Anda di halaman 1dari 33

Fungsi & Tujuan

Penggunaan Majas

1.Menghidupkan cerita
2.Memperindah sebuah
karangan
3.Menarik perhatian
4.Memberi
nasihat/petuah
5.Memperhalus
ungkapan yang kasar
6.Menyindir
Jenis-Jenis
Majas

Perbandingan

Pertentangan

Penegasan

Sindiran
1 Metafora
2 Personifikasi
3 litotes
4 Eufimisme
5 Hiperbola
6 Sinekdoke Part Pro Toto
7 Sinekdoke Totem Pro Parte
8 Metonimia
9 Alusi
10 Alusio
11 Simile
Membandingkan suatu benda dengan benda
lain yang mempunyai kemiripan sifat.

Contoh:
1.Dewi siang muncul di balik awan. (matahari)
2.Beliau gugur sebagai kusuma bangsa.
(pahlawan)
mengumpamakan benda mati sebagai makhluk
hidup. Atau memberikan sifat-sifat manusia
pada benda mati.

Contoh:
1.Rembulan terlelap dibuai mimpi
2.Penanya menari-nari di atas kertas.
Litotes: menyebutkan kata-kata yang maksudnya
berlawanan arti dengan kata yang digunakan
untuk merendahkan diri.

Contoh:
1.Singgahlah sebentar di
gubug kami.
2.Makanlah dengan seadanya.
Eufemisme: menggunakan ungkapan halus/sopan
sebagai pengganti ungkapan yang dianggap
kasar/tidak sopan.
Contoh:
1. Permisi Bu, saya mau ke belakang.
(ke kamar mandi)
2. Bruno adalah anak yang kurang
cepat mengikuti pelajaran. (bodoh)
Hiperbola: mengandung pernyataan yang berlebihan
dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan
dan pengaruhnya.
Contoh:
1.Cintaku padamu sedalam lautan.
2.Sampah di sudut kelas itu semakin lama
semakin menggunung karena lama tidak
dibersihkan.
Sinekdoke part pro toto: menyebutkan sebagian
suatu benda tetapi yang dimaksud seluruh benda
tersebut.
Contoh:
1.Telah ku terima sepucuk surat cinta darinya.
2.Sejak pagi Milo tidak kelihatan batang
hidungnya.
Sinekdoke totem pro parte: menyebutkan seluruh
benda tetapi yang dimaksud sebagian benda
tersebut.

Contoh:
1. Indonesia memboyong emas dalam olimpiade
Bejing 2008 lalu.
2. Akibat guyuran hujan semalam Surabaya terendam
banjir.
Metonomia: menyebutkan kata sebagai ciri atau
sangat erat kaitannya dengan benda yang
dimaksudkan.
Contoh:
1.Presiden berkunjung ke Papua naik
garuda.
2.Saya pergi ke sekolah naik kijang.
Alusi: menyebutkan nama tempat, nama tokoh
atau nama peristiwa yang terkenal baik fiksi
maupun nonfiksi untuk menyatakan sesuatu.

Contoh:
1.Jangan kau menjadi Si Malin Kundang.
2. Tragedi bom Bali masih menyisakan trauma
bagi sebagian orang.
Alusio: menggunakan uangkapan yang
isinya sudah lazim/umum.
Contoh:
1.Bersikaplah seperti padi semakin berisi
semakin merunduk.
2.Belajarlah yang giat agar tidak seperti katak
dalam tempurung.
Simile: majas perbandingan yang
menggunakan kata istilah, misalnya: bak,
ibarat, laksana, seperti, bagaikan

Contoh:
1.Bedanya seperti langit dan bumi
2.Kulitnya halus mulus bak sutra
3.Cinta laksana pawana
Paradoks: menyebutkan dua hal
yang seolah-olah bertentangan
tetapi sebenarnya tidak karena
objek yang dibicarakan berbeda.

