Anda di halaman 1dari 69

Pajak

Penghasilan
Pasal 26
Pasal 21 UU PPh
Peraturan Dirjen Pajak
No. PER-16/ PJ/ 2016
Definisi
Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari
Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar negeri
selain BUT.

Subjek PPh 26 dapat merupakan WP luar negeri orang


pribadi atau WP organisasi internasional.

Cara Pemenuhan
Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui
pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan.
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

Badan Pemerintah.

Subjek pajak dalam negeri.

Penyelenggara kegiatan.

Bentuk Usaha Tetap.

Perwakilan perusahaan luar negeri.

3
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan

PPh 26 terutang di saat yang lebih dahulu terjadi antara


akhir bulan diterimanya penghasilan atau akhir bulan
diperolehnya penghasilan.

Atas PPh 26 yang dipotong, wajib disetorkan paling


lambat tanggal 10 masa pajak berikutnya setelah saat
terutang.

Pemotong wajib melakukan pelaporan SPT Masa paling


lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Tarif, Dasar dan Sifat Pengenaan (1)

20% dari jumlah bruto, dan bersifat final, atas:

• Dividen
• Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait
pengembalian utang.
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait penggunaan
harta.
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan.
• Hadiah dan penghargaan.
• Pensiun dan pembayaran berkala lain.
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lain.
• Keuntungan atas pembebasan utang.

5
Ilustrasi (Penghasilan Bunga)

Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki kegiatan bisnis di


Asia Timur melalui pemberian dana pinjaman berbunga rendah. Selama 2013,
Friedrich telah meminjamkan dana dengan rata – rata pokok pinjaman tertimbang
sebesar $ 3.000.000 dan tingkat bunga rata – rata 7,5% p.a. Kurs KMK ditetapkan
konstan sepanjang tahun pada tingkat Rp 10.100,00/ $. Berapakah total beban
PPh 26 yang seharusnya dipotong oleh para debitur Friedrich? Bagaimana
penjurnalan oleh debitur?
Jawaban:
Pajak terutang = 20% x (7,5% x 3.000.000 x 10.100)
= 20% x 2.272.500.000
= Rp 454.500.000,00
Jurnal Beban bunga 2.272.500.000
Utang PPh 26 454.500.000
Kas 1.818.00.000

6
Ilustrasi (Pendapatan Jasa)

Barbarossa merupakan seorang dokter berkewarganegaraan asing yang


selama periode Januari – Maret 2013 tinggal di Indonesia untuk
memberikan jasa pendampingan riset bagi suatu rumah sakit yang baru
berdiri. Barbarossa menerima pembayaran senilai $ 32.750 yang
dibayarkan sekaligus di muka kontrak. Kurs KMK yang berlaku di awal
januari adalah Rp 10.350,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang
seharusnya dikenakan atas penghasilan Barbarossa? Bagaimana
penjurnalan oleh pemberi kerja?
Jawaban :
Pajak terutang = 20% x (32.750 x 10.350)
= 20% x 338.962.500
= Rp 67.792.500,00
Jurnal Beban gaji 338.962.500
Utang PPh 26 67.792.500
Kas 271.170.000

7
Tarif, Dasar, dan Sifat Pengenaan (2)

20% dari perkiraan penghasilan netto, dan bersifat final,


atas:
• Penghasilan atas penjualan harta, selain yang diatur oleh
Pasal 4 Ayat (2).
• Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan
asuransi luar negeri.
• Penghasilan atas penjualan saham perusahaan antara di
tax haven country yang berhubungan istimewa dengan
badan atau BUT di Indonesia.

20% dari PKP setelah pajak, dan bersifat final, atas:


• Penghasilan atas Bentuk Usaha Tetap.
• Dikecualikan dari pengenaan, jika penghasilan tersebut
ditanamkan kembali di Indonesia.

8
Perkiraan Penghasilan Netto

Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan


asuransi luar negeri.
• Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi
luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi
• Atas premi dibayar perusahaan asuransi dalam negeri kepada
perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan Netto =
10% x Premi
• Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam negeri
kepada perusahaan asuransi luar negeri = Perkiraan Penghasilan
Netto = 5% x Premi
Atas penghasilan penjualan saham perusahaan antara di
tax haven country yang berhubungan istimewa dengan
badan atau BUT di Indonesia.
• Perkiraan Penghasilan Netto = 25% x Harga Jual

9
Ilustrasi
(Premi Asuransi)

Von Bleucher merupakan seorang WNA direktur pemasaran bagi


perusahaan yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia. Atas
rencananya untuk menetap permanen di Indonesia, Von Bleucher
merasa perlu mengasuransikan kesehatan keluarganya dengan
mengikuti program asuransi yang diselenggarakan perusahaan asuransi
di negara asalnya dengan nilai premi $ 1.650 per tahun. Kurs KMK yang
berlaku saat pembayaran premi adalah senilai Rp 10.300,00/ $.
Berapakah besar PPh 26 yang seharusnya dipotong terhadap
perusahaan asuransi luar negeri tersebut jika:
a. Premi tersebut dibayarkan oleh Von Bleucher sendiri.
b. Premi dibayarkan melalui suatu perusahaan asuransi di
Indonesia yang melakukan pembayaran kepada perusahaan
asuransi luar negeri.

