Anda di halaman 1dari 58

ADAFTASI FISIOLOGIS DAN

PSIKOLOGIS MASA NIFAS


Perubahan Sistem
Reproduksi
1. PERUBAHAN PD UTERUS
Involusi
adalah perubahan yang merupakan proses
kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan
lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
INVOLUSI

EFEK
AUTOLYSIS ISCHEMIA
OKSITOSIN
CONTINUE…

Proses involusi terjadi karena adanya:


Autolysis
yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot
yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali
dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan
semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh
ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
CONTINUE…

Efek oksitosin
yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk
menjepit pembuluh darah yang pecah karena
adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan
terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi
lebih kecil.
Ischemia
yaitu kekurangan darah pada uterus yang
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi: 


Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat
yang keras, karena kontraksi   dan  retraksi otot-
ototnya
Diameter
Berat Bekas Keadaan
Involusi . TFU
Uterus Melekat Cervix
Plasenta
Setelah
Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembik
plasenta lahir
Pertengahan
Dapat dilalui
1 minggu pusat 500 gr 7,5 cm
2 jari
symphisis
Dapat
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dimasuki 1
jari
Sebesar hamil 2
6 minggu 50 gr 2,5 cm
minggu
8 minggu Normal 30 gr
TINGGI FUNDUS UTERI MASA NIFAS
CONTINUE…

Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
trombus.

Luka bekas implantasi plasenta tidak


meninggalkan parut karena dilepaskan dari
dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru
dibawah permukaan luka.

Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan


juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya
plasenta kira – kira berukuran sebesar telapak
tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil.

Regenerasi endometrium terjadi di tempat


impalntasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3
sampai 4 cm
Pertumbuhan kelenjar endometrium berlangsung
di dalam desidua basalis. Pertumbuhan kelenjar
ini akan mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta
menjadi terkelupas dan akan dibuang bersama
lochia.
CONTINUE…

Perubahan pembuluh darah rahim


Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak
pembuluh darah yang besar, tetapi karena
setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak maka arteri
harus mengecil lagi dalam masa nifas.
Lokhia
Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan
desidua menyebabkan keluarnya discharge
vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut
lokhia.

Secara mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit,


serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri.
CONTINUE…

Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang


menumpuk di vagina dan pada sebagian besar
kasus juga ditemukan bahkan bila discharge
diambil dari rongga uterus.
LOKHIA WAKTU WARNA CIRI-CIRI

RUBRA 1-3 HARI Merah segar Terdiri dari sisa-sisa selaput


ketuban, sel desidua, verniks
caseosa, rambut laguno, sisa
mekoneum dan sisa darah

SANGUINOLENTA 3-7 HARI Merah Sisa darah bercampur lendir


kecoklatan

SEROSA 7-14 HARI Kekuningan/k Lebih sedikit darah dan lebih


ecoklatan banyak serum, terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi
plasenta

ALBA > 14 HARI putih Mengandung leukosit, selaput


lendir serviks dan serabut mati
CONTINUE…

Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan


seperti nanah dan berbau busuk.

Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.


e. Regenerasi Endometrium

Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa


desidua berdiferensiasi menjadi dua lapisan.

Stratum superficial menjadi nekrotik, dan


terkelupas bersama lokhia.
Stratum basal yang bersebelahan dengan
miometrium tetap utuh dan merupakan sumber
pembentukan endometrium baru.
Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa
kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat
antar kelenjar tersebut.

Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat,


kecuali pada tempat melekatnya plasenta.

Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas


menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh
endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.
f. Sub Involusi

Istilah ini menggambarkan suatu keadaan


menetapnya atau terjadinya retardasi involusi,
proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas
kembali ke bentuk semula.

Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran


lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau
irregular dan terkadang juga disertai perdarahan
hebat
Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih
besar dan lebih lunak dibanding normal untuk
periode nifas tertentu.

Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara


lain retensi potongan plasenta dan infeksi
panggul.
2. PERUBAHAN PADA VAGINA&VULVA
a. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan
dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
b. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum
menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju.

Pada post natal hari ke 5, perineum sudah


mendapatkan kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan.
Perubahan Sistem
Pencernaan
Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal
usus kembali normal.

Meskipun kadar progesteron menurun setelah


melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah
sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan
enema.

Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi


keinginan ke belakang.
Perubahan Sistem
musculoskelet/
diastasis rectie
abdominis
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi
selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada
masa pascapartum.
 
Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan
pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. 

Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai


minggu ke-8 setelah wanita melahirkan. 

