Anda di halaman 1dari 55

NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

Pengertian Ruang Lingkup


dan Kelembagaan Tindak
Pidana Narkotika
Mengenal Apa Itu Narkotika
Perkataan Narkotika berasal dari perkataan Yunani “narke” yang berarti

terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Namun ada juga yang

mengatakan bahwa Narkotika berasal dari kata “Narcissus”, sejenis

tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang dapat membuat orang

menjadi tak sadar. Pengertian Narkotika secara farmakologis medis,

menurut Ensiklopedia Indonesia IV, adalah obat yang dapat

menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang berasal dari daerah visceral dan

yang dapat menimbulkan efek stupor (bengong, masih sadar tetapi harus

digertak) serta adiksi.


Definisi Menurut Undang-undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

dalam Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa “Narkotika adalah zat atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan

sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini”.


Ruang Lingkup Narkotika

Dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun 2009, Narkotika digolongkan

menjadi 3 (tiga) golongan, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. (Heroin, Kokain,

Ganja, etc.)

2) Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan. (Morfin, Alfametadol, etc.)


3) Narkotika Golongan III adalah Narkotika
berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. (Kodein,
Nikodikodina, etc.)
Penggolongan jenis-jenis Narkotika lebih rinci
terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018
Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
• Ganja
Ganja dapat digunakan untuk bahan obat
penenang dan penghilang rasa sakit. Kandungan
zat kimia delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) di
dalam daun ganja dalam dosis tertentu dipercaya
dapat memengaruhi perasaan, penglihatan, dan
pendengaran.
• Kokain
Tanaman coca (Erythroxylon coca) yang banyak
tumbuh di Pegunungan Andes, Amerika Selatan,
menghasilkan daun yang mengandung senyawa
kimia alkaloid yang bernama kokain dan senyawa-
senyawa turunan yang sejenis. Pemakainya suka
bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan
gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut
nyeri, mual, dan muntah.
• Sedativa – hipnotika
Beberapa macam obat dalam dunia
kedokteran, seperti pil BK dan magadon
digunakan sebagai zat penenang (sedativa-
hipnotika). Pemakaian sedativa-hipnotika
dalam dosis kecil dapat menenangkan,
sedangkan dalam dosis besar dapat
membuat orang yang memakannya tertidur.
Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-
mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk,
malas, daya pikir menurun, bicara dan
tindakan lambat.
• Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan
opioida, dikenal juga dengan sebutan candu,
morfin, heroin, dan putau. Opium diambil dari
getah buah mentah Pavaper sommiverum.
Senyawa alkaloid dalam opium
1.Morfin
Pada awalnya morfin digunakan oleh para tentara untuk menghilangkan
rasa sakit karena luka atau menghilangkan rasa nyeri pada penderita
kanker.
2.Heroin
senyawa turunan (hasil sintesis) dari morfin yang dikenal dengan sebutan
putau. Heroin biasanya berbentuk serbuk putih dan pahit rasanya. Heroin
dapat menimbulkan rasa kantuk, halusinasi, dan euphoria.
3.Kodein
merupakan senyawa turunan dari morfin, tetapi memiliki kemampuan
menghilangkan nyeri lebih lemah, demikian pula efek kecanduannya
(adiksinya) lebih lemah. Kodein biasa dipakai dalam obat batuk dan obat
penghilang rasa nyeri
Macam – macam psikotropika
• PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu,
LSD)
• PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.( Contoh: amfetamin, metilfenidat
atau ritalin)
• PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh :
pentobarbital, Flunitrazepam).
• PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,
bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil
Koplo, Rohip,morfin, barbiturat dan Dum, MG).
• Morfin
Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh
dari candu melalui pengolahan secara kimia.
Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara
pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam
otot atau pembuluh darah (intravena). Morfin
rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna
putih atau dalam bentuk cairan berwarna.
Pemakaiannya dengan cara dihisap dan
disuntikkan.
• Barbiturat
digunakan secara medis untuk menenangkan
orang dan sebagai obat tidur. Barbiturat
mempengaruhi sistim syaraf pusat,
menyebabkan perasaan lembab. Barbiturat
dapat menyebabkan orang jadi sembrono,
merasa bahagia dan kebingungan mental
• Amphetamin merupakan stimulan yang
biasanya diminum secara oral, walaupun dapat
juga dilarutkan dalam air, dihirup, atau
disuntikkan. Amphetamin menyebabkan
meningkatnya detak jantung, berkurangnya
nafsu makan, memperbaiki suasana hati, dan
membesarnya pupil mata. Pengguna
amphetamin menyebutkan adanya "rush" rasa
percaya diri. Ekstasi dan shabu adalah hasil
sintesis dari zat kimia yang disebut amfetamin
Hasil sintesis dari amfetamin
1.Ekstasi
Ekstasi adalah salah satu obat bius yang di
buat secara ilegal di sebuah laboratorium
dalam bentuk tablet atau kapsul. Ekstasi dapat
membuat tubuh si pemakai memiliki energi
yang lebih dan juga bisa mengalami dehidrasi
yang tinggi.
2. Sabu-sabu
Nama aslinya methamphetamine. Berbentuk
kristal seperti gula atau bumbu penyedap
masakan. Obat ini juga mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap syaraf. Si pemakai shabu-
shabu akan selalu bergantung pada obat bius
itu dan akan terus berlangsung lama, bahkan
bisa mengalami sakit jantung atau bahkan
kematian.
ZAT ADIKTIF LAIN
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut
Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
• Minuman berakohol
• Inhalansia
• Tembakau
• Kafein
• Rokok (Tembakau)
Asap rokok mengandung sekitar 4.000
komponen yang berbahaya. Setiap senyawa
toksik dalam asap rokok menimbulkan akibat
yang berbeda. Tiga komponen toksik utama
dalam asap rokok yaitu :
karbon monoksida
Nikotin
tar

Nikotin Tar
DAMPAK NEGATIF ROKOK
Berdasarkan penelitian, dapat dipastikan bahwa merokok
dapat menyebabkan:
1) Kanker saluran pernapasan, dan paru-paru,
2) Penyempitan pembuluh darah,
3) Penyakit jantung koroner,
4) Naiknya kadar gula (sakit diabetes),
5) Kerusakan sel reproduksi pria dan wanita sehingga
menyebabkan impotensi dan kemandulan,
6) Naiknya kadar lemak, dan
7) Meningkatkan jumlah bayi yang lahir prematur.
• Alkohol dan Minuman keras
Alkohol digunakan dalam pembiusan secara luas dan
tertua di dunia. Salah satu penggunaan alkohol
lainnya adalah untuk mensterilkan berbagai peralatan
dalam bidang kedokteran.
Jika dikonsumsi berlebihan, akan muncul efek seperti
merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa
ada perasaa terhambat, dan menjadi lebih emosional.
Akibat dari gejala ini muncul gangguan pada fungsi
fisik hingga motorik, yaitu bicara cadel, pandangan
menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik,
dan bias sampai tidak sadarkan diri.
Kelembagaan Yang
Menangani Tindak
Pidana Narkotika
Badan Narkotika Nasional (BNN)

Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN)


adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) Indonesia yang
mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pencegahan,
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol.
TUGAS BNN
a)Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
b)Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika;
c)Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
d)Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu
Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;
e)Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
f)Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika Narkotika;
g)Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun internasional, guna
mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
h)Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
i)Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan Membuat
laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
• Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah Kepolisian
Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di
bawah Presiden. Polri mempunyai motto: Rastra Sewakotama,
yang artinya Abdi Utama bagi Nusa Bangsa. Polri mengemban
tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia yaitu
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan
hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
• Dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba Polri
melakukan upaya-upaya dengan langkah-langkah: Upaya
penanggulangan penyalahgunaan narkoba ini tidak terlepas dari
tindakan-tindakan Polri yang bersifat interdisipliner yang
diawali dengan upaya pre-emtif (pembinaan) dan preventif
(pencegahan) sebelum tindak pidana tersebut terjadi.
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah:

a)memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b)menegakkan hukum; dan

c)memberikan perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat.


Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia
o Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (disingkat Kemenkumham RI)
adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia.
o Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 44 tahun
2015, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
Kementerian Sosial Republik Indonesia

 Kementerian Sosial Republik Indonesia (disingkat


Kemensos), dahulu Departemen Sosial (disingkat Depsos)
adalah kementerian yang mempunyai tugas
menyelenggarakan dan membidangi urusan dalam negeri
di dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara di bidang sosial
Kementerian Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, dan penanganan
fakir miskin untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


(Kemenkes RI) adalah kementerian dalam
Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
kesehatan
Kementerian Kesehatan mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang kesehatan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Mahkamah Agung Republik Indonesia

 Mahkamah Agung Republik Indonesia


(disingkat MA RI atau MA) adalah lembaga
tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Konstitusi dan bebas dari
pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya.
TUGAS MAHKAMAH AGUNG
a)Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan

tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan.

b)Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan

perundang-undangan di bawah Undang-undang.

c)Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di

semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.


