Anda di halaman 1dari 91

AMPUTATION

Muhammad Amrullah
Contents
• Pendahuluan • Komplikasi
• Definisi • Assessment
• Penyebab/indikasi • Diagnosis
• Tujuan • Planning and goal
• Level amputasi • Interventions
• Tipe dan tahapan • Evaluations
amputasi
• Rehabilitasi
• Postop care
Pendahuluan
 Di USA sekitar 350.000 orang yang di amputasi
 135.000 orang diamputasi setiap tahunnya.
 Penyebab dari amputasi:
 penyakit 70 %
 trauma 22 %
 conginetal 4 %
 tumor 4 %
Definisi
• Menghilangkan/membuang/memotong/meng
angkat sebagian atau seluruh extermitas (Burke,
2008 )
• Amputation is the removal of a body part,
usually an extremity (Smeltzer & Bare, 2010).
Penyebab
• PVD (akibat DM [tersering], perokok, hyperlipidemia).
• Gas gangrene
• Trauma (crushing injuries, burns, frostbite (radang dingin),
electrical burns)
• Congenital deformities
• Chronic osteomyelitis
• Malignant tumor
Indikasi
 Crush /jatuh/tetabrak injury pada tibia dengan fr
segmental dan lambat untuk revacularisasi lebih dari
6 jam.
 Fraktur terbuka grad III C
 Iskemic oleh karena gangguan pada neurovaskuler
perifer.
Tujuan
• To relieve/mengurangi symptoms
• Improve/memperbaiki function,
• Save /improve the patient’s quality of life
Level of Amputation
• Amputasi dilakukan
pada bagian terdistal yg
masih berhasil sembuh
• Tempat amputasi
ditentukan 2 faktor:
1. Sirkulasi pada bagian
yang diamputasi
2. Functional
usefulness /melewati
kegunaan(seperti,
kebutuhan pemakaian
prosthesis).
Levels of lower limb amputation

Cooper, G. (2006)
Levels of upper limb/dahan/cabang amputation

Cooper, G. (2006). Essential physical medicine and rehabilitation. New Jersey: Humana Press.
Level of Amputation
Tipe Amputasi
1. Terbuka (guillotine)
 Klien infeksi berat memerlukan pengobatan segera
 Luka dibuka dan ditutup dalam waktu lama.
2. Tertutup (flap)
Staged Amputation
• Tahapan amputasi digunakan apabila terdapat
gangrene dan infection.
• Pada permulaan,
guillotine/pemenggalan/pemotongan amputation
dilakukan utk membuang jaringan infeksi dan
necrotic.
• Luka didebridemen dan dibiarkan mengalir (drain)
• Sepsis diobati dg systemic antibiotics.
• Dalam beberapa hari, setelah infeksi dapat diatasi
dan kondisi ps stabil amputasi definitif dilakukan
dengan menutup kulit (flap).
Rehabilitation
• Dukungan psikologis dlm menerima perubahan mendadak pd body image
dan mengatasi stres hospitalisasi, rehabiltasi yg lama, dan modifikasi gaya
hidup
• Dukungan melewati fase berduka, marah, benci dll
• Team rehabilitasi multidisciplin (patient, nurse, physician, social worker,
psychologist, prosthetist, vocational rehabilitation worker) membantu ps
mencapai tingkatan fungsi yg tertinggi dan partisipasi dlm aktivitas hidup
• Klinik prosthetic dan kelompok pendukung (amputi) dpt digunakan untk
memfasilitasi proses rehabilitasi
• Konseling vocational dan job retraining mungkin diperlukan utk
membantu pasien kembali bekerja.
• Days 2 (48 hours): drains usually are removed (Canale & Beaty, 2007)

Cooper, G. (2006); Canale & Beaty. (2007). Campbell's Operative Orthopaedics, (11th ed). Elsevier: Mosby
Postoperative Care
• Elevasi stump dg meninggikan FOB utk atasi edema & nyeri postop
• Hindari stump/tunggul/puntung pd posisi dependent
• Utk transfemoral amputations, tempatkan bantal diantara femur atau
dibawah stump, dan cegah kontraktur fleksi/abduksi
• Exercises stump satu hari postop sesuai toleransi klien: muscle-setting
exercises diikuti kemudian oleh exercises mobilisasi sendi.
• Mobilisasi from bed to chair: 1st postoperative day.
• For amputasi ekstr bawah mulai physical therapy dlm bbrp hari pertama
utk memulai ambulasi dengan parallel bars.
• Lalu diikuti ambulasi dg walker/crutches jika ps dpt mengontrol anggota
gerak dan cukup nyaman

(FOB: foot of the bed)


Complications
Hematoma
• Hemostasis/penghentian pendarahan sebelum ditutup
• Gunakan drain
• Gunakan rigid dressing
• Hematoma dpt memperlambat wound healing /
penyembuhan dan medium bagi bacterial infection.
• Jika hematoma terbentuk, lakukan compressive dressing.
• Jika hematoma disertai delayed wound healing dg atau tanpa
infection, harus di evacuasi di OK
Complications
Infection
• Umumnya pd amputasi karena PVD (Peripheral vascular
disease), terutama pd ps DM
• Infeksi luka dalam segera débridement dan irrigasi di OK dan
management luka terbuka.
• Antibiotics diberikan sesuai hasil kultur intraoperatif
• Penutupan yg lambat mungkin menyulitkan karena edema
dan retraksi flaps
• Metode Smith & Burgess: 1/3 tengah luka ditutup, dan sisanya
tetap terbuka.
Complications
Wound Necrosis
• Reevaluasi pemilihan level amputasi preoperative
• Lakukan transcutaneous oxygen studies utk mengevaluasi
potensi wound healing
• Periksa kadar albumin serum dan total lymphocyte count
• Akan timbul masalah wound healing jika albumin <3.5 g/dL or
total lymphocyte counts <1500 cells/mL.
• Hentikan merokok krn mengganggu cutaneous blood flow,
menurunkan tekanan oksigen jaringan
• Risiko infeksi dan amputasi ulang 2.5 kali lebih tinggi pada
perokok dibandingkan dengan nonperokok
Complications
Wound Necrosis
• Necrosis tepian luka <1 cm dapat ditangani scr konservatif dg
open wound management, local débridements dikombinasi
dg suplemen nutritional
• Pada better rehabilitation candidates), total-contact casting
dg weight bearing di tingkatkan terus-menerus
• Weight bearing pada kontak total dg cast menstimulasi wound
healing dan stump maturation
• Pd kasus nekrosis berat dg penutupan ujung tulang yang
buruk, indikasi reseksi
• Hyperbaric oxygen therapy dan TENS meningkatkan wound
healing
Complications
Contractures
• Kontraktur sendi ringan/moderate contractures dari sendi
diatas stump dicegah melalui:
• positioning stump yang baik
• gentle passive stretching
• Exercises utk penguatan otot-otot yg mengontrol sendi
• Pada knee, tingkatkan ambulasi cenderung menurunkan
contractur.
• Kontraktur yg berat perlu pembedahan release struktur yang
contracted
Complications
Pain
• Bbrp ps merasakan nyeri kronik postop akibat berbagai sebab
• Managemennya: diagnosis penyebab scr akurat; bedakan phantom
limb pain dg residual limb pain
• Residual limb pain sering disebabkan poorly fitting prosthesis
• Stump hrs dievaluasi dari penekanan abnormal, terutama
pada penonjolan tulang
• Distal stump edema (“choking”) dpt terjadi jika ujung-
ujungnya tidak menapak scr lengkap pada prosthesis, dan
dapat menyebabkan ulcerasi atau gangrene. Masalah ini
dapat dihindari dg memodifikasi socket.
Complications
Pain
• Nyeri neuroma terjadi jika ujung-ujung saraf mengalami
penekanan atau iritasi berulang
• Treatment:
– Socket / sendi/ persendian modification
– Simple neuroma excision
– Proximal neurectomy
• Phantom limb sensations: normal
Complications
Dermatological Problems
• Cuci stump dg mild soap minimal 1x/hari
• Bilas dan keringkan stump sebelum memakai prosthesis/
• Prosthesis tetap bersih dan kering sebelum digunakan
• Perhatikan terjadinya dermatitis kontak dan bedakan dg infeksi
• Inflamasi akibat gatal yang hebat saat memakai socket
• Penyebab adanya sisa detergen di stump, nickel, chromates dlm leathers,
skin creams, antioxidants pada rubber, topical antibiotics, and topical
anesthetics.
• Treatment consists of removal of the irritant, soaks, steroid cream, and
compression.
• Utk cegah bakterial folikulitis: tingkatkan higiene; modifikasi socket utk
mengurangi abnormal pressure.
 Arm ; amputasi pada lengan
 Disartikulasi : pengangkatan sampai batas sendi
 Forequarter : pengangkatan lengan sampai batas sendi
shoulder
 Guillotine
 Leg : Bellow knee
 Thigh : above knee
 Sym : Amputasi sampai angkle
Assessment
Before surgery
• Evaluasi status dan fungsi neurovascular melalui history dan pemeriksaan fisik
• Jika ps mengalami traumatic amputation, kaji fungsi dan kondisi residual limb
• Kaji status circulatory dan fungsi ekstremitas yang tidak terkena
• Jika terjadi infeksi/gangrene, dpt trtjadi pembesaran kel limfe, demam dan drainage purulent
• Lakukan kultur utk menentukan th ab yg tepat
• Evaluasi ststuas nutrisi ps. Utk meningkatkan penyembuhn luka beri diet seimbang , protein
yg cukup dan vitamin
• Identifikasi masalah kesehatan yg telah ada sebelumnya (eg, dehydration, anemia, cardiac
insufficiency, chronic respiratory problems, diabetes mellitus) dan atasi sehingga kondisinya
membaik
After surgery:
• Kaji psychological status
• Tentutakn emotional reaction thd amputation
• Respon berduka thd perub body image: normal
• Support system yg adekuat dan professional counseling dpt membantu koping pasien paska
amputasi
Interventions
Atasi Nyeri
• Nyeri disebabkan inflammation, infection, pressure on a bony
prominence, hematoma, atau muscle spasms
• Berikan opioid analgesics,
• Lakukan intervensi nonpharmaceutical (relaksasi, imagery, dll)
• Evacuation hematoma/accumulated fluid.
• Ubah position pasien/2 jam (pronasi/4 jam untuk amputasi ekstermitas
bawah (BK, AK)
• Letakan bantal/batal pasir (sandbag) pd residual limb utk counteract the
muscle spasm
• Evaluation nyeri ps dan responses thd interventions
• Immibilisasikan menggunakan splint, untuk kurangi edema
• Elevasi stump dengn bantal pada 24 jam pertama post operasi/dg
meninggikan FOB.
Minimalisasi Perubahan Sensori Persepsi
• Amputi dpt mengalami PLP segera atau 2-3 bln postamputasi
• Lebih sering pd AK amputations
• Rasa nyeri
• Unusual sensations (numbness, tingling, or muscle cramps, feeling that
the extremity is present, crushed, cramped, or twisted in an abnormal
position.
• Pertahankan agar ps tetap aktif (dpt menurunkan PLP)
• Lakukan rehabilitasi intensuf scr dini
• Lakukan stump desensitization dg massage dan distraction techniques dan
dorong ps beraktivitas.
• Lakukan TENS, ultrasound, or local anesthetics utk turunkan nyeri
• Berikan beta-blockers utk nyeri tumpul, rasa terbakar; antiseizure untuk
nyeri kram; tricyclic antidepressants utk perbaiki mood dan kemampuan
coping.
Tingkatkan wound healing
• Perlakukan residual limb dg hati-hati
• Lakukan wound care (aseptic technique)
• Lakukan “residual limb shaping” agar
cocok/sesuai dg prosthesis yg akan digunakan
• Balut residual limb dg elastic dressings
Cegah infeksi
 Kaji area luka
 Ukur suhu tiap 4 jam
 Monitor DPL
 Lakukan wound care (steril)
 Ajarkan cara membungkus stump yg tepat
 Kolaborasi th ab sesuai hasil kultur
 Cuci stump tiap hari dg sabun, air hangat (sore hari) dan
keringkan.
 Observasi adanya lecet, kemerahan.
 Massage daerah stump dimulai setelah 3 minggu operasi
 Buka balutam selama 1 jam . Lakukan sehari 4 kali.
 Ganti elastis pada stump setiap hari
 Ungkap perasaannya kl, gunakan pertanyaan terbuka
 Dengarkan dan pertahankan kontak mata
 Kunjungi klien lebih sering
 Beri support spiritual (diskusi dg rohaniawan)
 Explor perasaan klien
 Anjurkan untuk melihat stump
 Kenalkan dg teman amputasi
 Dorong partisipasi aktif dan rehabilitasi.
 Exercise setelah 24- 48 jam post-op
 Latih ROM aktif pasip
 Ubah posisi/2 jam; posisi pronasi/4 jam
 Ajar pengunaan alat bantu kruk
 Dorong partisipasi aktif latihan fisioterapi.
The end
Introduction & Definition(1)

Mengangkat/membuang sebagian/keseluruhan
anggota gerak melalui tulangnya (Swearingen, 2007,
p. 675).

Kini jarang dilakukan sebagai intervensi pembedahan,


jika dibandingkan ditemukannya antibiotika

Merupakan treatment bagi neoplasma


muskuloskeletal

Amputasi ekstremitab bawah masih merupakan


treatment pilihan utk komplikasi DM sprt PAD,
osteomielitis atau trauma berat.
Introduction & Definition(2)

PVD—80% diamputasi ekstremitas bawah


(Swearingen, 2007, p. 676).

Jarang dilakukan pada kelainan bawaan pd bayi/anak .

Mayoritas amputasi ekstremitas bawah akibat


dilakukan akibat penyakit, sementara amputasi
ekstremitas atas akibat trauma.

Amputasi dan penggunaan protesa—utk


meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
Pengkajian
• Penyakit kronik:
– Pasien dg PVD—nyeri ekstremitas dipicu exercise,
menurun dg istirahat.
– Pada neuropati diabetik—nyeri konstan, tdk terkait dg
exercise.
– Warna merah gelap
– Atropi kulit dan jaringan subkutan

• Trauma:
– Karena injuri berat
Diagnostik(1)

ABI: tes utk menilai PAD:

Caranya: BP diukur pda tumit dan lengan


saat istirahat. Kemudian ulangi pengukuran
setelah pasien berjalan 5 menit atau
treadmill.

Lalu, hitung ABI dg membagi BP


tertinggi pada tumit dg BP lengan.
Dapat mengetahui beratnya PAD

Penurunan ABI dg exercise


indikator signifikan adanya PAD
KETERANGAN:

Grade 1 : Arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior masih teraba kuat;
ABI > 0,9.
 Tidak ada keluhan atau gejala periferal arterial disease (PAD)

Grade 2 : ABI = 0,9 dengan tekanan darah sistolik pada arteri dorsalis pedis
>50 mmHg

Grase 3: Tekanan sistolik arteri dorsalis pedis<50 mmHg


Diagnostik(2)

Dopler ultrasound:

Menilai aliran darah ke


ekstremitas

Lebih reliabel
Diagnostik(3)

Angiografi:

Mengkonfirmasi kerusakan sirkulasi


utk menentukan tingkatan amputasi

Perosedur invasif. Setelah dimasukan kontras


via pembuluh darah digunakan jika klien
kandidat angioplasti atau rekonstruksi arteri.