Akan tetapi, walaupun semua sendi  lain kembali


normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami
perubahan setelah melahirkan.
a. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar


karena diregang begitu lama, tetapi biasanya
pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang
pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian
dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri
dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat
yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau
mengejan.
b. Kulit abdomen

Kulit abdomen yang melebar selama masa


kehamilan tampak melonggar dan mengendur
sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan yang dinamakan striae. 
Melalui latihan postnatal, otot-otot dari
dinding abdomen seharusnya dapat normal
kembali dalam beberapa minggu
c. Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat


menghilang sempurna melainkan
membentuk garis lurus yang samar.  Ibu
postpartum memiliki tingkat diastasis
sehingga terjadi pemisahan muskulus
rektus abdominishal tersebut dapat dilihat
dari pengkajian keadaan umum, aktivitas,
paritas, jarak kehamilan yang dapat
menentukan berapa lama tonus otot
kembali normal.
d. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta


fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan
partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh
karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendor.
e.simpisis pubis

Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis


yang terpisah ini merupakan penyebab utama
morbiditas maternal dan kadang-kadang
penyebab ketidakmampuan jangka panjang.

Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan


signifikan pada pubis disertai peningkatan
nyeri saat bergerak ditempat tidur atau saat
berjalan. 
Pemisahan simpisis dapat dipalpasi.  Sering kali
klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan.
Sementara pada kebanyakan wanita gejala
menghilang setelah beberapa minggu atau bulan,
pada beberapa wanita lain gejala dapat menetap
sehingga diperlukan kursi roda.
Perubahan Sistem
Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam
post partum. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
estrogen akan meningkat pada minggu kedua setelah
melahirkan dan lebih tinggi daripada wanita yang
menyusui pada pospartum hari ke-17

Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.

Kadar prolaktin dalam darah meningkat dengan cepat


sampai minggu ke-6 setelah melahirkan. Kadar prolaktin
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali
menyusui dan banyak makanan tambahan yang diberikan,
selain itu faktor daya isap bayi.
 Hal ini memperjelas bukti bahwa menyusui bukanlah
bentuk Keluarga Berencana yang baik. Setelah melahirkan
wanita yang tidak menyusui mengalami penurunan kadar
prolaktin dalam waktu 2 minggu.
 Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini yakni
dalam 27 hari setelah melahirkan dengan rata-rata 70
sampai 75 hari sedangkan pada wanita tidak menyusui,
waktu rata-rata terjadinya ovulasi 190 hari.
 Diantara wanita yang menyusui, 15% mengalami
menstruasi dalam 6 minggu dan 45 % dalam 12 minggu dan
pada wanita tidak menyusui 40% mengalami menstruasi
dalam 6 minggu,65% dalam 12 minggu dan 90% dalam 24
minggu.
Perubahan Sistem
Kardiovaskuler dan
sistem hematologi
 Tiga perubahan fisiologis postpartum yang
melindungi wanita adalah
1. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang
mengurangi ukuran pembuluh darah maternal
10% s.d 15%.
2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang
menghilangkan stimulus vasodilatasi
3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang
disimpan selama wanita hamil.
Curah jantung akan kembali normal pada 8 – 10 minggu
postpartum

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar


estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada
hari ke-5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat


besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih
tinggi daripada normal.
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan
plasma akan sedikit turun tetapi darah lebih mengental
dengan adanya peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.

Peningkatan volume dan sel darah merah selama


kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan
hematokrit dan hemoglobin pada hari ke-3-7
postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5
minggu postpartum.
Perubahan
Tanda-Tanda Vital
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal


Tekanan darah < 140 Tekanan darah > 140
/ 90 mmHg, mungkin / 90 mmHg
bisa naik dari tingkat
disaat persalinan
1 –3 hari post partum.

Tanda-tanda Suhu tubuh ≤38 0 C Suhu > 380C


vital
Denyut nadi: 60-100 Denyut nadi: > 100
X / menit X / menit

Pernapasan; 20-30 Pernapasan: > 20-30


x/mnt x/mnt
ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS
 Pada masa nifas, wanita banyak mengalami perubahan
baik secara fisik dan psikologis. Secara psikologis,
wanita yang telah melahirkan haruslah memiliki
motivasi yang kuat untuk bisa beradaptasi dengan
keadaan yang dihadpinya saat ini yaitu menjadi seorang
ibu bagi anak-anaknya.
 Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang ibu
selama menjalani periode masa nifas.
 Banyak faktor yang mempengaruhi selama menjalani
periode tersebut.
 Antara lain faktor tingkat energi, kenyamanan
psikologis dan fisik, kesehatan bayi baru lahir,
perawatan dan motivasi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan profesional, dimana pada
periode ini lebih ditekankan pada kesejahteraan
ibu dan respon dari bayinya. Untuk memberikan
perawatan yang bermanfaat bagi ibu, bayi dan
keluarganya, perawat harus menggunakan
pendekatan yang holistik.
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Reva Rubin (1977) membagi fase
postpartum pada 3 fase, yaitu :
Taking in
Taking hold
Letting go
1. TAKING IN (BERLANGSUNG
HARI 1-2 POSTPARTUM)

 Ibu cenderung pasif, membutuhkan bantuan orang


lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini
disebabkan karena ibu mengalami ketidak
nyamanan fisik setelah persalinan, seperti nyeri
perineum, hemoroid, afterpain. Pada akhirnya ibu
tidak mempunyai keinginan untuk merawat
bayinya. Ibu masih fokus pada persalinan dan
merasa kagum pada bayinya. Apakah benar bayi
tersebut adalah anaknya? Apakah persalinan telah
berakhir? Ibu membutuhkan istirahat untuk
memulihkan kekuatan fisiknya. Meminta ibu untuk
menceritakan pengalaman persalinan dapat
membantu ibu melewati fase ini.
2. TAKING HOLD 3-10 HARI POST
PARTUM

 Setelah melewati fase pasif, ibu memulai


fase aktifnya, dimuali dengan memenuhi
kebutuhan sehari dan dapat mengambil
keputusan. Selama fase taking hold, ibu
mulai tertarik merawat bayinya. Pada fase
ini ibu juga dapat diberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan bayi dan
mempraktekkan dengan pengawasan,
seperti mendukung kepala bayi, menyusui
dengan benar, atau menyendawakan bayi.
Reinforcement positif dapat diberikan
pada ibu supaya ibu dapat meningkatkan
kemampuannya dalam merawat bayi.
3. LETTING GO, 10 HARI POSTPARTUM
 Pada fase ketiga, ibu mulai
mendefinisikan kembali perannya
dan menerima tanggung jawab
akan peran barunya. Ibu mulai
melepaskan perannya yang dulu,
dari mempersiapkan kelahiran,
menjadi ibu yang memiliki anak.
Ibu menyesuaikan diri dengan
kebutuhan ketergantungan
bayinya. Ibu yang berhasil
melewati fase ini akan mudah
melakukan peran barunya.
ADAPTASI LAIN YANG SECARA
PSIKOLOGIS DIALAMI OLEH IBU MASA
NIFAS
1. Abandonment
o Adalah perasaan tidak berarti dan
dikesampingkan. Sesaat setelah persalinan,
ibu merasa menjadi pusat karena semua
orang menanyakan keadaan dan
kesehatannya. Beberapa jam setelah itu,
perhatian orang-orang di sekitar mulai ke bayi
dan ibu merasa “cemburu” kepada bayi. Saat
pulang kerumah, ayah akan merasakan hal
yang sama dengan ibu, karena istri akan lebih
fokus pada bayi. Perawat harus
membicarakan hal ini pada ayah dan ibu
secara bersamaan, bagaimanapun juga peran
orang tua adalah sama dalam perawatan bayi.
Melakukan perawatan bayi secara bersamaan
akan membantu orang tua memiliki peran
yang sama dalam perawatan bayi.
2. DISAPPOINTMENT
 Adalah perasaan orang tua yang merasa
kecewa terhadap kondisi bayi karena tidak
sesuai yang diharapkan saat hamil. Orang
tua yang menginginkan bayi yang putih,
berambut keriting, dan selalu tersenyum
akan merasa kecewa ketika mendapati
bayinya berkulit gelap, berambut tipis dan
menangis terus. Perawat harus membantu
orang tua untuk dapat menerima bayinya,
dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan
bayi, seperti, sehat, mata yang bersinar dan
kondisi yang lengkap tanpa cacat.
3. POSPARTUM BLUES
 80% wanita post partum
mengalami perasaan sedih yang
tidak mengetahui alasan mengapa
sedih. Ibu sering menangis dan
lebih sensitif. Pospartum blues
juga dikenal sebagai baby blues.
Kejadian ini dapat disebabkan
karena penurunan kadar estrogen
dan progesteron. Pada beberapa
wanita dapat disebabkan karena
respon dari ketergantugan pada
orang lain akibat kelelahan, jauh
dari rumah dan ketidaknyamanan
fisik. Jika hal ini berlanjut maka
ibu perlu dikonsulkan ke psikiatri
agar tidak berlanjut ke depresi.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai