Anda di halaman 1dari 21

* AIR, SANITASI DAN

HIGIENE
MULYADI TKS. HERMAN
STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA
PRODI S1 KESMAS
TAHUN 2019
* Masalah utama yang umumnya terjadi dalam keadaan darurat
bencana diantaranya kelangkaan air bersih, rusaknya sumber
air bersih, rusaknya sarana dan prasarana sanitasi, dll. Ketika
terjadi status keadaan darurat bencana, maka perlu dilakukan
analisis kaji cepat mengenai situasi yang terjadi untuk dapat
menentukan kebutuhan.
* Jikakebutuhan air bersih yang mendesak, maka yang perlu
diperhatikan adalah:
* Jumlah kebutuhan air bersih
* Sumber air baku
* Kualitas air baku
* Distribusi dan pemeliharaan

Air Bersih, Sanitasi, dan Higiene


Pada Keadaan Darurat Bencana
* Standar minimum air bersih yang akan diberikan mengacu pada Permenkes
416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air
Minum. Standar minimum tersebut diantaranya secara fisik air tidak
berbau, berwarna, dan berasa, serta tidak mengandung bakteri penyakit
(diare, tipus, dll).
* Indikator bantuan air bersih antara lain:
* Untuk 3 (tiga) hari pertama, bantuan sebanyak 7 liter/orang/hari. Setelah itu
menjadu 15 liter/orang/hari
* Jarak terjauh hunian sementara ke tempat distribusi air adalah maksimal 500 m
* Tempat penyimpanan air ukuran 10-20 liter sebanyak 2 unit dapat diberikan ke
setiap rumah tangga
* Lama antrian distribusi air bersih maksimal 15 menit
* Jika dalam situasi bencana kekeringan, penyediaan sumber air alternatif dapat
berupa: Sumur boratau Embung atau kolam air. Adapun untuk pembangunan
embung air, harus berada di sekitar lokasi pertanian yang memerlukan pasokan
air dan ada air yang dapat ditampung berupa air hujan, mata air, ataupun aliran
sungai/irigasi yang mempunyai volume yang cukup

Air Bersih, Sanitasi, dan Higiene


Pada Keadaan Darurat Bencana
* Selain itu, jika ada kebutuhan sanitasi, maka yang perlu
diperhatikan adalah:
* Pembuangan tinja yang aman
Jenis jamban dalam kondisi darurat yang bisa digunakan
adalah:
– Jamban galian parit
– Jamban kolektif
– Jamban menggunakan drum bekas
– Jamban mobile
* Penyaluran limbah cair
* Pengelolaan limbah padat
* Pengendalian vektor

Air Bersih, Sanitasi, dan Higiene


Pada Keadaan Darurat Bencana
* Jamban yang dibangun di lokasi terdampak bencana disarankan:
* Ada pemisahan untuk laki-laki dan perempuan
* Lokasi maksimal 50 meter dari tenda pengungsian dan minimal 30
meter dari sumber air
* Jarak minimal antara jamban terhadap lokasi sarana air bersih adalah
10 meter
* Konstruksi jamban harus kuat dan dilengkapi dengan tutup jamban
* Pembuatan jamban harus disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya
* Mempertimbangkan tinggi muka air tanah, musim, dan komposisi tanah
* Memperhatikan jumlah masyarakat terdampak dan penyebarannya

Air Bersih, Sanitasi, dan Higiene


Pada Keadaan Darurat Bencana
* Untuk keperluan higiene, daftar barang yang direkomendasikan untuk kebersihan
orang pribadi yang terkena bencana antara lain:
* 250 gram sabun mandi per orang per bulan
* 200 gram sabun cuci per orang per bulan
* Sabun cuci piring dan spons per keluarga
* Kebutuhan untuk wanita pada saat menstruasi, bisa berupa bahan yang pantas untuk
kebersihan (misal kain katun yang dapat dicuci)
* Selain itu barang
untuk kebutuhan higiene lainnya yang dapat diberikan, dilihat dari
keadaan sosial budaya sekitar, antara lain:
* 100 gram pasta gigi
* 1 buah sikat gigi per orang
* 250 ml shampoo
* 250 ml minyak untuk bayi
* 1 buah sisir
* Gunting kuku
* Handuk

Air Bersih, Sanitasi, dan Higiene


Pada Keadaan Darurat Bencana
Manajemen Kesehatan Lingkungan
Dalam Bencana
* Kelangsungan dan rehabilitasi yang segera dari layanan kesehatan
lingkungan yang efektif merupakan prioritas utama dalam
manajemen kesehatan darurat setelah serangan bencana alam.
Pertimbangan pertama harus diberikan ke wilayah yang risiko
kesehatannya meningkat. Wilayah semacam ini memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi dan pelayanan yang mengalami kerusakan
parah. Area prioritas kedua adalah wilayah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi sementara tingkat kerusakannya menengah,
atau wilayah dengan kepadatan menengah dan tingkat kerusakan
parah. Prioritas ketiga harus diberikan pada daerah yang kepadatan
penduduknya rendah dan tingkat kerusakan layanannya rendah.
* Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi adalah wilayah kota dan
pinggiran kota, kamp untuk pengungsi dan penduduk yang pindah,
dan penampungan sementara. Rumah sakit dan klinik kesehatan
termasuk di antara fasilitas yang membutuhkan prioritas layanan
kesehatan lingkungan.

Area Prioritas
Intervensi Kesehatan Lingkungan
* Pertimbangan pertama harus diberikan kepada layanan
esensial untuk melindungi dan menjamin kesejahteraan
penduduk di daerah yang berisiko tinggi, dengan penekanan
pada upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
Upaya kesehatan lingkungan pascabencana dapat dibagi
dalam dua prioritas, yaitu:
* Memastikan bahwa terdapat kecukupan jumlah air minum yang
aman; kecukupan fasilitas sanitasi dasar; pembuangan ekskreta,
limbah cair, dan limbah padat; dan penampungan yang cukup
* Melaksanakan upaya perlindungan makanan, membentuk atau
melanjutkan upaya pengendalian vektor dan mempromosikan
personal hygiene

Layanan Kesehatan
Lingkungan Prioritas
* Berikut tindakan yang direkomendasikan untuk mempercepat pembangunan kembali layanan dan
kondisi kesehatan lingkungan:
* Peroleh informasi tentang pergerakan penduduk di dalam atau di dekat daerah serangan dan buat lokasi
kamp untuk pengungsi dan orang berpindah, daerah yang sebagian dan/atau seluruhnya dievakuasi,
penampungan tenaga bantuan, dan RS serta fasilitas medis lain. Informasi ini akan membantu
penentuan lokasi yang membutuhkan perhatian utama.
* Lakukan pengkajian cepat untuk menentukan tingkat kerusakan sistem persediaan air masyarakat dan
SPAL serta produksi, tempat penyimpanan, dan jaringan distribusi makanan
* Tentukan kapasitas operasional yang tersisa untuk melaksanakan layanan dasar kesehatan lingkungan ini
* Lakukan inventarisasi sumber daya yang masih tersedia, termasuk persediaan makanan yang tidak
rusak, SDM, serta peralatan, materi, dan persediaan siap pakai
* Tentukan kebutuhan penduduk akan air, sanitasi dasar, perumahan dan makanan
* Penuhi kebutuhan fasilitas esensial secepat mungkin setelah kebutuhan konsumsi dasar manusia
terpenuhi. RS dan fasilitas kesehatan lain mungkin membutuhkan peningkatan pasokan air jika jumlah
korban bencana sangat banyak
* Pastikan bahwa pengungsi dan orang berpindah telah mendapat penampungan yang tepat dan bahwa
penampungan sementara itu dan daerah berisiko tinggi lainnya memiliki layanan kesehatan lingkungan
dasar

Layanan Kesehatan
Lingkungan Prioritas
* Tujuan utama program-program sanitasi dalam
situasi bencana adalah untuk memberikan martabat
bagi penduduk dan mengurangi risiko terkait
terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
jalur tinja-mulut (fekal-oral). Sanitasi bukan hanya
melulu jamban. Konstruksi saja tidak akan
memecahkan semua permasalahan sanitasi. Pastikan
bahwa  penduduk yang terkena dampak bencana
memiliki informasi, pengetahuan dan pemahaman
yang diperlukan untuk mencegah penyakit karena
sanitasi yg buruk.

Program Sanitasi Lingkungan


* Akomodasi jangka pendek tempat populasi
yang terpengaruh dapat tinggal sampai
bencana berlalu dan kembali ke rumah mereka
sesegera mungkin. Oleh karena itu tidak
dirancang untuk menyediakan layanan
kebutuhan dasar bagi ratusan orang selama
periode yang berkepanjangan.

Penampungan
* Survei terhadap semua persediaan air masyarakat harus dilaksanakan,
dimulai pada sistem distribusi dan berlanjut pada sumber air. Sangat
penting untuk menentukan keutuhan fisik komponen sistem, kapasitas
yg tersisa, mutu bakteriologi serta kimia dari air yang disediakan.
* Aspek keamanan umum yang utama dari mutu air adalah kontaminasi
bakeri. Prioritas pertama untuk memastikan mutu air dalam situasi
darurat adalah dengan metode klorinasi. Rekomendasi yang diberikan
dalam aktivitas pemulihan adalah peningkatan kadar residu klorin dan
peningkatan tekanan. Tekanan air yang rendah akan memperbesar
kemungkinan masuknya polutan dalam pipa air. Pipa, reservoir, dan
unit lainnya yang telah diperbaiki memerlukan pembersihan dan
desinfeksi. Kadar minimum yang direkomendasikan dalam situasi
darurat untuk kadar residu klorin bebas adalah 0,7 mg/l. Kontaminasi
kimia dan toksisitas merupakan prioritas kedua dalam mutu air dan
kontaminan kimia potensial harus diidentifikasi dan dianalisis

Persediaan Air
* Berdasarkan urutan pilihan yang umum, pertimbangan harus diberikan pada sumber air
alternatif berikut
* air tanah dalam
* air tanah dangkal/mata air
* air hujan
* air permukaan
* Sumber air yang ada dan yang baru memerlukan langkah-langkah perlindungan
berikut:
* Batasi akses untuk manusia dan hewan
* Pastikan sumber pencemaran Jaraknya cukup aman dari sumber air
* Tetapkan larangan mandi, mencuci, dll di daerah hulu sebelum lokasi pengambilan sediaan air baik
di sungai maupun anak sungai
* Perbaiki konstruksi sumur untuk memastikan keterlindungannya dari kontaminasi
* Estimasi volume maksimum air sumur
* Dalam situasi darurat, air diangkut dengan truk ke daerah atau kamp yang terkena bencana. Semua
truk harus menjalani inspeksi untuk memastikan kekuatannya dan harus dibersihkan dan didesinfeksi
sebelum digunakan untuk mengangkut air.

Sumber air alternatif


* Higiene yang buruk merupakan penyebab utama
foodborne diseases dalam situasi bencana. Jika
program pemberian makanan memang
berlangsung di lokasi atau kamp penampungan,
sanitasi dapur menjadi prioritas yang paling
penting. Peralatan makan harus dicuci dalam air
mendidih atau air bersih, higiene personal harus
dipantau terutama terhadap mereka yang terlibat
dalam penyiapan makanan. Penyimpanan
makanan harus dapat mencegah kontaminasi.

*Keamanan Makanan
* Banyak penyakit menular menyebar melalui air
minum dan makanan yang terkontaminasi
feses. Dengan demikian, harus dilakukan upaya
untuk memastikan pembuangan ekskreta yang
saniter. Jamban darurat harus disediakan bagi
mereka yang dipindahkan, pengungsi, tenaga
relawan, dan penduduk sekitar yang fasilitas
toiletnya hancur.

Sanitasi Dasar dan Higiene Personal


* Hygiene personal cenderung menurun setelah
bencana alam, khususnya di daerah yang
penduduknya padat dan tempat-tempat yang
kekurangan air. Upaya-upaya berikut
direkomendasikan:
* Menyediakan fasilitas dasar cuci tangan
* Menyediakan fasilitas MCK
* Memastikan ketersediaan air yang memadai
* Menghindari overcrowding di area tidur
* Menyelenggarakan promosi kesehatan

Sanitasi Dasar dan Higiene Personal


* Pembuatan jamban dalam situasi darurat
umumnya menggunakan terpal plastik. Dalam
situasi keadaan darurat yang ekstrem, bisa jadi
lokasi untuk buang air besar berupa lapangan.
Dalam situasi-situasi yang lebih mapan,
mestinya bisa dibangun jamban untuk keluarga.
Ingat perempuan, anak-anak, penyandang
cacat dan orang sakit memiliki kebutuhan yang
berbeda dari laki-laki. Mungkin diperlukan
jamban dengan desain khusus untuk mereka.

Jamban
* Pengelolaan limbah padat kerap menimbulkan satu
masalah khusus dalam situasi darurat. Selama periode
pascabencana masalah yang sering muncul adalah puing-
puing bangunan, pohon, bangkai dan sampah lainnya.
Pembersihan awal reruntuhan secara cepat sangat
penting untuk upaya rehabilitasi. Pembuangan barang
bekas dll yang saniter merupakan cara yang paling efektif
untuk mengendalikan penyakit bawaan vector.
Pengumpulan sampah harus sesegera mungkin
dilaksanakan kembali di daerah yang terserang bencana.
Hindari pembuangan sampah di tempat terbuka. Cermati
pembuangan limbah B3.

Pengelolaan Limbah Padat


* Program pengendalian untuk penyakit bawaan vektor harus digencarkan
selama periode darurat dan rehabilitasi, khususnya di wilayah yang endemic.
Prioritas dilakukan untuk daerah endemik leptospirosis, DBD, malaria, tifus,
dan pes. Berikut ini adalah langkah-langkah darurat penting untuk
pengendalian vektor:
* Pulihkan aktivitas pengumpulan dan pembuangan sampah yang saniter sesegera
mungkin
* Selenggarakan promosi kesehatan untuk memusnahkan tempat perkembangbiakan
vektor dan tentang upaya untuk mencegah infeksi, termasuk hygiene personal
* Lakukan survei pada kamp dan wilayah berpenduduk padat untuk
mengidentifikasi lokasi perkembangbiakan potensial nyamuk, hewan pengerat,
dan vektor lainnya.
* Musnahkan tempat perkembangbiakan vektor dengan mengeringkan dan/atau
menimbun kolam, empang, dan rawa-rawa, melakukan gerakan 3M, dll.
* Lakukan pengendalian kimia jika perlu
* Simpan makanan dalam tempat tertutup dan terlindung

Pengendalian Vektor
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai