Anda di halaman 1dari 47

Responsi

SPONDYLITIS
TB
FILIANIE LIMANTO
2015.04.2.0054
KU : nyeri punggung

KT : tidak bisa berjalan, nafsu makan menurun, BB menurun,


sumer, badan lemas, benjolan di punggung
Pasien datang ke UGD RSAL dengan keluhan nyeri punggung sejak 2 bulan yang
lalu, nyeri punggung dirasakan hilang timbul. Pasien sudah ke dokter dan diberi
obat anti nyeri namun keluhan masih tetap.

Pasien juga mengeluhkan munculnya benjolan di punggung atas, namun pasien


tidak mengetahui sejak kapan benjolan tersebut muncul. Pasien baru menyadari
benjolan tersebut saat diminta dilakukan foto x-ray awal juli kemarin. Pasien
mengeluhkan nyeri pada benjolan tersebut terutama saat bersandar pada alas
yang keras.
Pasien juga mengeluhkan demam sumer yang hilang timbul yang biasanya
dirasakan saat malam hari disertai dengan keringat dingin. Keluhan dirasakan
bersama dengan nyeri punggung 2 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
lemas selama sakit ini.
Nafsu makan pasien juga menurun hingga berat badan pasien menurun kurang
lebih 10 kg dalam 2 bulan ini. Mual dan muntah disangkal. Batuk – batuk lama
disangkal.
Pasien mengeluh kedua kakinya susah digerakan hingga pasien tidak
bisa berjalan sejak 4 Juli lalu. Keluhan ini berawal dari pasien merasa
kaku tebal serta kesemutan pada kedua kakinya sejak awal juni. Keluhan
ini semakin lama semakin memburuk, pasien terkadang tiba – tiba
terjatuh setelah beraktivitas hingga pasien saat ini tidak bisa berjalan.
Pasien sudah ke dokter saraf dan menjalani pemeriksaan EMG.
Pasien buang air besar dan kecil seperti biasanya. BAK normal, warna
kuning jernih, tidak ada darah, tidak terputus - putus, dan tidak nyeri
RPD :
DM (-) HT (-) Asthma (-)
Riwayat KLL (-)
Riwayat dirawat di RS Haji karena Hb menurun pada bulan Maret
(transfusi 2 kantong)
Riwayat Batuk lama (-) TB (-)

RPK :
Riwayat DM (-) HT (-) Asthma (-)
Riwayat keluarga dgn TB (-)

Riwayat Alergi (-)


Riwayat Penggunaan Obat-obatan Kronis (-)
Status Generalis : dbN
Status Neurologis :
DIAGNOSA :
Spondylitis TB Vertebra Thoracalis IV + Fraktur Pathologis Vertebra
Thoracalis IV – V + Intraspinal abcess

PENATALAKSANAAN :
Mobilisasi miring kanan kiri
Inf NS 500 cc / 24jam
Alpentin 2 x 30mg
Na diclofenac 2 x 50mg
Inj lapibal 1 amp/8jam
INH 0 – 0 – 350 mg
Rifampicin 0 – 0 – 450
Ethambutol 0 – 0 – 2 tab
Pyrazinamid 0 – 0 – 3 tab
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
SPONDYLITIS TB / POTT
DEFINISI :
Radang granulomatosa yang bersifat kronik
destruktif oleh Mycobacterium tuberculosis
yang menyerang tulang belakang
(merup. Infeksi sekunder dari fokus di tempat
lain dalam tubuh)
EPIDEMIOLOGI
(WHO) kasus baru TB lebih dari 8jt per tahun di dunia
Indonesia = negara terbesar ke-3 (583.000 kasus baru per thn)
Spondylitis TB = 50% dari seluruh TB tulang dan sendi
Di Ujung Pandang ditemukan sebanyak 70%
Ditemukan pada kelompok umur 2 – 10 tahun
Wanita dan pria berbanding sama
ETIOLOGI
merupakan Infeksi sekunder TB di tempat lain
90 – 95% M.tuberkulosa tipik
5 – 10% M.tuberkulosa atipik
(Mycobacterium tuberculosa)
- bentuk basil, tahan asam, non motile
Infeksi  Hiperemi dan eksudasi  osteoporosis
dan perlunakan korpus  kerusakan pada kortex
epifisis, diskus intervertebralis dan vertebra sekitar
(Kerusakan pd bagian ant corpus menyebabkan
kifosis)
Eksudat (serum, leukosit, kaseosa, tulang yang
fibrosis, basil TB) menyebar ke depan, di bag bawah
Lig. Longitudinal ant  menembus ligamen dan
menyebar ke sekitar
(daerah cervial) eksudat terkumpul di belakang fascia paravertebralis
dan menyebar ke lateral di belakang m.sternocleidomastoideus

(daerah thoracal) abses tetap tinggal pada daerah thorax setempat


menempati daerah paravertebral, berbentuk masa yg menonjol dan
fusiform (Abses pada daerah ini dpt menekan medulla spinalis sehingga
timbul paraplegia)

(daerah lumbal) dapat menyebar masih mengikuti m.psoas dan muncul


di bawah Lig.inguinal pada media paha. Eksudat dpt menyebar ke
daerah krista illiaka dan ke p.darah femoralis sampai regio glutea.
X-ray dari daerah serviks yang
menunjukkan spondilitis
tuberkulosa pada C6-C7 dan
abses retropharyngeal (foto
kiri). Gambar MRI dari pasien
yang sama, yang
menunjukkan penghancuran
C6-C7.
1. Stadium Implantasi :
◦ (daya tahan tubuh turun) -- > bakteri duplikasi membentuk koloni
selama 6 – 8 mgg
◦ Biasanya terjadi pada daerah paradiskus

2. Stadium Destruksi Awal :


◦ Terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan ringan pada
diskus selama 3 – 6 mgg

3. Stadium Destruksi Lanjut :


◦ Terjadi destruksi masif, vertebra kolaps, dan terbentuk masa
kaseosa serta pus ‘cold abcess’ terjadi 2 – 3 bulan setelah stadium
destruksi awal – lalu terbentuk sekuestrum dan kerusakan diskus
inter-vertebralis
◦ Pada saat tsb, terbentuk tulang baji t.u di depan (wedging anterior)
akibat kerusakan korpus vertebra yang menyebabkan terjadinya
gibbus / kifosis
4. Stadium Gangguan Neurologis
◦ Tdk berkaitan dgn beratnya kifosis TAPI ditentukan oleh tekanan
abses ke kanalis spinalis
◦ Ditemukan pada 10% dari seluruh komplikasi Spondilitis TB
◦ V. Thoracalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga
gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.
◦ Gangguan neurologis (derajat paraplegi) :
◦ Paraplegi (aktif) terjadi akibat tekanan ekstradural dari abses
paravertebral atau kerusakan lgsung sumsum tulang belakang oleh
granulasi jaringan
◦ Paraplegi (tidak aktif/sembuh) terjadi akibat tekanan pada
jembatan kanal spinalis atau akibat pembentukan jaringan fibrosis
dr jar granulasi
◦ TB paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat menyebabkan
destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskular vertebra
Tahapan Defisit Neurologi
TB Spinalis biasanya mengenai korpus vertebra dan menyebabkan
kompresi (manifestasi awal sbg peningkatan perlahan spasticity)

Semakin meningkatnya komrpesi pada collumna anterior chorda, maka


menyebabkan kehilangan fungsi motoriknya secara perlahan dari
kelemahan motorik parsial sampai total dengan tanda – tanda lesi
UMN.
Bila kompresi makin parah, akan menyebabkan bolckade komplit
terhadap konduksi saraf pada columna anterior, sebagian columna
lateral, serta akan terjadi penurunan sensasi (nyeri, temperatur, dan
sentuhan).
5. Stadium Deformitas Residual
◦ Terjadi 3 – 5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis /
Gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif
di anterior