Contoh:
1.Orang itu sangat kaya, tapi
miskin hatinya.
2.Deby merasa kesepian di tengah
keramaian pesta.
Kontradiksio: memperlihatkan sesuatu
yang bertentangan dengan apa yang
sudah dikemukakan sebelumya/
menyangkal pernyataan yang telah
disampaikan.
Contoh:
1.Kelas ini sudah dibersihkan namun
di sana sini masih ada kotoran.
2.Nilai raport saya semua 8, kecuali
bahasa Indonesia 9.
Antitesis: menggunakan
pasangan kata yang berlawanan
makna.
Contoh:
1.Besar kecil, tua muda berbondong-
bondong menuju arena bazar.
2.Kaya miskin di hadapan Tuhan semua
sama.
1 Repetisi
2 Pleonasme
3 Klimaks
4 Antiklimaks
5 Retoris
6 Koreksio
7 Anafora
Repetisi: mengulang kata yang digunakan
untuk menegaskan arti atau maksudnya.
Contoh:

1.Belajar dan belajarlah selagi engkau


masih muda.
2.Biarpun bumi terbelah dua biarpun
matahari terbit dari barat, kau tetap
pujaan hatiku.
Pleonasme: memberikan keterangan yang
maknanya sudah tercakup pada kata yang
diterangkan/kata yang medahului.
Contoh:

1.Dimanapun kita berada kita harus bersikap


sopan santun.
2.Lelaki itu jatuh tersungkur dengan darah
merah mengaliri kepalanya
Klimaks: menyebutkan hal-hal secara
berurutan yang semakin lama semakin
meningkat.
Contoh:
1.Film itu tidak hanya disukai anak-anak,
tetapi para remaja, orang dewasa, bahkan
orang tua pun juga menyukainya.
2.Jangankan menyeberangi sungai, selat bahkan
lautan pun akan ku seberangi demi untuk
bertemu dikau.
Antiklimaks: menyebutkan hal-hal secara
berurutan yang semakin lama semakin
menurun.
Contoh:
1.Jangankan setahun, sebulan, seminggu,
sejam, semenit, bahkan sedetik pun bila aku
tidak bertemu denganmu dunia terasa hampa.
2.Jangankan Rp. 1.000.000, Rp. 1000 pun aku
tak punya.
Retoris: menggunakan pertanyaan tetapi tidak
memerlukan jawaban karena jawabannya sudah
dapat dimaklumi/dapat dipastikan secara umum.
Contoh:

1.Apakah kamu tidak ingin naik kelas dengan


nilai yang bagus?
2.Apakah kita diam saja melihat orang
menghancurkan negara ini?
Koreksio: membetulkan kembali apa yang
sudah diucapkan, baik dengan sengaja
maupun tidak.
Contoh:
1. Tibalah acara yang kita tunggu-tunggu dan
langsung pulang, eh maaf, maksud saya
silahkan menikmati hidangan yang telah
disediakan.
2. Saya sangat berterima kasih atas kehadiran
teman-teman pada pesta ulang tahun saya
yang ke 6 tahun ini, maaf maksud saya 16
tahun.
Anafora: gaya bahasa repetisi berupa
perulangan kata pertama pada setiap
baris/kalimat
Contoh:

1.Ada kemauan, ada jalan.


2.Ada gula, ada semut
Ironi: menyatakan makna yang
bertentangan dengan maksud untuk
menyindir atau mengolok-olok.

Contoh:
1.Rajin sekali kamu hari ini, baru pukul
08.00 sudah datang.
2.Tulisanmu bagus sekali sampai
mataku juling membacanya.
Sinisme: sindiran yang lebih
tajam/keras daripada ironi, sehingga
orang yang disindir agak merasa
tersinggung.
Contoh:
1.Harum sekali baumu, tidak ada air ya di
rumahmu?
2.Ocehanmu betul-betul mengganggu
telingaku!
Sarkasme: sindiran yang sangat
kasar/tajam, bahkan kadang-kadang
merupakan kutukan/ejekan.

Contoh:
1.Hei Anjing, enyah kau dari hadapanku!
2.Mampus pun aku tak peduli, diberi nasihat
masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
Bacalah teks lirik yang ditulis Ahmad Dani
berikut ini! Pahamilah jenis-jenis gaya
bahasanya!
KOSONG
Kamu seperti hantu
Kau genggam hatiku
Terus menghantuiku
Dan kau tuliskan namamu
Kemanapun tubuhku pergi
Kau tulis namamu
Kau terus membayangi aku
Tubuhku ada di sini
Salahku biarkan kamu
Tetapi tidak jiwaku
Bermain dengan hatiku
Kosong yang hanya ku rasakan
Aku tak bisa memusnahkan
Kau telah tinggal di hatiku
Kau dari pikiranku ini
Didalam keramaian
Aku masih merasa sepi
Sendiri memikirkan kamu

Anda mungkin juga menyukai