Transcutaneous O2 pressure: diukur setelah sensor


Oksigen dipasang pada kulit. Dg mengukur tekanan
oksigen (nilai diharapkan 30-50 mmHg)

Dapat diketahui mana area


yg kurang perfusinya
Management (1)


Jika infeksi berat dan perlu treatment segera
Amputasi ●
Mungkin diperlukan skin graft utk menutup

Sering dilakukan closed amputasi

Memilih level ●
Derajat nyeri
amputasi, ●
Infeksi

nekrosis
tergantung:
Perawatan PostOp
• Fokus management nyeri
• Meningkatkan healing
• Mencegah koimlikasi: kontraktur,
ifeksi
• Bantuan mobilitas
• Penanganan spikologik setelah
amputasi
• oleh perawat di RS. Islam Jakarta.
Diagnosa Keperawatan
1 Risiko disuse sindrome b.d. nyeri berat dan
Risiko disuse sindrome b.d. nyeri berat dan
immobilitas sekunder thd amputasi
immobilitas sekunder thd amputasi

2 Knowledge deficit
Knowledge deficit

3 Akut pain/chronic pain r.t. phantom limb sensation


Akut pain/chronic pain r.t. phantom limb sensation

4 Gg body image/peran b.d. kehilangan anggota gerak


Gg body image/peran b.d. kehilangan anggota gerak
Risiko disuse sindrome b.d. nyeri berat dan
immobilitas sekunder thd amputasi
• Dlm 24 jam pasien scr verbal memahami program
latihan dan melakukan latihan scr mandiri
• Terbebas dari gejala kontraktur: ROM penuh, masa
otot terjaga.
• Intervensi:
– Atasi nyeri utk mendorong gerak optimal
– Tinggikan ekstremitas terkena utk 24 jam pertama postop
– Bantu ROM sendi proksimal
– 2 hari postop, pastikan sisa yg diamputasi flat saat istirahat
utk menurunkan risiko kontraktur fleksi
Akut pain/chronic pain r.t.
phantom limb sensation
Dlm 24 jam intervensi nyeri berkurang

Intervensi:
Pastikan menagemen nyeri yg adekuat sebelum
pembedahan

Jelaskan nyeri akan berlangsung paska op

Kolaborasi pemberian analgetik

Massage sisa amputasi mulai 3 minggu post operasi

Lakukan managemen nyeri nonfarmakologik lainnya


AMPUTATION

MA
Introduction & Definition(1)

Kini jarang dilakukan sebagai intervensi


pembedahan, jika dibandingkan ketika sebelum
ditemukannya antibiotika

Merupakan treatment bagi neoplasma


muskuloskeletal

Amputasi ekstremitab bawah masih merupakan


treatment pilihan utk komplikasi DM sprt PVD,
osteomielitis atau trauma berat.
Introduction & Definition(2)

PVD—80% diamputasi ekstremitas bawah


(Swearingen, 2007, p. 676).

Jarang dilakukan pada kelainan bawaan pd bayi/anak .

Mayoritas amputasi ekstremitas bawah dilakukan


akibat penyakit, sementara amputasi ekstremitas atas
akibat trauma.