Kejaksaan Agung Republik Indonesia
Kejaksaan Agung (disingkat Kejakgung atau Kejagung)
adalah lembaga kejaksaan yang berkedudukan di ibu kota
negara Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah
kekuasaan negara Indonesia. Kejaksaan Agung, kejaksaan
tinggi (berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah provinsi) dan kejaksaan negeri
(berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota) merupakan
kekuasaan negara khususnya di bidang penuntutan, di mana
semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak
dapat dipisahkan.
TUGAS KEJAKSAAN RI
a)menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan
keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan
b)mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh
Undang-Undang
c)mengesampingkan perkara demi kepentingan umum
d)mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah
Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara
e)dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah
Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana;
f) mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena keterlibatannya
dalam perkara pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Penyitaan Narkotika
Oleh BNN
Pasal 127
1) Setiap Penyalah Guna: Pasal 127

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun;dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun.

2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan
Pasal 103.

(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan
atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Rehab ilita si

Pasal 54
Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Pasal 55
1) Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup
umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masy.arakat,
rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
2) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan
diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2011

KETENTUAN WAJIB LAPOR


1. Wajib Lapor dilakukan oleh:
a. orang tua atau wali Pecandu Narkotika yang belum cukup umur; dan
b. Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur atau keluarganya.
2. Bagian Kedua Institusi Penerima Wajib Lapor:
a. Wajib Lapor Pecandu Narkotika dilakukan di Institusi Penerima Wajib Lapor.
b. Pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis
sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor ditetapkan oleh Menteri.
c. Lembaga rehabilitasi sosial sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor ditetapkan ole
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.
3. Persyaratan Institusi Penerima Wajib Lapor :
a. ketenagaan yang memiliki keahlian dan kewenangan di bidang
ketergantungan Narkotika; dan
b. sarana yang sesuai dengan standar rehabilitasi medis atau standar
rehabilitasi sosial.
INSTANSI PENERIMA WAJIB LAPOR ( IPWL )
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2011
No Nama IPWL Alamat No.Telepon

1 R.S. ATMA HUSADA MAHAKAM JL. KAKAP NO.23 SAMARINDA 0541-734364

2 RSUD A.WAHAB SYAHRANIE JL. DR.SUTOMO SAMARINDA 0541-738118

RSUD DR.KANUJOSO JL. MT.HARYONO NO.655


3 0542-873901
DJATIWIBOWO BALIKPAPAN

UNITRA BUTTERFLY ( UPTD DKK JL. JEND.SUDIRMAN


4 0542-739595
BALIKPAPAN ) BALIKPAPAN

JL. PULAU IRIAN NO.01


5 RSUD TARAKAN 0551-23108
TARAKAN

6 RSUD BONTANG JL. S. PARMAN BONTANG 0548-21256

JL. IMAM BONJOL


7 RS.PARIKESIT 0541-661923
TENGGARONG
SIFAT – SIFAT NARKOBA
1. Halusinogen
bila dikonsumsi sekian dosis tertentu
dapat berhalusinasi dengan melihat
sesuatu hal/ benda yang sebenarnya
tidak ada.

2. Stimulan
Jantung / otak bekerja lebih cepat dari
kerja yang biasanya, lebih bertenaga
untuk sementara waktu, lebih senang
dan gembira sementara waktu.
3. Depresan
Menekan sistem syaraf dan
mengurangi aktifitas fungsi
tubuh.

4. Adiktif
Keinginan yang terus
menerus menggunakan dan
dapat memutuskan syaraf
dalam otak.
EFEK MEDIS DARI PENYALAHGUNAAN NARKOBA

A. Bahaya yang bersifat pribadi


1. Kerusakan Otak Secara
Permanen

Saat pecandu
mengkonsumsi bahan-
bahan berbahaya
tersebut, maka otak
akan mulai rusak dan
sifatnya adalah
permanen.
2. Kerusakan seluruh tubuh

Kerusakan yang
ditimbulkan pada bagian ini
adalah kerusakan
terhadap bagian tubuh
seperti rusaknya
pendengaran, penglihatan,
keseimbangan tubuh dan
rusaknya hati. Seluruh
pembuluh darah dan otot-
otot akan rusak.
B. Bahaya yang bersifat keluarga
1. Tidak lagi segan untuk mencuri uang dan bahkan
menjual barang barang dirumah untuk mendapatkan
uang secara cepat.
2. Tidak lagi menjaga sopan santun dirumah bahkan
melawan kepada orang tua.
3. Kurang menghargai harta milik yang ada seperti
mengendarai kendaraan tanpa perhitungan rusak atau
menjadi hancur sama sekali.
4. Mencemarkan nama keluarga
C. Bahaya yang bersifat sosial
1. Berbuat yang tidak senonoh ( cabul/mesum ) secara
bebas, berakibat buruk dan mendapat hukuman
masyarakat.
2. Mencuri milik orang lain demi memperoleh uang.
3. Mengganggu ketertiban umum, seperti ngebut di
jalanan dll.
4. Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan
keselamatan umum antara lain karena kurangnya
rasa sosial manakala berbuat kesalahan.
5. Timbulnya keresahan masyarakat karena gangguan
keamanan dan penyakit kelamin lain yang ditimbulkan
oleh sex bebas.
D. Bahaya bagi Bangsa dan Negara
1. Rusaknya pewaris bangsa yang seyogyanya siap
untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan
bangsa.
2. Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta bangsa
yang pada gilirannya mudah untuk dikuasai oleh
bangsa asing.
3. Penyulundupan akan meningkat padahal
penyelundupan dalam bentuk apapun adalah
merugikan negara.
4. Pada akhirnya bangsa dan negara kehilangan
identitas yang disebabkan karena perubahan nilai
budaya
Upaya Penanggulangan
1. Upaya pre-emtif
Merupakan upaya pencegahan tidak
langsung agar mendorong timbulnya
kesadaran, kepedulian, kewaspadaan,
dan daya tangkal terhadap narkoba
melalui kegiatan bimbingan dan
penyuluhan terhadap masyarakat
( pelajar, mahasiswa, pekerja ) akan
bahaya narkoba.
2. Upaya preventif
Merupakan bentuk kegiatan pencegahan :
- Pencegahan Primer
Penyuluhan ditujukan kepada masyarakat
(anak-anak, remaja dan dewasa ) yang
belum menyalahgunakan narkoba.
- Pencegahan Sekunder
Ditujukan kepada masyarakat ( anak-anak,
remaja dan dewasa ) yang mulai coba-coba
pakai dengan bimbingan dan tes urine.
- Pencegahan Tersier
Pencegahan yang dilakukan untuk
membantu korban Narkoba ( Teratur
Pakai, Pecandu ) dengan konseling dan
rehabilitasi agar kembali ke masyarakat.
3. Tindakan Hukum
Merupakan kegiatan penindakan aparat
penegak hukum terhadap jaringan dan
penyalahgunaan narkotika, Pengawasan yang
ketat terhadap Prekursor dan masuknya bahan
narkotika melalui perbatasan darat, laut dan
udara.
Tindak pidana penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri diatur
dalam Pasal 127 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, yang bunyinya:
a. . Setiap Penyalah Guna:
1. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana 4 (empat) tahun
2. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahunan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun
3. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) TAHUN
b. Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103. (2) Dalam hal Penyalah
Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau
terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna
tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
• Sanksi pidana berupa pidana penjara yang dapat dijatuhkan oleh hakim. Namun,
hakim juga diberikan kemungkinan untuk tidak menjatuhkan pidana penjara,
karena dalam pasal-pasal yang berkaitan dengan Pasal 127, terdapat pula
kemungkinan penjatuhan sanksi tindakan rehabilitasi oleh hakim. Pasal yang
dimaksud, yaitu pada Pasal 54 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, yang
menyatakan, "Pecandu narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial di pusat rehabilitasi ketergantungan narkotika. Selanjutnya Pasal 103
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 menyebutkan Hakim yang memeriksa perkara
Pecandu Narkotika dapat:
• memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut terbukti
bersalah melakukan tindak pidana Narkotika.
• menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut tidak
terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika.
• Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi Pecandu Narkotika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperhitungkan sebagai masa
menjalani hukuman. Selalu yang menjadi perhatian dalam upaya, penerapan
hukum, adalah tentang penegakan hukum, yang sangat mendapatkan perhatian,
terutama peran Negara, dalam ikut serta bertanggungjawab, untuk memerangi
kejahatan narkotika

Anda mungkin juga menyukai