10
Ilustrasi
(Premi Asuransi)
Jawaban :
a. Pajak terutang = 20% x (50% x 1.650 x 10.300)
= 20% x 8.497.500
= Rp 1.669.500,00
b. Pajak terutang = 20% x (10% x 1.650 x 10.300)
= 20% x 1.669.500
= Rp 339.900,00

11
Ilustrasi (Laba BUT)

PT. Universal merupakan unit BUT yang dimiliki oleh suatu perusahaan
asing. Di tahun 2013, PT. Universal mencatatkan peredaran bruto
sebesar Rp 24.000.000.000,00 serta total biaya operasi dan non operasi
sesuai laporan finansial sebesar Rp 20.350.000,00. Atas pemeriksaan
ulang, nilai tersebut perlu mendapatkan koreksi fiskal positif senilai Rp
2.585.000.000,00. Jika penghasilan BUT seluruhnya dikirimkan kepada
perusahaan induk, berapakah PPh 26 yang seharusnya dipotong
terhadap penghasilan PT. Universal? Bagaimana PT. Universal
melakukan penjurnalan?

12
Ilustrasi (Laba BUT)

Jawaban :
Peredaran bruto Rp 24.000.000.000
Biaya operasi dan non operasi (Rp 20.350.000.000)
Koreksi fiskal positif Rp 2.585.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 6.235.000.000
Bagian PKP terkena keringanan tarif pasal 31E
= 4.800.000.000/ 24.000.000 * 6.235.000.000
= Rp 1.247.000.000
PPh badan atas penghasilan BUT
= 50% x 25% x 1.247.000.000 + 25% x (6.235.000.000 -
1.247.000.000)
= 12,5% x 1.247.000.000 + 25% x 4.988.000.000
= 155.875.000 + 1.247.000.000
= Rp 1.402.875.000

13
Ilustrasi (Laba BUT)

Jawaban :
Penghasilan sebelum pajak Rp 6.235.000.000
PPh badan (Rp 1.402.875.000)
Penghasilan setelah pajak Rp 4.832.125.000
PPh 26 atas penghasilan setelah pajak
= 20% x 4.832.125.000
= Rp 966.425.000,00
Jurnal
Income Summary 3.650.000.000
Laba Ditahan 3.650.000.000

Beban pajak 2.369.300.000


Utang PPh 29 1.402.875.000
Utang PPh 26 966.425.000

14
Objek PPh 26 Bersifat Tidak Final
Penghasilan kantor pusat dari usaha,
kegiatan, penjualan barang, atau
pemberian jasa yang serupa dengan
kegiatan BUT.
Penghasilan kantor pusat selama
terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan sumber
penghasilan.

Penghasilan WP LN orang pribadi atau


badan yang berubah menjadi WP DN
orang pribadi atau BUT.
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

P3B mengatur
WP luar negeri dapat tarif dan hak
dikenai pajak di Indonesia pemajakan,
sekaligus di negara asal. sehingga
pengenaan pajak
hanya satu kali.

Tarif PPh 26 menjadi tidak


berlaku ketika terdapat
P3B.

16
Ilustrasi (Penerimaan Royalti)

Leichi merupakan warga negara China yang memiliki HAKI yang diakui di
dunia. Sebuah perusahaan di Indonesia memanfaatkan HAKI tersebut
dan membayarkan royalti sebesar Rp 195.000.000,00 setiap tahunnya.
Pemerintah Indonesia dan China terikat P3B dengan ketentuan atas
royalti dipungut pajaknya oleh Pemerintah Indonesia dengan tarif 10%.
Bagaimanakah perusahaan tersebut melakukan penjurnalan?

Jawaban :
Pajak terutang = 10% x 195.000.000
= 19.500.000
Jurnal oleh perusahaan
Beban royalti 195.000.000
Utang pajak 19.500.000
Kas 175.500.000

17
Pajak
Penghasilan
Pasal 22
Definisi

Merupakan pajak yang dipungut atas:

• Aktivitas pembayaran atas penyerahan barang


bagi institusi pemerintah atau BUMN tertentu.
• Aktivitas impor barang.
• Aktivitas penjualan atau pembelian barang di
industri tertentu.
• Aktivitas penjualan barang sangat mewah.

19
Pemungut, Penyetor, dan Pelapor (1)

Aktivitas Penyerahan Barang

• Bendahara pemerintah untuk mekanisme pembelian


barang.
• Bendahara pengeluaran untuk mekanisme Uang
Persediaan (UP).
• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit
Surat Perintah Membayar (SPM) untuk mekanisme
Pembayaran Langsung (LS).
• BUMN tertentu.

Aktivitas Impor

• Bank Devisa
• Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

20
Pemungut, Penyetor, dan Pelapor (2)

Aktivitas di Industri Tertentu

• Badan usaha yang ditunjuk Kepala KPP


untuk penjualan hasil produksi dalam negeri
di industri semen, kertas, baja, dan otomotif.
• Produsen atau importir BBM, BBG, dan
pelumas untuk penjualan komoditas
tersebut.
• Industri atau eksportir yang ditunjuk Kepala
KPP untuk pembelian bahan keperluan di
sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan.

