Anda di halaman 1dari 14

DISUSUN OLEH :

KELAS C
BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA, KLASIFIKASI BAHASA, KELOMPOK 3

BAHASA TULIS, AKSARA DAN EJAAN.


1. Nasyrah Rahmi (200501502037)
 
2. Eva Sherry Nabighah (200501502040)
Mata Kuliah: Pengantar Linguistik 3. Rezky Ramadani (200501502035)
4. Fitri Hasrawan (200501502031)
Dosen Mata Kuliah: Dr. Muhammad Saleh, S.Pd.,M.Pd. 5. Nurul Apriani (200501501050)
6. Nur Fadilah (200501502033)
7. Andi Ibrahim Ahmad (200501502029)
A. Bahasa dan Faktor Luar Bahasa

Disebutkan bahwa objek kajian lingustik makro adalah struktur intem bahasa atau sosok
bahasa itu sendiri; sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya
dengan faktor-faktor di luar bahasa. Kira nya yang di maksud denagn faktor-faktor di luar
bahasa itu tidak lain dari pada segala hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia di dalam
masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tanpa hubungan dengan bahasa. Yang ingin di
bicarakan dan memang erat kaitannya dengan bahasa adalah masalah bahasa dalam kaitannya
dengan kegiatan sosial di dalam masyarakat atau lebih jelasnya, hubungan bahasa dengan
masyarakat itu.
1. Masyarakat Bahasa

Yang di maksud masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa
yang sama. Misal secara linguistik bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah bahasa yang sama,
karena kedua bahasa itu banyak sekali persamaan nya, sehingga orang Malaysia dapat mengerti dengan
baik akan bahasa Indonesia, dan sebaliknnya orang Indonesia dapat pula mengerti dengan baik bahasa
Malaysia. Jadi, dalam kasus ini ada dua masyarakat bahasa, yaitu masyarakat bahasa Indonesia dan
masyarakat bahasa Malaysia. Contoh lain, ahasa Denmark, bahasa swedia, dan bahasa norwegia.

Orang Indonesia pada umumnnya adalah bilingual, yaitu mnggunakan bahasa Indonesia dan
menggunakan bahasa daerahnya, dan kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua,
Tetapi menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama.
2. Variasi dan Status Sosial Bahasa

Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa sangat beragam, dan
bahasa yang digunakan juga beragam. Dalam masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan
yang membedakan adanya dua variasi bahasa berdasarkan status pemakaiannya.

Variasi bahasa tinggi (biasa Variasi bahasa rendah


di singkat variasi bahasa T), (biasanya disingkat R),
variasi T ini digunakan variasi R digunakan dalam
dalam situasi-situasi resmi, situasi tidak formal seperti
seperti pidato kenegaraan di rumah.
3. Penggunaan Bahasa

Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan
menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsure, yang diakronimkan menjadi
SPEAKING, yakni:
a) Setting and scene, yaitu unsure yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya
percakapan.
b) Participants, yaitu orang-orang terlibat dalam percakapan.
c) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan.
d) Act sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.
e) Key, yaitu yang menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.
f) Instrumentalities, yauitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan.
g) Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan.
h) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
4. Kontak Bahasa

Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan
anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari masyarakat, akan terjadilah apa yang
disebut kontak bahasa. Uriel weinrich (1968) mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa oleh
seseorang secara bergantian, sedangkan Einar Haugen (1966) mengartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain, yang bukan
bahasa ibunya.
Sebagai contoh kita ambil keadaan linguistik di Indonesia, Indonesia adalah Negara yang
multilingual. Namun di samping itu banyak pula yang hanya menguasai satu bahasa. Orang yang
hanya menguasai satu bahasa disebut monolingual, unilingual, atau monoglot yang menguasi dua
bahasa disebut bilingual sedangkan yang menguasai lebih dari dua bahasa disebut multilingual,
pluriligual, atau poliglot.
5. Bahasa dan Budaya

Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan
kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua pakar, yaitu Edward sapir dan Benjamin lee whorf
(Dan oleh karena itu disebut hipotesis sapir-whorf) yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi
kebudayaan.
Kenyataan juga membuktikan, masyarakat yang kegiatannya sangat terbatas, seperti masyarakat
suku-suku bangsa yang terpencil, hanya mempunyai kosakata yang juga terbatas jumlahnya.
Sebaliknya, masyarakat yang terbuka yang anggota-anggota masyarakatnya mempunyai kegiatan yang
sangat luas, memiliki kosakata yang sangat banyak.
B. Klasifikasi Bahasa

1. Klasifikasi Genetis

Klasifikasi genetis, disebut juga klasifikasi geneologis, di lakukan berdasarkan garis keturunan
bahasa-bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau di turunkan dari bahasa yang lebih tua.

2. Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat pada
sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang-ulang dalam suatu
bahasa. Oleh karena itu, klasifikasi tipologi dapat dilakukan pada semua tataran bahasa, maka karena
itu pula, hasil klasifikasi ini menjadi menjadi bersifat arbitret karena tidak terikat pada tipe tertentu,
melainkan bebas menggunakan tipe mana saja.
3. Klasifkasi Areal
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbale balik antara bahasa yang satu
dengan bahasa lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah bahasa itu bekerabat
secara genetic atau tidak. Usaha klasifikasi berdasarkan areal ini pernah di lakukan oleh Wilhelm
Schmidt (1868- 1954) dengan bukunya die sprachfamilien und sprachenkreise der ende, yang di lampiri
dengan peta.

4. Klasifikasi Sosiolinguistik

Historisitas berkenan dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian bahasa itu.
Klasifikasi sosiolinguistik ini bukan satu-satunya klasifkasi sosiolinguistik, sebab kita dapat
mempersoalkan bagaimana, misalnya keadaan dan status bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan di
beberapa Negara-negara dikawasan asia yang begitu kompleks.
C. Bahasa Tulis, Aksara, dan Ejaan

Dalam bagian terdahulu sudah di sebutkan bahwa bahasa adalah sebuah system bunyi. Jadi, bahasa itu
adalah apa yang di lisankan. Juga sudah disebutkan bahwa linguistik melihat bahasa itu adalah bahasa lisan,
bahasa yang diucapkan, bukan yang dituliskan. Berkenaan dengan bahasa adalah juga menjadi objek linguistic
padahal bahasa tulis dekat sekali hubungannya dengan bahasa. Begitulah, maka bagi linguistik bahasa lisan
adalah primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa lisan lebih dahulu ada dari pada bahasa tulis.
Malah hingga saat ini masih banyak bahasa di dunia ini yang belum punya tradisi tulis. Artinya, bahasa
ituhanya digunakan secara lisan, tetapi tidak secara tulisan. Dalam bahasa itu belum di kenal ragam bahasa
tulisan, yang ada hanya ragam bahasa lisan

Meskipun dikatakan bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulis sekunder, tetapi peranan atau fungsi
bahasa tulis di dalam kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulispun sebenarnya merupakan
“rekaman” bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk “menyimpan” bahasanya atau untuk bisa disampaikan
kepada orang lain yang berada dalam ruang dan waktu yang berbeda.
Aksara latin adalah aksara yang tidak bersifat silabis. Hubungan antara fonem (yaitu satuan bunyi terkecil
yang dapat membedakan makna dalam suatu bahasa) dengan huruf atau grafem (yaitu satuan unsure terkecil dalam
aksara) ternyata juga bermacam-macam. Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa ejaan yang ideal adalah
ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk
melambangkan satu fonem.

Meskipun dikatakan bahasa lisan adalah bahasa primer dan bahasa tulis sekunder, tetapi peran atau fungsi
bahasa tulis didalam kehidupan moderen sangat besar sekali. Bahasa tulis dapat menembus waktu dan ruang,
padahal bahasa lisan begitu diucapkan segera hilang tak berbekas. Bahasa tulis dapat disimpan lama sampai waktu
yang tak terbatas. Karena itulah, kita bisa memperoleh informasi dari masa lalu atau dari tempat yang jauh melalui
bahasa tulis ini, tetapi tidak melalui bahasa lisan.
Meskipun diatas sudah disebutkan bahwa bahasa tulis sebenarnya tidak lain dari pada rekaman bahasa lisan, tetapi
sesungguhnya ada perbedaan besar antara bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis bukanlah bahasa lisan yang
dituliskan seperti yang terjadi dengan kalau kita merekam bahasa lisan itu kedalam pita rekaman. Bahasa tulis sudah
dibuat orang dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab jika tidak hati-hati, tanpa pertimbangan dan pemikiran,
peluang untuk terjadinya kesalahan dan kesalah pahaman dalam bahasa tulis sangat besar. Bila terjadi kesalahan, maka
kesalahan itu tidak bisa secara langsung diperbaiki. Berbeda dengan bahasa lisan, dalam bahasa lisan setiap kesalahan
bisa segera diperbaiki. Lagi pula bahasa lisan sangat dibantu oleh intonasi, tekanan, mimik, dan gerak-gerik si
pembicara. Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap
fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk melambangkan satu fonem. Jika
demikian, kita lihat bahwa ejaan untuk bahasa Fin dan bahasa Turki adalah sudah ideal. Ejaan bahasa Indonesia belum
seratus seratus persen ideal, sebab masih ada digunakan huruf untuk melambangkan sebuah fonem.
Kesimpulan

Objek kajian linguistik mikro adalah struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu sendiri sedangkan faktor
diluar bahasa merupakan kajian linguistik makro. Kiranya yang di maksud dengan faktor diluar bahasa
tidak lain daripada segala hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia didalam masyarakat, karena tidak
ada kegiatan yang tanpa berhubungan dengan bahasa jelasnya, hubungan bahasa dengan masyarakat itu
sangat erat kaitannya.

Saran

Disarankan kepada mahasiswa dan mahasiswi agar dapat memahami materi tentang "Bahasa dan Faktor
luar bahasa, klarifikasi bahasa, bahasa tulis, aksara dan ejaan" yang telah dijabarkan oleh penulis. 
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai