Anda di halaman 1dari 23

TUGAS GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM


ENDOKRIN ( DIABETES MELITUS ) PADA LANSIA

Disusun Oleh : KELOMPOK 8


Chrisna ayu intaniar (1907010)
Hamdan sakirin (1907021)
Rizal sukmayadi (1907034)
Titik rudianingsih (1907045
Yusup Roni (1907056)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
- DEFINISI -

Diabetes melitus menurut Barbara Engram (1999, 532) dalam Wijaya dan
Putri (2013) adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat dikontrol,
yang dikarakteristikan dengan ketidakadekuatan penggunaan insulin.
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2017), diabetes melitus
merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
ETIOLOGI
Penyebab diabetes melitus menurut Wijaya dan Putri (2013) menyebutkan sebagai berikut :

a. DM tipe I (IDDM / insulin dependent diabetes melitus) disebabkan oleh tiga faktor yaitu : Faktor
genetik / hereditor peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibody autoimun terhadap
penghancuran sel-sel beta, faktor infeksi virus : Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara
genetik, faktor imunologi.

b. Penyebab dari DM tipe II (NIDDM) adalah : Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel
target diseluruh tubuh insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek
metabolik, usia cenderung meningkat diatas usia 65 tahun, riwayat keluarga, kelompok etnik.

c. DM Malnutrisi disebabkan karena kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pankreas.

d. DM tipe lain ini disebabkan oleh : Penyakit pankreas, pankratitis, ca pankreas, penyakit hormonal,
akromegaly yang merangsang dekresi sel-sel beta sehingga hiperaktif dan rusak, obat-obatan (aloxan,
streptozakin, sitotoksin terhadap sel-sel beta dan derivet thiazide menurunkan sekresi insulin).
Manifestasi klinis

Manifestasi klinis diabetes melitus menurut Fitriana & Rachmawati


(2016) adalah sebagai berikut : gejala awal yang biasanya dirasakan oleh
penderita diabetes melitus adalah akan merasakan haus dan banyak
minum, lapar dan banyak makan, sering kencing, berat badan menurun,
mata kabur, luka lama sembuh, mudah terjadi infeksi atau gatal-gatal pada
kulit dan saluran kencing, nyeri atau sering kesemutan pada kaki dan
tangan, badan terasa lemah dan mudah mengantuk.
PATOFISIOLOG
I
Patofisiologi dari diabetes melitus menurut (Price, 2006 dalam wijaya dan
Putri, 2017:5) gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl. Peningkatan
mobilisasi lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah
dan akibat dari berkurangnya priteun dalam jaringan tubuh.
Komplikasi diabetes melitus menurut Fitriana dan
Rachmawati (2016) sebagai berikut :

a. Komplikasi akut
Komplikasi akut biasanya sering muncul tiba-tiba, yang tergolong dalam komplikasi
akut ini yaiitu antara lain :
1) Hipoglikemia, terjadi karena adanya kalori yang masuk berlebihan yang ditandai
dengan kesadaran yang menurun dan dehidrasi.
2) Hiperglikemia, komplikasi metabolik yang sering terjadi sebagai komplikasi dari
terapi insulin ditandai dengan berkeringat akibat pelepasan epinefrin, gemetar, sakit
kepala, dan palpitasi.
3) Diabetik ketoasidosis adalah keadaan dimana kadar insulin sangat menurun
sehingga pasien akan mengalami hiperglikemia dan glukosuria berat, lipogenesis
menurun, liposis meningkat dan peningkatan oksidodid asam lemak bebas disertai
pembentukan benda keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Pasien juga bisa
mengalami syok dan hipotensi karena glukosuria dan ketonuria.
B. Komplikasi kronik
Komplikasi DM dapat menyerang beberapa organ tubuh yaitu :
1) Mata, kadar gula darah yang tidak stabil dapat menyebabkan kerusakan pada
mata. Hal ini terjadi karena kadar gula darah sering berubah-ubah dan dapat
mengakibatkan masalah keseimbangan cairan pada lensa mata yang mengakibatkan
penglihatan menjadi kabur.
2) Kulit, komplikasi diabetes melitus yang menyerang kulit ditandai dengan adanya
bercak merah kecoklatan pada kulit.
3) Tulang, kepadatan tulang bisa dipengaruhi oleh adanya penyakit diabetes melitus
tipe 1 resiko yang dapat terjadi fraktur atau patah tulang, sedangkan diabetes melitus
tipe 2, sepertinya terhindar dari adanya osteoporosis.
4) Kaki, infeksi pada kaki sering sekali membuat penderita diabetes melitus terpaksa
harus merelakan kakinya untuk diamputasi. Infeksi pada kaki disebabkan oleh
sirkulasi darah yang buruk. Aliran darah pada kaki sering kali terganggu dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah ini menyempit karena adanya timbunan
lemak.
5 komponan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus

1. Diet diabetes
2. Latihan
3. Penyuluhan melalui pendidikan kesehatan / edukasi
4. Obat
5. monitor kadar gula darah
ASUHAN KEPERAWATAN
Identitas Klien
Nama : Tn. S
GERONTIK
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : RT 03 RW 02 Candirejo
Pekerjaan/Riwayat pekerjaan : Pedagang                       
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
Keluhan Utama
Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sudah lama mengalami keluhan seperti yang dirasakan saat ini yaitu sejak 3 bulan yang
lalu. Klien mengatakan sudah minum obat untuk DM dan kolesterol namun tidak rutin.Klien rutin
datang ke Posbindu setiap satu bulan sekali. Kontrol terakhir hasil GDS = 251 mg/dl, kolesterol = 386
mg/dl. Obat yang diminum Metformin 500 mg 3x1, Simvastatin 10 mg 1x1. Klien mengatakan masih
suka makan gorengan dan makanan bersantan dan minum yang manis. Klien mengatakan sejak 3
bulan yang lalu mempunyai keluhan cepat merasa lelah saat beraktivitas.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan mengetahui menderita penyakit DM dan kolesterol tinggi
sejak 5 tahun yang lalu.Selama 5 tahun klien tidak rutin minum obat untuk DM
dan kolesterol, klien juga tidak mengatur pola makannya, klien masih
mengkonsumsi banyak gula dan makanan berminyak.Klien pernah menjalani
operasi hernia pada tahun 2011.
Riwayat Lingkungan Hidup
Tn. S tinggal dirumah bersama dengan istrinya. Rumah anak-anak Tn. S
bersebelahan dengan rumah Tn. S. Lingkungan tempat tinggal Tn. S bersih,
jalan rata namun agak licin karena berlumut, tidak ada sampah berserakan,
kamar tidur klien tampak rapi, lantai rumah dari keramik, lantai kamar mandi
agak licin dan tidak ada pegangan dinding, penerangan di rumah Tn. S cukup
terang pada siang karena terdapat jendela dan ventilasi yang dibuka setiap pagi
dan pada malam hari lampu penerangan cukup terang namun penerangan di
kamar mandi agak redup.
Mata
Inspeksi
A. Ptosis:Ya, ada penurunan kelopak mata bagian atas.
B. Iris :Warna kecoklatan
C. Konjungtiva :Konjungtiva tidak anemis
D. Sklera:Sklera tidak ikterik
E. Kornea:Kornea jernih
F. Pupil:Isokor
G.Peradangan:Tidak ada peradangan
H.Katarak:Tidak ada katarak
J.Gerak bola mata:Gerakan bola mata simetris
K.Alat bantu penglihatan:Klien menggunakan kaca mata baca
Palpasi
A.Kelopak mata:Tidak terdapat nyeri tekan pada kelopak mata, tidak terdapat kantung
mata
Sistem Endokrin
A. Pembesaran tiroid:Tidak ada pembesaran tiroid
B.Riwayat penyakit metabolik:Terdapat riwayat penyakit metabolik seperti DM

PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


1. Barthel Indeks
Interpretasi hasil pemeriksaan : Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan
dengan Barthel Indeks (instrument untuk mengukur kemandirian dalam hal
perawatan diri dan mobilitas), Tn. S memperoleh total skor 130 yang berarti Tn.
S dalam kategori mandiri.
2. SKOR NORTON
Interpretasi/kesimpulan :Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan Skala
Norton, Tn. S memperoleh total skor 20 yang berarti Tn. S dalam kategori resiko
dekubitus kecil sekali/tak terjadi
PENGKAJIAN STATUS MENTAL KLIEN
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan SPMSQ (Short Portable Mental
Status Quesioner)
Klien  Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner SPMSQ,
Tn. S menjawab 7 pertanyaan dengan benar dan menjawab 3
pertanyaan dengan salah. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Tn. S
termasuk dalam kategori kerusakan intelektual ringan
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Klien Tn. S saat dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE,
Tn.S memperoleh total skor sebanyak 22, Tn. S termasuk dalam
kategori kerusakan aspek fungsi mental ringan
Analisa Data
1. DS :- Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati
rasa.
- Klien mengatakan sudah lama mengalami keluhan kesemutan
seperti yang dirasakan saat ini yaitu sejak 3 bulan yang lalu.
DO :- CRT 4 detik.
- Turgor kulit kering, akral dingin
2. DS: - Klien mengatakan fungsi penglihatannya sudah berkurang,
sudah tidak mampu lagi melihat jarak jauh dengan jelas, dan
menggunakan alat bantu kaca mata untuk membaca.
-Klien mengeluh kakinya kesemutan tapi tidak mati rasa.
- Klien mengatakan jarang memakai alas kaki.
LANJUTAN….
DO :-Lingkungan tempat tinggal Tn. S bersih, jalan rata namun agak licin karena
berlumut, tidak ada sampah berserakan, kamar tidur klien tampak rapi, lantai
rumah dari keramik, lantai kamar mandi agak licin dan tidak ada pegangan
dinding, penerangan di rumah Tn. S cukup terang pada siang karena terdapat
jendela dan ventilasi yang dibuka setiap pagi dan pada malam hari lampu
penerangan cukup terang namun penerangan di kamar mandi agak redup.
-Klien mampu bergerak dengan bebas.
-Ada tremor.
- Barthel Indeks Tn. S memperoleh total skor 130 yang berarti Tn. S dalam
kategori mandiri.
3. DS : - Klien mengatakan masih suka makan gorengan dan makanan bersantan
dan minum yang manis.
-Klien mengatakan mengetahui menderita penyakit DM dan kolesterol tinggi
sejak 5 tahun yang lalu. Selama 5 tahun klien tidak rutin minum obat untuk DM
dan kolesterol, klien juga tidak mengatur pola makannya, klien masih
mengkonsumsi banyak gula dan makanan berminyak.
LANJUTAN
DO : -GDS = 251 mg/dl, kolesterol = 386 mg/dl.
-Terdapat parestesia dan retinopati diabetik.
- SPMSQ : Tn. S termasuk dalam kategori kerusakan intelektual ringan.
-MMSE : Tn. S termasuk dalam kategori kerusakan aspek fungsi mental ringan.
-Skala Depresi : Tn. S dapat dikategorikan dalam kategori kemungkinan depresi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan diabetes melitus (00204).
2.Resiko cedera berhubungan dengan gangguan sensasi (00035).
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang program terapeutik (00078).
INTERVENSI
LANJUTAN
IMPLEMENTASI
LANJUTAN
EVALUASI
LANJUTAN
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai