Anda di halaman 1dari 30

Pitiriasis Rosea

Devina Martina Adisusilo


Puskesmas Kecamatan Harapan
Mulya, Kemayoran, Jakarta Pusat
LAPORAN KASUS

Nama : Ny. A
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
 IDENTITA Agama : Islam
S PASIEN Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Harapan Mulya
Kebangsaan : WNI
Tanggal kasus : 11/08/2015
No. RM : XXXXX
I. Anamnesis

1. Riwayat Penyakit Sekarang


a. Keluhan Utama : Gatal-gatal dengan ruam kemerahan di
leher dan punggung belakang badan.
b. Keluhan Tambahan : ruam timbul sejak 2 bulan yang lalu di
awali dari leher bagian depan kemudian menjalar ke
punggung bagian belakang, gatal2 terasa hilang timbul dan
memberat jika berkeringat. Pasien juga mengeluh nyeri ulu
hati. Sudah pernah berobat ke puskesmas di berikan obat
minum dan krim.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
- Cephalgia et causa Migrain
3. Riwayat Penyakit Keluarga
- tidak ada keluarga dengan penyakit kulit
4. Riwayat Kebiasaan Sosial :
- pasien selalu memakai pakaian bersih dan
rutin mengganti
pakaian.
II. Pemeriksaan Fisik
a. Status Dermatologis :
 Regio : Generalisata (leher depan dan
punggung belakang)
 Deskripsi Lesi : Tampak makula eritema dan pacth
hiperpigmentasi dengan batas tegas, tepi reguler, bentuk
bervariasi (multiform) dan ukuran bervariasi dari 2-4cm,
bagian tengah ditutupi oleh skuama tipis (herald pacth).
 Terdapat papule berwarna merah dan hitam berbentuk bulat
dengan ukuran bervariasi dari millier sampai lentikuler dengan
aksis panjangnya sejajar dengan garis kulit dan sejajar dengan
costae sehingga memberikan gambaran christmas tree.
III. DIAGNOSIS Kerja
 PITYRIASIS ROSEA

IV. Diagnosa Banding


1. Tinea Corporis

2. Psoriasis Gutata

3. Dermatitis Numuler

4. Sifilis Sekunder
V. Pemeriksaan Penunjang

 Di Puskesmas  tidak dilakukan


Pemeriksaan kerokan kulit dengan
KOH 10%
VI. Penatalaksanaan
(di Puskesmas)

 CTM 3x4 mg
 Prednison 3x5 mg
 Hidrocortison Cr
VII. Resume
Pasien perempuan, 28 tahun datang dengan keluhan gatal dan
ruam di leher dan punggung belakang sejak 2 bulan yang
lalu, gatal dirasakan hilang timbul pada daerah lesi, namun
hanya berupa gatal biasa, gatal hilang timbul dan memberat
saat berkeringat. Pasien sudah mendapatkan pengobatan
dari puskesmas dan diberikan obat minum dan krim.
Pada pemeriksaan fisik status dermatologis :
Tampak makula eritema dan pacth hiperpigmentasi dengan
batas tegas, tepi reguler, bentuk bervariasi (multiform) dan
ukuran bervariasi dari 2-4cm, bagian tengah ditutupi oleh
skuama tipis (herald pacth). Juga terdapat papule berwarna
merah dan hitam berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi
dari millier
Working Diagnosis : Ptiriasis Rosea
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
 Pitiriasis rosea adalah dermatitis eruptif/erupsi
papuloskuamosa akut yang sering dijumpai.
Morfologi khas berupa makula eritematosa
lonjong dengan diameter terpanjang sesuai
dengan lipatan kulit serta ditutupi oleh skuama
halus.
EPIDEMIOLOGI
 Penyebabnya belum diketahui, namun diduga
akibat virus karena banyak pasien mempunyai
riwayat gejal saluran pernafasan sebelum lesi
kulit terjadi.
 Dapat menyerang semua umur, terutama 15-40
tahun
 Frekuensi yang sama pada pria dan wanita
Etiologi
 Virus sebagai penyebab timbulnya penyakit ini, karena adanya gejala
prodromal yang biasa muncul pada infeksi virus bersamaan dengan
munculnya bercak kemerahan di kulit. Human herpes virus 6 dan 7
 Pitiriasis rosea tidak disebabkan langsung oleh infeksi virus herpes melalui
kulit, tapi kemungkinan disebabkan karena infiltrasi kutaneus dari infeksi
limfosit yang tersembunyi pada waktu replikasi virus sistemik.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TIMBULNYA PENYAKIT
 Bangsa : Tidak mengenal ras & etnik
 Iklim : Banyak pada musim hujan (kerap
pula terjadi pada musim semi dan gugur)
 Lingkungan: Lebih sering pada cuaca dingin
 Tidak dipengaruhi keturunan.
 Tidak dipengaruhi oleh kebersihan/personal
higiene
GEJALA SINGKAT PENYAKIT
Perjalanan penyakit termasuk keluhan
utama dan keluhan tambahan: timbul
bercak seluruh tubuh terutama daerah
tertutup pakaian berbentuk bulat
panjang mengikuti lipatan kulit.
Diawali suatu bercak yang besar
disekitarnya terdapat bercak agak
kecil. Ukuran bercak dari seujung
jarum pentul sampai sebesar uang
logam.
Dapat diketahui oleh gejala prodromal
ringan seperti badan lemah, sakit
kepala, dan sakit tenggorokan.
PEMERIKSAAN KULIT
 Efloresensi/sifat-sifatnya :
Makula eritroskuamosa anular dan solitar, bentuk lonjong dg
tepi hampir tidak nyata meninggi dan bagian sentral bersisik,
agak berkeringat. Sumbu panjang lesi sesuai dengan garis
lipatan kulit dan kadang-kadang menyerupai gambaran pohon
cemara. Lesi inisial (herald patch = medallion) biasanya
solitar, berbentuk oval, anular, berdiameter 2-6 cm. Jarang
terdapat lebih dari 1 herald patch.
 Lokalisasi : Dapat
tersebar di seluruh
tubuh, terutama pada
tempat yang tertutup
pakaian.
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
 Tidak spesifik. Pada epidermis ditemukan
spongiosis dan vesikel di atas lapisan malpigi dan
subkornea, di samping itu terdapat juga parakeratosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG/
LABORATORIK
 Pemeriksaan kerokan kulit dgn KOH 10%
 Karena menyerupai sifilis stadium II, maka
perlu dilakukan pemeriksaan serologis
DIAGNOSA BANDING
1. Tinea korporis: lesi papuloeritemaskuamosa yang bentuknya anular,
dengan skuama, dan central healing. Bagian tepi lesi lebih aktif, bisa
terdapat papul, pustul, skuama, atau vesikel.
2. Psoriasis gutata : bercak-bercak eritem yang meninggi (plak) dengan
skuama diatasnya. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih
seperti mika, serta transparan. Umumnya setelah infeksi Streptococcus di
saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili
3. Dermatitis Numularis : Gambaran lesinya berbentuk seperti koin dengan
skuama yang dapat menyerupai pitiriasis rosea. Namun tidak terdapat
koleret dan predileksi tempatnya pada tungkai
4. Sifilis sekunder
biasanya pada sifilis sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan,
telapak kaki, membran mukosa, mulut, serta adanya kondiloma lata
atau alopesia. Tidak ada keluhan gatal (99%). Ada riwayat lesi
pada alat genital. Tes serologis terhadap sifilis perlu dilakukan
jika gambarannya tidak khas dan tidak ditemukan Herald patch.
PENATALAKSANAAN
 Sistemik
 Anti gatal (antihistamin oral) untuk
mengurangi rasa gatal
 kortikosteroid  sistemik  atau pemberian
 triamsinolon  diasetat atau asetonid 20-40
mg yang diberikan secara  intramuskuler
 Topikal
 Bedak kocok yang mengandung asam salisilat 2%, atau
mentol 1%
 Pada kasus yang lebih berat dengan lesi yang luas dan gatal
yang hebat dapat diberikan glukokortikoid topikal kerja
menengah ( bethametasone dipropionate 0,025% ointment  2
kali sehari )
IX. EDUKASI
Pitiriasis Rosea akan sembuh sendiri dalam waktu 10-12
minggu
Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah

dengan mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan.


Pakaian yang mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat

menyebabkan lesi menjadi bertambah berat


Usahakan untuk hidup dengan sanitasi dan hyginitas tinggi

untuk mencegah infeksi kulit


PROGNOSIS
 Baik, dapat sembuh spontan (sembuh sendiri)
dalam waktu 6-8 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea. Dalam: Dermatology in General Medicine Fitzpatrick’s. The McGraw-
Hill Companies, Inc. 2008: 362-65.
2. Sterling, J.C. Viral Infections. Dalam: Rook’s textbook of dermatology; edisi ke-7. 2004: 79-82.
3. James William D, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Andrew’s Disease of The Skin Clinical Dermatology;
edisi ke-10. Philadelphia, USA: Elsevier. 2006: 208-9.
4. Gonzales Lenis M, Allen Robert, Janniger Camila Krysicka, Schwartz Robert A. Pityriasis Rosea: An
Important Papulosquamos Disorder. International Journal of Dermatology. 2005: 757-64.
5. Graham-Brown Robin, Bourke Johnny. Mobsy’s Color Atlas and Text of Dermatology; edisi ke-2.
Philadelphia, USA: Elsevier. 2007: 224-25.
6. Henderson David, Usatine Richard P. Pityriasis Rosea. Dalam: Usatine Richard P, Smith Mindy Ann,
Mayeaux Jr. E.J. editor. The Color Atlas of Family Medicine. USA: McGraw Hill. 2009: 630-33.
7. Gawkrodger David J. Dermatology an Illustrated Colour Text; edisi ke-4. Philadelphia, USA: Elsevier.
2008: 40-1.
8. Hall John C. Sauer’s Manual of Skin Disease; edisi ke-9. Philadelphia, USA: Lippincott William and
Wilkins. 2006: 157-61.
9. Tierney Jr. Lawrence M, Mcphee Stephen J. LANGE Current Medical Diagnosis and Treatment; edisi ke-
45. USA: McGraw Hill. 2006.
10. Weller Richard, Hunter John, Savin John, Dahl Mark. Clinical Dermatology; edisi ke-4. Massachusetts,
USA: Blackwell Publishing. 2008: 71-8.
11. Djuanda Adhi. Dermatosis Eritriskuamosa. Dalam: Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, editor.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007: 189-200.

Anda mungkin juga menyukai