21
BUMN Pemungut

Persero Non Perbankan

• Pertamina, PLN, PGN, Telkom, Garuda Indonesia,


Pembangunan Perumahan (PP), Wijaya Karya,
Adhi Karya, Hutama Karya, Krakatau Steel.

Seluruh Bank BUMN

22
Tarif Pajak (1)

Aktivitas Penyerahan Barang


• 1,5% dari harga pembelian.

Aktivitas Impor
• 2,5% dari nilai impor bagi pengguna Angka Pengenal Impor (API).
• 0,5% bagi pengguna API untuk impor kedelai, gandum, dan tepung
terigu.
• 7,5% dari nilai impor bagi non pengguna API.
• 7,5% dari harga jual lelang untuk barang yang tidak dikuasai.
• Nilai impor = CIF ditambah Bea Masuk dan pungutan lain.

23
Pencatatan Transaksi PPh 22
Bendaharawan Negara dan Impor

• PPh 22 Dipungut Bendaharawan Negara


– Jumlah pajak yang dipungut oleh bendaharawan merupakan pengurang
kas yang diterima dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka.
– PPN dan PPnBM tidak dicatat, namun bukti potongnya dimintakan untuk
memperoleh restitusi pajak.

• PPh 22 Atas Impor


– Jumlah PPh 22 yang dibayarkan dicatat sebagai pajak dibayar dimuka.
– Untuk Bea Masuk dan PPnBM menjadi penambah nilai persediaan.

24
Ilustrasi

Koperasi Medang Kamulan menerima pembayaran dari Kantor Humas Pemprov atas
penyediaan furniture berbahan kayu jati senilai Rp 350.000.000,00. Berapakah beban
PPh 22 dan bagaimana pernjurnalannya (metode periodik)?

Jawaban :
Beban PPh 22 = 1,5% x 350.000.000
= Rp 5.250.000,00
Jurnal Koperasi Jurnal Humas Pemprov
Kas 344.750.000 Furniture 350.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 22 5.250.000 Kas 344.750.000
Penjualan350.000.000 Utang PPh 22 5.250.000

25
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Bendaharawan Negara)

CV. Pancala mengirimkan tagihan ke Pemprov Aceh atas pengadaan


barang sebesar Rp 220.000.000,00 termasuk PPN. Pengadaan barang
tersebut dikenai pemungutan PPh 22 sebesar 1,5%. Harga pokok penjualan
atas barang tersebut adalah Rp 115.000.000,00. Bagaimanakah CV.
Pancala melakukan penjurnalan?
Jawaban :
Piutang dagang 170,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 22 30,000,000
Penjualan 200,000,000
Harga pokok penjualan 115,000,000
Persediaan 115,000,000

26
Ilustrasi - (Impor)
PT. Kutai Kartanegara melakukan transaksi jual beli dengan Tenggarong Inc. yang
berdomisili usaha di luar negeri atas sebuah mesin cetak tanpa menggunakan API.
Nilai kontrak diketahui $ 10,000.000 berdasar ketentuan FOB shipping point. PT.
Kutai Kartanegara mengasuransikan pengiriman tersebut dengan biaya premi
sebesar 10% dari kontrak pembelian, dengan biaya pengangkutan senilai $
1,500.00. Adapun Bea Masuk dan pungutan lain masing – masing adalah senilai
20% dan Rp 5.000.000,00. Kurs yang ditetapkan oleh Menkeu adalah Rp 10.000,00/
$ sedangkan oleh BI Rp 9.500,00/ $. Berapakah besar beban PPh 22?
Jawaban :
Cost 10,000,000.00
Insurance (10% dari Cost) 1,000,000.00
Freight 1,500,000.00
CIF 12,500,000.00
Bea Masuk (20% dari CIF) 2,500,000.00
Pungutan Lain 5,000,000.00
DPPPPN 20,000,000.00

Beban PPh 22 (Tarif7,5% dari nilai impor) 1,500,000.00

27
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Impor)

PT. Argabelah melakukan impor atas barang dengan nilai pembelian $


36.000 (kurs KMK berlaku Rp 9.100/ $). Perusahaan membayar biaya
asuransi dan pengangkutan masing – masing sebesar 7,5% dan 5% dari
nilai pembelian. Bea Masuk sebesar 10% dari CIF dan Bea Masuk lainnya $
2.500. Penyerahan barang dikenai PPN dan PPnBM 20%. Jika perusahaan
memiliki API (tarif PPh 22 2,5%), bagaimanakah penjurnalan dilakukan ?
Jawaban : Penghitungan
Cost 36,000
Insurance (7,5%) 2,700
Freight (2,5%) 1,800
CIF 40,500
Bea Masuk (10% CIF) 4,050
Bea Masuk lainnya 2,500
Nilai impor (DPPPPh 22, PPN, PPnBM) $47,050.00
PPnBM(20% DPP) $ 9,410.00
PPh 22 (2,5% DPP) $ 1,176.25
PPN(10% DPP) $ 4,705.00
28
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Impor)