Amputasi dan penggunaan protesa—utk


meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
Definisi
• Mengangkat/membuang
sebagian/keseluruhan anggota gerak melalui
tulangnya (Swearingen, 2007, p. 675).
• Mengangkat/membuang
sebagian/keseluruhan bagian tubuh (LeMone
& Burke, 2000, p. 1603).
Amputasi, Penyaki kronik, Kecelakaan
• Amputasi—karena proses kronik:
– PAD/PVD
– DM
– Osteomielitis
• Amputasi—karena proses akut:
– Kecelakaan/trauma berat
Pengkajian
• Penyakit kronik:
– Pasien dg PVD—nyeri ekstremitas dipicu exercise,
menurun dg istirahat.
– Pada neuropati diabetik—nyeri konstan, tdk terkait dg
exercise.
– Warna merah gelap
– Atropi kulit dan jaringan subkutan

• Trauma:
– Karena injuri berat
Diagnostik(1)

ABI: tes utk menilai PAD:

Caranya: BP diukur pda tumit dan lengan


saat istirahat. Kemudian ulangi pengukuran
setelah pasien berjalan 5 menit atau
treadmill.

Lalu, hitung ABI dg membagi BP


tertinggi pada tumit dg BP lengan.
Dapat mengetahui beratnya PAD

Penurunan ABI dg exercise


indikator signifikan adanya PAD
KETERANGAN:

Grade 1 : Arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior


masih teraba kuat;
ABI > 0,9.
 Tidak ada keluhan atau gejala periferal arterial
disease (PAD)

Grade 2 : ABI = 0,9 dengan tekanan darah sistolik pada arteri


dorsalis pedis >50 mmHg

Grase 3; Tekanan sistolik arteri dorsalis pedis<50 mmHg


Diagnostik(2)

Dopler ultrasound:

Menilai aliran darah ke


ekstremitas

Lebih reliabel
Diagnostik(3)

Angiografi:

Mengkonfirmasi kerusakan sirkulasi


utk menentukan tingkatan amputasi

Perosedur invasif. Setelah dimasukan kontras


via pembuluh darah digunakan jika klien
kandidat angioplasti atau rekonstruksi arteri.

Transcutaneous O2 pressure: diukur setelah sensor


Oksigen dipasang pada kulit. Dg mengukur tekanan
oksigen (nilai diharapkan 30-50 mmHg)

Dapat diketahui mana area


yg kurang perfusinya
Management (1)


Jika infeksi berat dan perlu treatment segera
Amputasi ●
Mungkin diperlukan skin graft utk menutup

Sering dilakukan closed amputasi

Memilih level ●
Derajat nyeri
amputasi, ●
Infeksi

nekrosis
tergantung:
Perawatan PostOp

• Fokus management nyeri


• Meningkatkan healing
• Mencegah komplikasi: kontraktur,
infeksi
• Bantuan mobilitas
• Penanganan psikologik setelah
amputasi
Diagnosa Keperawatan
1 Risiko disuse sindrome b.d. nyeri berat dan
Risiko disuse sindrome b.d. nyeri berat dan
immobilitas sekunder thd amputasi
immobilitas sekunder thd amputasi

2 Knowledge deficit
Knowledge deficit

3 Akut pain/chronic pain r.t. phantom limb sensation


Akut pain/chronic pain r.t. phantom limb sensation

4 Gg body image/peran b.d. kehilangan anggota gerak


Gg body image/peran b.d. kehilangan anggota gerak
Risiko disuse sindrome b.d. nyeri berat dan
immobilitas sekunder thd amputasi
• Dlm 24 jam pasien scr verbal memahami program
latihan dan melakukan latihan scr mandiri
• Terbebas dari gejala kontraktur: ROM penuh, masa
otot terjaga.
• Intervensi:
– Atasi nyeri utk mendorong gerak optimal
– Tinggikan ekstremitas terkena utk 24 jam pertama postop
– Bantu ROM sendi proksimal
– 2 hari postop, pastikan sisa yg diamputasi flat saat istirahat
utk menurunkan risiko kontraktur fleksi
Akut pain/chronic pain r.t.
phantom limb sensation
Dlm 24 jam intervensi nyeri berkurang

Intervensi:
Pastikan menagemen nyeri yg adekuat sebelum
pembedahan

Jelaskan nyeri akan berlangsung paska op

Kolaborasi pemberian analgetik

Massage sisa amputasi mulai 3 minggu post operasi

Lakukan managemen nyeri nonfarmakologik lainnya


Terimakasih
AMPUTATION
Definisi
• Mengangkat/membuang
sebagian/keseluruhan anggota gerak melalui
tulangnya (Swearingen, 2007, p. 675).
• Mengangkat/membuang
sebagian/keseluruhan bagian tubuh (LeMone
& Burke, 2000, p. 1603).
Amputasi, Penyaki kronik, Kecelakaan
• Amputasi—karena proses kronik:
– PAD/PVD
– DM
– Osteomielitis
• Amputasi—karena proses akut:
– Kecelakaan/trauma berat
Dampak Amputasi
• Kehilangan anggota gerak—keadaan serius bagi
klien
• Dampak fisik dan psikososial klien dan keluarga
• Adaptasi perlu waktu lama dan upaya keras
• Tantangan berat bagi pwt dlm membatu klien
amputasi
• Dibutuhkan tim pelayanan yang multidisiplin utk
memenuhi kebutuhan fisik, emosi, kultur dan
spiritual
Penyebab (1)
• Penyebab utama amputasi ekstr bawah: PVD
• Faktor risiko terjadi PVD:
– Hipertensi
– Diabetes—neuropati periferpenurunan
sensasi cedera/infeksi tdk dikenali
gangrene amputasi
– Merokok
– Hiperlipidemia
Penyebab (2)
• Penyebab utama amputasi ekstr atas: trauma
• Insiden amputasi traumatik banyak laki-laki,
usia muda.
• Kebanyakan karena kecelakaan sepeda
motor/mesin saat bekerja.
Insidensi
• Iskemik/infeksi gangren: 90% amputasi di US
• 60-80% amputasi ekstr bawah akibat
komplikasi diabetes (Way, 1994 dalam LeMone & Burke, 2000)
Patofosiologi
• Interupsi aliran darah baik akut maupun
kronik.
• Pada situasi trauma akut, terjadi kerusakan
dan kematian jaringan. Pada jari-jari/bagian
tubuh yang kecil dapat direplanasi, pada
anggota gerak tidak mungkin disambung
kembali. Tubuh mengenali bagian tubuh yang
tdk berfungsi sebagai suatu ancaman, dan
dapat berkembang menjadi sepsis.
(LeMone & Burke, 2000)
Patofosiologi
• Pada proses kronik, sirkulasi terganggu, mulai terjadi
pooling vena, protein keluar ke interstitial, dan terjadi
edema. Edema meningkatkan risiko cedera dan
penurunan sirkulasi lebih buruk. Dpat berkembang
stasis ulser dan mudah terinfeksi, karena ganguan
pada penyembuhan dan perubahan proses imun
memungkinkan bakteri berproliferasi. Infeksi dapat
terus progresif dan lebih memperburuk sirkulasi yang
sudah terganggu itu sehingga mengancam
berkembangnya gangrene, yang harus diamputasi.
(LeMone & Burke, 2000)
Patofosiologi Amputasi
Amputasi

Infeksi,
Infeksi,
gangrene
Proses akut (trauma) Proses kronik (PVD)
Proses akut (trauma) Proses kronik (PVD) gangrene

Proliferasi
Umumnya trauma Proliferasi
bakteri
Umumnya
pada anggotatrauma
gerak Anggota gerak bakteri
pada anggota gerak Anggota
bawah gerak
atas
atas bawah
Stasis ulser
Bagian tubuh yg Stasis ulser
Bagian
trauma tubuh yg
tdk berfungsi
trauma tdk berfungsi
Memperburuk
Memperburuk
sirkulasi
sirkulasi
Dikenali oleh tubuh
Dikenali
sebagai suatuoleh tubuh
ancaman
sebagai suatu ancaman Edema
Edema

Inflamasi, Protein keluar


Inflamasi,
pooling vena keProtein keluar
interstitial
pooling vena ke interstitial

Anda mungkin juga menyukai