DERAJAT PARAPLEGI :
I : Kelemahan anggota gerak bawah terjadi setelah aktivitas / berjalan
jauh (belum terjadi gg sensoris)
II : Kelemahan anggota gerak bawah tpmasih dpt melakukan aktivitas
III : Kelemahan anggota gerak bawah yang membatasi aktivitas serta
hipoastesia/anestesia
IV : Gangguan sensoris, motoris, defekasi, dan miksi
GAMBARAN KLINIS
Gejala hampir sama dgn gejala TB (badan lemah, nafsu makan
berkurang, BB menurun, suhu subfebril t.u malam, sakit
punggung)
TB cervical = nyeri di belakang kepala, gangguan menelan,
gangguan pernapasan akibat abses retrofaring
Gejala lain :
◦ Abses pada paravertebral, abdominal, inguinal, poplitea, dll
◦ Gejala paraparesis, paraplegia
◦ Ganguan pergerakan tulang belakang akibat spasm / gibus
Pembentukan gibbus di
daerah thorakolumbal
pada pasien dengan
Spondilitis TB.

Hasil MRI :
Spondilitis TB di T10 – 12
(kerusakan, kolaps, dan
angulasi tulang belakang)
DIAGNOSA
ANAMNESA :
◦ Nyeri punggung (tidak spesifik)
◦ Riwayat TB paru atau gejala klasik (demam lama, batuk lama, penurunan BB)
◦ Paraparesis
◦ Gejala neurologis lain (rasa kebas, gangguan defekasi dan miksi)

STANDAR PEMERIKSAAN PADA TB TULANG DAN SENDI :


◦ Pemeriksaan klinik dan neurologis yang lengkap
◦ Foto tulang belakang posisi AP dan lateral
◦ Foto polos toraks posisi PA
◦ Uji Mantoux
◦ Biakan sputum dan pus untuk menemukan basil tuberkulosa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LAB :
1. Peningkatan LED dan mungkin disertai dengan leukositosis
2. Uji Mantoux positif
3. Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikobakterium
4. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar linfe regional
5. Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
RADIOLOGIS :
Foto Thoraks : TB Paru
Foto Polos Vertebra :
Osteoporosis, Osteolitik, dan Destruksi Vertebra, disertai penyempitan diskus
intervertebralis yang berada di antara korpus tsb dan mungkin ada massa
abses paravertebral
Foto AP :
Abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang burung
Di daerah thorakal berbentuk bulbus
Di daerah lumbal berbentuk fusiform
Stadium lanjut terjadi destruksi vertebra hebat sehingga timbul kifosis
Foto dengan zat Kontras :
Pemeriksan mielografi (dilakukan bila ada gejala penekanan sumsum tulang)
CT Scan / MRI
TERAPI
Harus segera untuk menghentikan progresifitas penyakit dan mencegah
paraplegia
1. Konservatif :
◦ Bed Rest
◦ Perbaiki KU
◦ Pemasangan brace pada penderita
◦ Obat Anti Tuberkulosa :
INH dosis oral 5mg/kgBB per hari (dosis max 300mg)
Asam Para amino salisilat 8 – 12mg/kgBB
Ethambutol 15 – 25 mg/kgBB per hari
Rifampicin 300 – 400mg/hari
Prinsip pengobatan paraplegia Pott`s sebagai berikut :
1. Pemberian obat antituberkulosis (OAT).
2. Dekompresi medulla spinalis.
3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi.
4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft).
2. Terapi Operatif
BILA terdapat cold abses, lesi TB, paraplegia, dan kifosis

Indikasi Operasi :
Bila dgn terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau
malah semakin berat. (3mgg sblm operasi, setiap spondilitis
tuberkulosa diberikan OAT)
Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara
terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft
Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi
ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan
langsung pada medula spinalis
Cold Abses
◦ Tidak perlu bila ukuran kecil (dpt resorpsi spontan oleh OAT)
◦ Drainase bedah :
Debridemen fokal, Kosto-transveresektomi,
Debridemen fokal radikal yg disertai bone graft di bagian anterior

Paraplegia
◦ Laminektomi
◦ Kosto-transveresektomi
◦ Operasi Radikal
◦ Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang

Kifosis
◦ Bila ada deformitas yang hebat (dilakukan operasi fusi posterior)

Anda mungkin juga menyukai