Jawaban :
Nilai persediaan dicatat : (47.050 + 9.410) x 9.100) 513,786,000
Nilai Pajak dibayar di muka PPh 22 : 1.176,25 x 9.100 10,703,875
Nilai PPNmasukan : 4.705 x 9.100 42,815,500

Penjurnalan
Persediaan 513,786,000
Pajak dibayar di muka PPh 22 10,703,875
PPNmasukan 42,815,500
Kas 567,305,375
Tarif Pajak (2)

Aktivitas di Industri Tertentu


• Penjualan hasil produksi dalam negeri.
• 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN (DPP PPN) di
industri kertas.
• 0,25% dari DPP PPN di industri semen.
• 0,45% dari DPP PPN di industri otomotif.
• 0,3% dari DPP PPN di industri baja.
• 0,3% dari DPP PPN atas obat – obatan di industri
farmasi.
30
Tarif Pajak (3)
Aktivitas di Industri Tertentu
• Penjualan BBM, BBG, dan pelumas.
• 0,25% dari harga jual BBM untuk penjualan ke SPBU Pertamina.
• 0,3% dari harga jual BBM untuk penjualan ke SPBU Non Pertamina
atau pihak lain.
• 0,3% dari harga jual minyak tanah.
• 0,3% dari harga jual BBG.
• 0,3% dari harga jual pelumas.
• 0,45% dari DPP PPN penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri
oleh Agen Tunggal Pemegang Merek, Agen Pemegang Merek, atau
Importitr Umum.
• 0,25% dari harga beli untuk pembelian di industri kehutanan,
perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
Barang Sangat Mewah (PMK No. 253/ PMK. 03/ 2008)
• 5% dari harga jual, tidak termasuk PPN dan PPnBM.

31
Pencatatan Transaksi PPh 22
Industri Tertentu

• Pihak Pemungut
– Mencatat penerimaan kas dan mengakui utang pajak, sebab harus
disetor ke kas negara.
• Pihak yang Dipungut
– Mencatat pembayaran tersebut sebagai pajak dibayar di muka pada
saat pembelian, sebab kewajiban perpajakannya telah dipenuhi.

32
Ilustrasi
(Industri Tertentu)
Koperasi Holing mengadakan penjualan kepada Ny. Sima atas 1.000
rim kertas flano dengan nilai total Rp 77.000.000,00, termasuk PPN.
Diketahui pula bahwa atas pembelian bubur kertas sebagai bahan
baku, perusahaan telah dikenai PPh 22 senilai Rp 200.000,00.
Berapakah PPh 22 yang dipungut Koperasi Holing dan bagaimana
penjurnalannya dengan metode periodik?
Jawaban :
Beban PPh 22 = 0,1% x (100%/ 110%) x 77.000.000
= Rp 700.000,00
Jurnal Koperasi Holing
Piutang dagang 77.700.000
Penjualan 70.000.000
Utang PPh 22 700.000
PPN keluaran 7.000.000
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Industri Tertentu)

CV. Talkandha merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pencetakan


plat baja untuk keperluan industri. Di suatu transaksi, perusahaan
mencatatkan penjualan kredit sebesar Rp 575.000.000,00, tidak termasuk
PPN dan PPh 22 (tarif 0,3%), dengan harga pokok penjualan sebesar Rp
465.000.000,00. Bagaimana penjual dan pembeli melakukan pencatatan?
Jawaban : Penjual (CV. Talkandha)
Piutang dagang 634,225,000
Penjualan 575,000,000
PPNkeluaran 57,500,000
Utang PPh 22 1,725,000
Harga pokok penjualan 465,000,000
Persediaan 465,000,000

Pembeli
Persediaan 575,000,000
PPNmasukan 57,500,000
Pajak dibayar di muka PPh 22 1,725,000
Utang dagang 634,225,000
Sanksi Tarif

Bagi WP yang tidak memiliki NPWP,


tarif lebih tinggi 100% untuk PPh 22 tidak final.
Ilustrasi
CV. Tarumanegara melakukan pembelian lima keranjang ikan patin
senilai Rp 1.500.000,00 per keranjang untuk keperluan ekspor, dengan
biaya pengiriman sebesar Rp 50.000,00 ditanggung Tn. Mulawarman
sebagai pedagang pengumpul. Jika Tn. Purnawarman tidak memiliki
NPWP, berapakah besar PPh 22 yang harus dipungut oleh PT. Kutai
Kartanegara?
Jawaban :
Tarif PPh 22 = 0,25% x (1 + 100%)
= 0,5%
Beban PPh 22 = 0,5% x 5 x 1.500.000
= Rp 37.500,00
35
Saat Terutang dan Pelunasan
Pemungutan pajak terutang dilakukan saat pembayaran kecuali ditetapkan
berlainan oleh Menkeu. Pengecualian tersebut antara lain:

Saat pembayaran bea masuk.


Kecuali jika pembayaran bea masuk
Kegiatan Impor
ditunda/ dibebaskan, pemungutan
dilakukan saat penyelesaian
Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
Kegiatan Pembelian
Barang Saat pembayaran.

Pembelian Hasil Produksi Saat penjualan.

Penjualan Hasil Produksi/


Saat penerbitan delivery order.
Pengolahan Barang
Penyetoran hasil pungutan dilakukan ke Bank Persepsi atau Kantor Pos.

36
Objek Dikecualikan dari Pemungutan (1)

Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh.

Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/ atau
PPN.

Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata – nyata dimaksudkan


untuk diekspor kembali.

Impor kembali, yang meliputi barang – barang yang diimpor kembali


dalam kualitas yang sama atau barang yang telah diekspor untuk
perbaikan, pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat yang
ditentutkan Ditjen Bea dan Cukai.
Objek Dikecualikan dari Pemungutan (2)

Pembayaran atas pengadaan barang bagi institusi pemerintah jika


berjumlah maksimal Rp 2.000.000,00 atau bagi BUMN maksimal Rp
10.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran terpecah-pecah; atau
jika ditujukan untuk pembelian BBM, listrik, BBG, pelumas, air minum/
PDAM, dan benda pos.

Pembayaran untuk pembelian gabah dan/ atau beras oleh Perum


Bulog.

Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang


perhiasan dari emas yang ditujukan untuk ekspor.

Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan


dana BOS.
Ilustrasi

Fa. Kalingga menandatangani kontrak dengan Pemerintah Kota Pasuruan


untuk melakukan penyediaan ATK senilai Rp 110.000.000,00.
a.Berapakah besar beban PPh 22?
b.Jika kontrak tersebut meliputi pula penyediaan 1000 lembar
perangko nominal Rp 6.000,00 at cost, berapakah besar beban
PPh 22?

Jawaban :
c. Beban PPh 22 = 1,5% x 110.000.000
= 1,5% x 110.000.000
= Rp 1.650.000,00
b.Beban PPh 22 = 1,5% x (110.000.000 – 60.000.000)
= 1,5% x 50.000.000
= Rp 750.000,00

39
Pengecualian PPh 22

Pengecualian memerlukan bukti berupa Surat keterangan Bebas PPh


22 yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak untuk:
• Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang tidak terutang
PPh.
• Emas batangan yang diproses untuk menghasilkan perhiasan
untuk diimpor.

Pelaksanaan pengecualian dari pemungutan PPh 22 atas Impor barang


yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/ atau PPN serta impor
sementara dilakukan oleh Ditjen Bea dan Cukai, dengan tata cara yang
diatur oleh Dirjen Bea dan Cukai dan/ atau Dirjen Pajak.

Pengecualian atas hal lain tidak memerlukan Surat Keterangan Bebas.


Pajak
Penghasilan
Pasal 23
Definisi

Pajak yang dikenakan terhadap WP


dalam negeri dan BUT atas penghasilan
dari:

• Penanaman modal.
• Penyewaan aset fisik dan finansial.
• Keterlibatan dalam pekerjaan atau kegiatan.
• Pemberian jasa tertentu.

42
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

Badan pemerintah.

Subjek pajak badan dalam negeri.

Penyelenggara kegiatan.

BUT.

Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

Orang pribadi yang ditunjuk oleh Kepala KPP.


Tarif Pajak

15% dari jumlah bruto atas:


• Dividen
• Bunga
• Royalti
• Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang dipotong PPh 21
huruf (e).
2% dari jumlah bruto (sebelum PPN) atas:
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
yang dikenai PPh pasal 4 ayat (2).
• Imbalan jasa teknik, manajemen, konstruksi, konsultan, katering dan jasa lain
selain yang dipotong PPh 21.
Bagi yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 100% lebih tinggi

44
Lingkup Jasa Dikenai PPh 23 (1)
PMK No. 244/ PMK. 03/ 2008

 Jasa penilai (appraisal);


 Jasa aktuaris;
 Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
 Jasa perancang (design);
 Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas
bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);
 Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
 Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan
selain migas;
 Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
 Jasa penebangan hutan;
 Jasa pengolahan limbah;
 Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
 Jasa perantara dan/atau keagenan;

45
Lingkup Jasa Dikenai PPh 23 (2)
PMK No. 244/ PMK. 03/ 2008

 Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang


dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;
 Jasa custodian/penyimpanan /penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI;
 Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
 Jasa mixing film;
 Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
 Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
 Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/atau
bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
46
Lingkup Jasa Dikenai PPh 23 (3)
PMK No. 244/ PMK. 03/ 2008

 Jasa maklon;
 Jasa penyelidikan dan keamanan;
 Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
 Jasa pengepakan;
 Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media
masa, media luar ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi;
 Jasa pembasmian hama;
 Jasa kebersihan atau cleaning service;
 Jasa catering atau tata boga.

47
Pencatatan Transaksi PPh 23
Tidak Final

• Pihak Pemotong (Pihak yang Membayar)


– Mencatat utang pajak pada saat pembayaran dilakukan.
– Pajak akan mengurangi kas yang diberikan namun tidak
mengurangi beban perusahaan.
– Pajak yang dipotong akan disetorkan pada bulan berikutnya.
– Saldo utang pajak di neraca  Jumlah yang belum disetorkan.
– Jika beban tidak dipungut pajak  Beban tidak boleh menjadi
pengurang.

• Pihak yang Dipotong Pajaknya (Pihak yang Menerima


Pembayaran)
– Mencatat sebagai pajak dibayar di muka pada saat pendapatan
diakui.
– Jumlah kas yang diterima lebih sedikit dari pendapatan yang diakui.

48
Ilustrasi

PT. Kanjuruhan menandatangani sebuah kontrak untuk melaksanakan


pengolahan limbah dengan teknik sanitary landfill di 10 lokasi dengan imbalan
jasa sebesar Rp 35.000.000,00. Berapakah besarnya PPh 23 yang dipotong
oleh klien terhadap PT. Kanjuruhan dan bagaimana penjurnalannya saat
pembayaran?
Jawaban:
Beban PPh 23 = 2% x 35.000.000
= Rp 700.000,00
Jurnal PT. Kanjuruhan Klien
Kas 34.300.000 Beban operasi
35.000.000
Pajak dibayar di muka PPh 2 700.000 Kas 34.300.000
Pendapatan jasa 35.000.000 Utang PPh 23 700.000
Ilustrasi

Tn. Balaputradewa meminjam uang pada 1 Juli 2012 senilai Rp


1.000.000,00 kepada Tn. Samarotungga dengan bunga 8% per tahun.
Kesepakatan mensyaratkan Tn. Balaputradewa membayarkan bunga
pada 31 Juni 2012 dan 2013, serta mengembalikan seluruh pokok
pinjaman pada saat pembayaran bunga kedua. Berapakah besar
beban PPh 23 masing – masing di tahun 2012 dan 2013?

Jawaban :
Beban PPh 23 2012= Beban PPh 23 2013
= 15% x 8% x 1.000.000
= 15% x 80.000
= Rp 12.000,00
Ilustrasi

Koperasi Blambangan diminta untuk menyajikan hidangan di kegiatan


simposium regional untuk 300 orang dengan nilai Rp 15.000,00 per
orang. Berapakah besarnya PPh 23 yang dipotong oleh panitia dan
bagaimana penjurnalannya?
Jawaban :
Beban PPh 23 = 2% x 300 x 15.000
= 2% x 4.500.000
= Rp 90.000,00
Jurnal PT. Kanjuruhan Panitia
Kas 4.410.000 Beban konsumsi
4.500.000
Pajak dibayar di muka PPh 2 90.000 Kas 4.410.000
Pendapatan jasa 4.500.000 Utang PPh 23 90.000
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Sewa Aset)

Fa. Kurusetra merupakan perusahaan yang menjalankan


kegiatan produksi dengan menggunakan mesin yang sebagian di
antaranya disewa dari pihak ketiga. Fa. Kurusetra melakukan
pembayaran biaya sewa setiap bulan ketiga dan bulan kesembilan
tahun berjalan untuk nilai sewa selama satu semester, sekaligus
memotong PPh 23 dengan tarif 2%. Meski demikian, baik Fa.
Kurusetra maupun perusahaan penyewa tetap melakukan
pengakuan pendapatan dan beban untuk setiap bulan di pembukuan
masing – masing. Jika nilai sewa per bulan adalah Rp 1.750.000,00,
bagaimanakah penjurnalan dilakukan?
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Sewa Aset)

Jawaban : Pemotong (Fa. Kurusetra)


Utang sewa 3,500,000
Beban sewa 1,750,000
Sewa dibayar di muka 5,250,000
Kas 10,290,000
Utang PPh 23 210,000
Pihak yang Dipotong Pajaknya (Pemilik mesin)
Kas 10,290,000
Pajak dibayar di muka PPh 23 210,000
Piutang sewa 3,500,000
Pendapatan sewa 1,750,000
Pendapatan sewa diterima di muka 5,250,000
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Dividen)

PT. Kiskendha melakukan pembayaran dividen tahunan senilai Rp 275,00 per


lembar saham kepada sepuluh pemegang saham yang masing – masing memiliki
100 lot saham. Atas pembayaran dividen dikenai pemotongan PPh 23 dengan tarif
15%. Bagaimana perusahaan dan masing – masing pemegang saham melakukan
pencatatan saat pengumuman dan saat pembayaran?
Jawaban:

Pemotong (PT. Kiskendha) Pihak yang Dipotong Pajaknya (Untuk Satu Pemegang Saham)
Saat Pengumuman Saat Pengumuman
Laba ditahan 137,500,000 Piutang dividen 20,625,000
Utang dividen 116,875,000 Pajak dibayar di muka PPh 23 116,875,000
Utang PPh 23 20,625,000 Penghasilan dividen 137,500,000
Saat Pembagian Saat Pembagian
Utang dividen 116,875,000 Kas 116,875,000
Kas 116,875,000 Piutang dividen 116,875,000

54
Pencatatan Transaksi PPh Final

• Pihak Pemotong
– Mencatat seperti dalam memperlakukan pajak tidak final.
• Pihak yang Dipotong Pajaknya
– Pencatatan dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
• Mencatat Gross Seperti pajak tidak final.
• Mencatat Net Hanya sebesar nilai setelah pajak.
– Pilihan tergantung bagaimana perusahaan menentukan sistem
pembukuan.
– Standar akuntansi tidak menjelaskan secara rinci perlakuan
pajak final ini, sehingga dalam praktik kedua pendekatan dapat
diterapkan.
– Dampak yang terjadi  Tarif pajak efektif akan sangat berbeda
antara kedua pendekatan.

