah
gen polimorfik berkaitan dengan kanker paru, termasuk gen polimorfik yang mengkode interleukin-1, sitokrom
P450, caspase-8 sebagai pencetus apoptosis serta XRCC1 sebagai molekul DNA repair. Individu yang terdapat
gen polimorfik seperti ini lebih sering terkena kanker paru apabila terpapar zat karsinogenik.
Tumor Mediastinum
Tumor sel germinal terjadi terutama di gonad, sel germinal ekstragonad jarang, dan kebanyakan terjadi di
retroperitoneum dan mediastinum. Kemungkinan tumor sel germinal mediastinum primer harus dipertimbangkan
pada semua pria muda. Tumor jenis ini jarang ditemukan pada wanita. Tumor sel germinal terdiri dari tumor
seminoma, teratoma dan nonseminoma. Secara histologi tumor sel germinal di mediastinum sama dengan di testis
dan ovarium.
Yolk sac tumor adalah tumor yang menyerupai yolk sac, allantois dan mesenkim ekstra embrionik, dikenal juga sebagai
endodermal sinus tumor, merupakan neoplasma sel germinal yang ganas yang langka, tumbuh cepat dan
bermetastasis awal melalui jalur limfatik dan hematogen. Tumor ini berasal dari sel germinal dan memproduksi alpha-
fetoprotein (AFP).
Terbanyak tumor yolk sacberasal dari gonad, 20% berkembang dari luar gonad seperti mediastinum, region
sacrococygeal, cervix, vulva, pelvis, liver, prostat dan retroperitonium. Mediastinum anterior adalah salah satu lokasi
extragonad paling umum. Etiologi tumor ini belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa hipermetilasi dari
RUNX3 gen promotor dan over ekspresi GATA-4, yaitu suatu faktor transkripsi yang mengatur diferensiasi dan fungsi
dari endodermal yolk sac dalam patogenesisnya
Manifestasi Klinis Tumor/Tumor Like
Lesion Pada Saluran Napas Atas, Paru
Dan Pleura, Dan Mediastinum
LO 5
Kanker nasofaring
• Obstruksi nasal
• Nasal discharge
• Epistaksis
• Kehilangan pendengaran konduktif
• Otitis media supuratif/serous
• Tinnitus
• Horner syndrome
• Opthalmic syndrome dan facial pain
Kanker paru
• Batuk
• Hemoptisis
• Nyeri dada
• Sesak napas
• Efusi pleura
• Sindrome vena kava superior
• Disfagia
• Pancoast syndrome
• Keluhan suara serak
• Berat badan menurun, anoreksia
• Nyeri tulang (jika metastasis ke tulang)
Pemeriksaan Penunjang Tumor/Tumor
Like Lesin Pada Saluran Nafas
Atas,paru,pleura, Dan Mediastinum
LO 6
Tumor mediastinum
• Rontgen thorax
• CT SCAN thorax dengan kontras/angiografi sirkulasi pulmonum/aorta
• Mediastinoskopi dan biopsi
• Bronkoskopi
• Scan tiroid iodium
• Radionuklida skintigrafi
• Emisi position tomography ( PET)
• Pengukuran serum penanda : CEA,AFP,B-HCG,LDH
• Histopatologis diambil dengan FNAB + CT + USG
Kanker Paru
• Radiologi :
• Rontgen (x-ray)
• CT SCAN
• PET SCAN
• Bone survey/skintigrafi
• Bronkoskopi
• Patologi
• Tumor marker
Hipertrofi Adenoid

• Pemeriksaan rinoskopi posterior


• Nasogaringoskopi kaku/flexible
• Rontgen kepala lateral
CA Nasofaring
• Radiologik
• CT SCA
• USG abdomen
• Foto thorax
• Bone scan
• Patologi anatomi
• Laboratorium :
• Hematologik
• Alkali fosfatase,LDH
• SGPT,SGOT
CA laring

• Laringoskopi
• Biopsi
• CT SCAN dan MRI
Diagnosis Dan Diagnosis Banding Tumor/Tumor
Like Lesion Pada Saluran Napas Atas, Paru Dan
Pleura Dan Mediastinum
LO 7
Tumor Paru
• Diagnosis Klinis
• Anamnesis
• Keluhan utama : batuk, batuk darah, sesak nafas, suara serak, sakit dada, sukar
menelan, benjolan dipangkal leher, sembab pada muka dan leher
• Keluhan lain : berat badan menurun, nafsu makan menurun, demam hilang timbul,
sindroma paraneoplastik
• Pemeriksaan fisik
• Inspeksi : dinding dada simetris, palpasi : fremitus berkurang, perkusi : sonor redup,
auskultasi : suara napas menurun
• Diagnosis banding
• TBC, pneumonia, abses paru, tuberkuloma, tumor mediastinum, tumor
metastasis ke paru
Tampilan umum :
Pemeriksaan fisik:

- Pembesaran KGB

- Venektasi dinding dada

- Trombus vena ekskremitas

Pemeriksaan lab :

- Darah rutin,fungsi hati dan ginjal

Pemeriksaan penunjang :

- Thoraks AP/Lateral

- CT-Scan thoraks dan kepala

- USG Abdomen

- Bone scan

- PET scan
Diagnosis banding :
- Tumor mediastinum
- Tuberkuloma
- Metastasis tumor diparu
Tumor Mediastinum
• Diagnosis
• Anamnesis
• Sesuai dengan manoifestasi klinis
• Sering tanpa gejala atau terdeteksi ketika foto thorax rutin
• Pemeriksaan fisik
• Pernapasan tidak simetris
• Unilateral flail chest
• Ronchii, pekak/redup abnormal
• Wheezing unilateral atau bilateral

• Diagnosis banding
• Tumor paru, retrosternal goiter, TBC, aneurisma, kista bronchial, seminoma
Pemeriksaan penunjang :
Lab : lab rutin,tuberkilin,T3-T4
a) Radiologi
- Foto thoraks
- Tomografi
- CT-Scan kontras
- Fluoroskopi
- Echo
- Angiografi
- Esofagografi
b) Endoskopi
- Bronkoskopi
- Espfagoskopi
- Torakoskopi
c) Sitologi
- BJH
- TTB
- Punksi Pleura
Diagnosis Banding :
- Ca Paru
- IASLC : Anterior,Medial,Posterior
Kanker Nasofaring
• Diagnosis
• Anamnesis
• Telinga berdengung
• Kesulitan membuka mulut
• Sakit kepala
• Wajah nyeri atau mati rasa
• Sakit tenggorokan
• Hidung tersumbat
• Penglihatan kabur
• Pemeriksaan fisik
• Infeksi telinga
• Benjolan pada leher
• Massa pada hidung dengan rinoskopi posterior
• Nasofaringoskopi
3. Pemeriksaan Radiologik

a. CT Scan

b. USG abdomen

c. Foto Thoraks

d. Bone Scan

Pemeriksaan Laboratorium

• Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis. • Alkali fosfatase, LDH • SGPT – SGOT

DIAGNOSIS BANDING

1. Limfoma Malignum

2. Proses non keganasan (TB kelenjar)

3. Metastasis (tumor sekunder)


Kanker Laring
• Diagnosis
• Anamnesis
• Suara serak
• Batuk darah
• Sakit telinga
• Sakit tenggorokan
• Berat badan turun drastis
• Disfagia
• Kesulitan bernapas
• Pemeriksaan fisik
• Benjolan pada leher
• Laringoskopi
• biopsi
Penatalaksanaan Komprehensif (Preventif,
Promotif, Kuratif Dan Rehabilitatif) Tumor/Tumor
Like Lesion Pada Saluran Napas Atas, Paru Dan
Pleura Dan Mediastinum
LO 8
TATALAKSANA KANKER PARU
• Manajemen terapi dibagi atas :
• Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK = non small cell carcinoma)
• Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = Small cell carcinoma)
Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel
Kecil
• Karsinoma sel skuamosa
• Adenokarsinoma
• Jenis lain yang jarang ditemukan
• Karsinoma sel besar (KSB)
KEBIJAKAN UMUM PENGOBATAN
KPKBSK
• Pilihan pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum
penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-effectiveness
• Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, kemoterapi, dan
terapi target
• Pendekatan penanganan dilakukan secara integrasi multidisiplin
Modalitas Penanganan
• Bedah : terapi utama untuk sebagian besar KPBSK
• Kemoterapi : dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini
atau sebagai adjuvant pasca pembedahan
• Terapi target
KANKER PARU JENIS KARSINOMA SEL
KECIL
• Secara umum, jenis kanker paru ini dapat dibagi menjadi dua kelompok
• Stadium terbatas (limited stage disease = LD)
• Stadium lanjut (extensive stage disease = ED)
Modalitas Penanganan
• Stadium terbatas : kombinasi dari kemoterapi berbasis platinum dan terapi radiasi
toraks
• Stadium lanjut : kemoterapi kombinasi
Komplikasi Dan Prognosis Tumor/Tumor Like
Lesion Pada Saluran Napas Atas, Paru Dan
Pleura
LO 9
Kanker Paru
Komplikasi
•Efusi Pleura

Kanker paru memicu penyumbatan di saluran udara utama, sehingga menyebabkan penumpukan cairan di
sekitar paru-paru (disebut efusi pleura). Kondisi ini ditandai nyeri saat bernapas, batuk, demam, dan sesak
napas.
•Sindroma vena cava superior

Komplikasi ini terjadi jika tumor muncul di bagian atas paru-paru dan menekan vena besar yang bertugas
mengembalikan darah dari tubuh bagian atas ke jantung. Tekanan pada vena besar ini menyebabkan aliran
darah terhambat dan memicu munculnya gejala, seperti pembengkakan di wajah, lengan, dan tubuh bagian
atas, sulit menelan, serta sesak napas. Radioterapi merupakan pengobatan standar untuk superior vena cava
syndrome, dan dapat dilakukan sebagai pengobatan darurat (segera).
• Kompresi Esofagus
Terjadi ketika kanker tumbuh di dekat kerongkongan. Gejalanya berupa kesulitan menelan dan nyeri ketika
makanan melewati kerongkongan menuju perut.
•Komplikasi Jantung

Tumor yang tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau menyumbat pembuluh darah dan arteri, sehingga memicu pembengkakan di bagian atas
tubuh, seperti dada, leher, dan wajah. Kondisi ini rentan mengganggu irama jantung normal dan menyebabkan penumpukan cairan di sekitar jantung.
Jika tidak segera mendapat penanganan, komplikasi ini memicu masalah penglihatan, sakit kepala, pusing, dan kelelahan.
•Pneumonia

Jika dibiarkan, efusi pleura berpotensi menekan paru-paru, menurunkan fungsi paru-paru, dan meningkatkan risiko pneumonia. Gejala pneumonia
termasuk batuk, nyeri dada, dan demam. Jika tidak diobati, kasus pneumonia memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa.
•Neuropati

Neuropati adalah kelainan yang memengaruhi saraf, terutama di tangan atau kaki. Kanker paru yang tumbuh di dekat saraf lengan atau bahu berpotensi
menekan saraf, menyebabkan rasa sakit dan kelemahan. Gejalanya berupa mati rasa, kelemahan, rasa sakit, dan rasa geli.
•Penyebaran Kanker ke Bagian Tubuh Lain
Kanker paru-paru bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh, khususnya otak, hati, tulang, dan kelenjar, dikenal sebagai fase metastasis. Gejala yang
muncul berbeda-beda, tergantung pada lokasi penyebarannya

Prognosis
•Secara keseluruhan prognosis kanker paru buruk. Angka harapan hidup sampai 5 tahun pasien kanker paru jenis karsinoma sel kecil dengan tahap

batasan sekitar 20%, sedangkan yang tahap ekstensif sangat buruk < 1%. Angka harapan hidup sampai 5 tahun pasien kanker paru jenis sel karsinoma
bukan sel kecil bervariasi berdasarkan stadium, 60%-70% pasien dengan stadium I, dan < 1% pada pasien dengan stadium IV. Rata-rata pasien kanker
paru jenis sel karsinoma bukan sel kecil yang telah bermetastase jika tidak diterapi angka harapan hidupnya 6 bulan. Saat ini harapan hidup pasien
kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil stadium dini maupun lanjut meningkat, dari yang didapat harapan hidup pasien dengan stadium dini apabila
diberikan regimen platinum-based setelah dilakukan reseksi. Terapi target juga meningkatkan harapan hidup pasien dengan stadium IV. Namun pada
penyakit yang telah bermetastase hasilnya masih mengecewakan.
Karsinoma Nasofaring
Komplikasi
Bisa mengalami otitis media (radang telinga bagian tengah), yang menyebabkan kehilangan
pendengaran parsial.
Bisa merasakan kaku pada sendi temporomandibular (rahang sendi), sehingga
menyebabkan sensasi ‘kejang mulut’.
• Sebagian kecil pasien bisa merasakan gangguan pada fungsi endokrin atau fungsi saraf
mereka.
Prognosis
Prognosis pada pasien keganasan paling sering dinyatakan sebagai kesintasan 5 tahun.
Menurut AJCC (American joint committee on cancer) tahun 2010, kesintasan relatif 5-tahun
pada pasien dengan KNF StadiumI hingga IV secara berturutan sebesar 72%, 64%, 62%, dan
38%.
Kanker Laring
Komplikasi
• Disfagia dan Kehilangan suara

 Gangguan pada fungsi lidah dalam mengecap rasa

 Penurunan fungsi sistem imun dan Perubahan pada kulit

 Mulut kering dan Mengalami kesulitan menelan

 Kelelahan dan Sesak napas

 Peradangan mukosa tenggorokan atau lapisan dalam tenggorokan

 Mual dan muntah serta Malnutrisi

Prognosis

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan
five years survival pada karsinoma laring stadium I 90 – 98%, stadium Il 75 – 85%, stadium III 60-70% dan stadium IV 40 –
50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%

Anda mungkin juga menyukai