55
Ilustrasi

Koperasi Pajajaran memiliki sebuah gelanggang olahraga yang disewakan


kepada Nn. Dyah Pitaloka selama 3 hari 3 malam untuk penyelenggaraan
pernikahan putra semata wayangnya. Atas maksud memastikan
kesempurnaan perhelatan, Nn. Dyah Pitaloka meminta penyediaan tiga set
generator yang harus dipindahkan dari fasilitas produksi Koperasi Pajajaran.
Kedua pihak bersepakat atas nilai Rp 30.000.000,00 sebagai akad atas
keseluruhan kontrak. Sebagai informasi tambahan, Koperasi Pajajaran telah
menggunakan acuan biaya sewa generator sebesar Rp 250.000,00 per hari
yang lebih tinggi dari standar normal Rp 50.000,00 per hari akibat harus
dihentikannya kegiatan fasilitas produksi. Berapakah besar beban pajak?

Jawaban:
Beban PPh 23 = 2% x 3 x 3 x 250.000
= 2% x 2.250.000
= Rp 45.000,00
Beban PPh Final = 10% x (30.000.000 – 2.250.000)
= Rp 2.775.000,00
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Jasa Konstruksi)

CV. Mahameru merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pemberian


jasa perencanaan konstruksi sekaligus jasa konsultansi teknik. CV.
Mahameru baru saja mengirimkan tagihan kepada Pemkab Maumere atas
pemberian jasa senilai Rp 525.000.000,00. Atas tagihan tersebut,
penghasilan yang berasal dari jasa perencanaan konstruksi dikenai PPh
final senilai Rp 9.250.000,00 dan penghasilan yang berasal dari jasa
konsultansi teknik dikenai PPh 23 sebesar Rp 1.250.000,00. Bagaimanakah
CV. Mahameru melakukan pencatatan berdasar metode Gross atau Net?
Berapakah tarif pajak efektif masing – masing?
Ilustrasi
(Pencatatan Transaksi Jasa Konstruksi)

Jawaban : Metode Gross


Piutang dagang 514,500,000
Pajak dibayar di muka PPh Final 9,250,000
Pajak dibayar di muka PPh 23 1,250,000
Pendapatan jasa 525,000,000
Tarif pajak efektif
: (9.250.000+ 1.250.000)/ 525.000.000 : 2%
Metode Net
Piutang dagang 514,500,000
Pajak dibayar di muka PPh 23 1,250,000
Pendapatan jasa 515,750,000
Tarif pajak efektif
:1.250.000/ 515.750.000 : 0,2424%
Kasus Khusus: Sinematografi

Royalti adalah nilai yang diterima atau diperoleh pemegang hak


cipta dengan memberikan hak cipta hasil karya sinematografi
kepada pihak lain sebesar:

• Seluruh penghasilan, jika pihak lain berhak mengumumkan


dan/ atau memperbanyak ciptaannya dengan persyaratan
tertentu; atau
• 10% dari bagi hasil, jika pihak lain berhak mengumumkan dan/
atau memperbanyak ciptaannya dengan persyaratan tertentu
dengan pola bagi hasil antara pencipta dan pemilik bioskop.

59
Besaran Jumlah Bruto

• Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan


pembayaran lain atas jasa yang disediakan tenaga kerja
berdasarkan kontrak.
Nilai • Pengadaan/ pembelian material.
dikurangi • Jasa perantara yang dibayarkan kepada pihak ketiga.
oleh: • Penggantian biaya/ reimbursement.

• Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa


teknik, manajemen, konstruksi, konsultasi dan jasa lain yang
Pemajakan
dikenai PPh final.
tidak berlaku
untuk:

60
Bukti Pendukung Rincian Tagihan

Kontrak kerja dan pembayaran.

Faktur pembelian barang.

Faktur tagihan kepada pihak ketiga disertai


perjanjian tertulis.

Faktur tagihan atau bukti pembayaran oleh


pihak kedua kepada pihak ketiga.
Ilustrasi

Fa. Mengwi sebagai pihak pertama pada tanggal 2 Maret 2012


menandatangani kontrak dengan Koperasi Wora - Wari selaku
perusahaan agen periklanan sebagai pihak kedua untuk membuat
media. Rincian keterangan terkait nilai kontrak adalah:
Pembelian material iklan Rp 35.000.000,00
Jasa konsultan iklan 7.500.000,00
Upah agen 5.000.000,00
Biaya pemasangan iklan ke perusahaan media 50.000.000,00
Total Rp 97.500.000,00
Berapakah besarnya PPh 23 yang dipotong antar setiap pihak yang
terlibat dalam kontrak ini?
Ilustrasi

Jawaban :
Beban PPh 23 dipotong Koperasi Wora – Wari kepada Fa. Mengwi,
jika terdapat bukti pendukung rincian transaksi
= 2% x (7.500.000 + 5.000.000)
= 2% x 12.500.000
= Rp 250.000,00
Jika tidak terdapat bukti pendukung rincian transaksi
= 2% x (7.500.000 + 5.000.000 + 35.000.000)
= 2% x 47.500.000
= Rp 950.000,00
Beban PPh 23 dipotong Fa. Mengwi kepada perusahaan media
= 2% x 50.000.000
= Rp 1.000.000,00
Ilustrasi

CV. Daha yang beraktivitas menyediakan Asisten Rumah Tangga (ART)


mendapat kontrak untuk menyediakan 5 orang ART, tetapi tenaga kerja
dimaksud tetap menjadi tenaga kerja CV. Daha. Kontrak menyepakati bahwa
pembayaran atas penyerahan jasa oleh CV. Daha terdiri atas gaji tenaga kerja
sebesar Rp 2.500.000,00 per orang per bulan dan imbalan atas penyediaan
ART sebesar Rp 500.000,00 per bulan. Berapakah besarnya PPh 23 yang
dipotong oleh klien?

Jawaban:
Jika terdapat bukti pendukung atas rincian besarnya tagihan, maka
Beban PPh 23 = 2% x 500.000
= Rp 10.000,00

Jika tidak terdapat bukti pendukung rincian besarnya tagihan, maka


Beban PPh 23 = 2% x 13.000.000
= Rp 260.000,00
Objek Dikecualikan dari Pemungutan

Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.

Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa dengan


hak opsi.
Dividen yang diterima atau diperoleh PT. dari badan usaha yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat:
• Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
• Kepemilikan saham paling rendah 25% dari jumlah yang disetor.

Bagian laba dari persekutuan yang modalnya tidak terdiri atas saham –
saham.

SHU Koperasi.

Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atau jasa
keuangan (penyalur pinjaman/ pembiayaan sesuai PMK).
Ilustrasi

PT. Sriwijaya merupakan penanam saham terbesar di PT. Palembang


dengan kepemilikan sejumlah 100.000 lembar saham biasa dari total 500.000
lembar yang beredar dan 1.000.000 lembar yang diotorisasi. Di tahun 2012,
PT. Palembang membagikan dividen kas senilai total Rp 75.000.000 bagi
seluruh pemegang saham biasa.
a. Berapakah besar beban PPh 23 atas penghasilan dividen PT.
Sriwijaya?
b. Bagaimana perubahan atas jawaban anda di point (a) jika ternyata
PT. Sriwijaya hanya memiliki 300.000 saham beredar?
c. Bagaimana perubahan atas jawaban anda di point (a) jika PT.
Sriwijaya melakukan stock split dengan rasio 3:1 sebelum
pengumuman pembagian dividen?
d. Bagaimana perubahan atas jawaban anda di point (a) jika ternyata
PT. Sriwijaya hanya mengkreditkan akun Laba Ditahan sebesar Rp
25.000.000,00 atas pembagian dividen tersebut?
Ilustrasi

Jawaban :
a. Beban PPh 23 = 15% x (100.000/ 500.000) x 75.000.000
= 15% x 15.000.000
= Rp 2.250.000,00
b. Beban PPh 23 yang dikenakan akan berubah menjadi Rp
0,00. Hal ini disebabkan karena kepemilikan PT. Sriwijaya
dengan demikian mencapai 33% sehingga pendapatan atas
dividen dari PT. Palembang dikecualikan dari objek pajak.
c. Beban PPh 23 yang dikenakan akan tetap senilai Rp
2.250.000,00 sebab tidak terdapat perubahan proporsi
kepemilikan dan jumlah dividen yang dibagikan.
d. Beban PPh 23 = 15% x (100.000/ 500.000) x 25.000.000
= 15% x 55.000.000
= Rp 750.000,00
Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan

Saat terutang adalah pada akhir bulan dilakukannya pembayaran


atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan,
tergantung yang lebih dahulu terjadi.

Saat penyetoran selambat-lambatnya adalah tanggal 10 bulan


takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

Saat pelaporan Surat Pemberitahuan Masa oleh pemotong


selambat-lambatnya adalah 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Pemotong wajib memberikan tanda bukti pemotongan kepada WP


dalam negeri atau BUT yang dipotong.
Dialektika Pajak:
Liquidating Dividend

Liquidating dividend merupakan contoh dividen yang


tidak bersumber dari Laba Ditahan. Dividen ini didebitkan
terhadap agio, sehingga dikecualikan dari objek pajak.

Penanam saham yang hanya memiliki kurang dari 25%


kepemilikan dapat memiliki kendali yang besar jika 75%
saham lain dimiliki banyak penanam saham dalam
persentase kecil. Akan tetapi pajak memperlakukan
kesemua penanam saham tersebut secara sama.

Besaran persentase kepemilikan tidak dapat dikalkukasi


dengan rasio jumlah kepemilikan lembar saham beredar
ketika terdapat lebih dari satu macam saham, seperti
saham biasa dan saham preferen.

69

Anda mungkin juga menyukai