Anda di halaman 1dari 22

HALUSINASI

1 2

3
4

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KUNINGAN
www.free-powerpoint-templates-design.com
OUTLINE
1 Landasan Teori Halusinasi
1 2

3
2 Askep Halusinasi
4
Strategi pelaksanaan pada
3 pasien dengan Halusinasi.
4
LANDASAN TEORI
DEFINISI

Persepsi adalah identifikasi dan interpretasi stimuluss berdasarkan informasi yang


diterima melalui penglihatan, suara, rasa, sentuhan, dan penciuman. Masalah persepsi
adalah gejala pertama yang sering terjadi pada penyakit otak (Stuart, 2016)

Halusinasi adalah sitrorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologis
maladaptive. Klien mengalami distorsi sensorik sbg hal yang nyata dan meresponnya
(Stuart, 2016)

Gejala gangguan jiwa berupa respons panca indera, yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan dan pengecapan thd sumber yang tdk nyata (Keliat et al, 2019)
Jenis Halusinasi

Pendengaran

Penglihatan
Halusinasi dapat muncul dari
salah satu panca indera Penciuman

Perabaan

Pengecapan
PENYEBAB

Kurang Tidur

Isolasi social

Mengurung Diri

Kurang Kegiatan Sosial


Factor Predisposisi
• Genetika: Peningkatan risiko pada orang dengan tingkat pertama
hubungan - Neurobiologik: Penurunan volume otak dan perubahan
Biologis neurotransmitter - Neurotransmitter: Ketidakstabilan dan tidak
menentu dari neurostransmisi karena satu atau lebih
neurotransmitter mengalami peningkatan atau penurunan

• Riwayat kegagalan, kehilangan, penolakan dll

Psikologik
• Perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal,
pekerjaan, lingkungan hidup dan Keuangan.
Sosial kultural
Stuart, (2013) Stuart & Laraia (2005)
Stresor Presipitasi

Sikap dan Perilaku Klien:


Kondisi Kesehatan:Infeksi, Agresif, konsep diri rendah,
kelelahan, kurang tidur dll putus asa dll

kondisi Lingkungan: Kurang


dukungan sosial, stigmatisasi,
gangguan/kesulitan
interpersonal dll

Stuart, (2013) Stuart & Laraia (2005)


Tahapan Halusinasi

Tahap I : Menenangkan, ansietas tingkat sedang. Secara umum


menyenangkan . Karakteristik : Merasa bersalah dan takut serta mencoba
memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat
dikendalikan dan bisa diatasi ( non psikotik). Perilaku yang teramati :
Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai, Menggerakan bibirnya tampa
menimbulkan suara, Respon verbal yang lambat, Diam dan dipenuhi oleh
sesuatu yang mengasikan .
Tahap II: menyalahkan, ansietas tingkat berat . Halusinasi menjijikan

Karakteristik : pengalaman sensori bersifat menjijikan dan menakutkan, orang


yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa
malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non
psikotik). Perilaku klien yang teramati: peningkatan SSO yang menunjukan
ansietas, misalnya peningkatan nadi, TD dan pernafasan, penyempitan
kemampuan kosentrasi, dipenuhi dengan pengalaman sensori mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
a. Tahap III; pengendalian, ansietas tingkat berat. Pengalaman sensori menjadi penguasa.
Karakteristik : orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan
halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian
jika pengalaman tersebut berakhir (Psikotik).
Perilaku klien yang teramati: lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
pada menolak, kesulitan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik,
gejala fisik dari ansietas berat seperti: berkeringat, tremor, ketidak mampuan mengikuti petunjuk .
Tahap IV: menaklukan, ansietas tingkat panik. Secara umum
halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung
dalam beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi terapeutik
(psikotik).
Perilaku yang teramati : Perilaku menyerang-teror seperti panik,
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau mebunuh orang lain,
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti : amuk,
agitasi, menarik diri, Tidak mampu berespon terhadap petunjuk
yang komplek, tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu
orang.
Tindakan Keperawatan ners meliputi:
1. Pengkajian : Kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan kemampuan klien mengatasinya. Jika ada halusinasi
katakana anda percaya, tetapi anda sendiri tidak mendengar/melihat/ menghidu/ merasakan.
2. Diagnosis : Jelaskan proses terjadinya halusinasi
Tindakan Keperawatan:
Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien

Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik

Latih klien dengan mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek

Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan secara
teratur
Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama klien, benar nama obat, benar
manfaat obat, benar dosis obat, benar frekuensi, benar cara, benar tanggal kedaluarsa dan
benar dokumentasi.

Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan mengendalikan halusinasi.

Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan halusinasi
EVIDENCE BASED

Hasil penelitian Nur Halimatus Sa’diyah, Anik Yuliati, Eddi Sudjarwo (2013)
menyatakan bahwa ada pengaruh terapi aktivitas individu menghardik terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran. Menurut Stuart and Laraia (2005)
intervensi yang diberikan pada pasien halusinasi bertujuan menolong mereka
meningkatkan kesadaran tentang gejala yang mereka alami dan mereka bisa
membedakan halusinasi dengan dunia nyata dan mampu mengendalikan atau
mengontrol halusinasi yang dialami.
TINDAKAN KE KELUARGA
1. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya halusinasi yang dialami klien
3. Diskusikan cara merawat halusinasi dan memutuskan cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien
4. Melatih keluarga cara merawat halusinasi :
a.Menghindari situasi yang menyebabkan halusinasi
b.Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan halusinasi sesuai dengan yang dilatih perawat kepada klien
c.Memberi pujian atas keberhasilan klien
5. Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap secara bergantian, memotivasi klien melakukan latihan dan
memberi pujian atas keberhasilannya
6. Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi yang memerlukan rujukan segera yaitu isi halusinasi yang memerintahkan

kekerasan, serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.


Terapi Aktivitas Kelompok
Kemampuan pasien mengontrol halusinasi dapat ditingkatkan dengan
pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan terus menerus
disertai dengan terapi modalitas seperti Terapi Aktivitas Kelompok. Menurut
Purwaningsih dan Karlina (2010) Terapi Aktivitas Kelompok memberikan
hasil yang lebih besar terhadap perubahan perilaku pasien, meningkatkan
perilaku adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok (TAK) bertujuan memberikan fungsi terapi
bagi anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk menerima
dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain, mencoba
cara baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri.
Keuntungan lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya
dukungan pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
dan meningkatkan hubungan interpersonal.
(Yusuf, Ah., 2015).
Tindakan keperawatan ners : TAK stimulasi persepsi untuk halusinasi
1. Sesi 1 : Mengenal halusinasi (jenis, isi, frekuensi, waktu, situasi,
respons).
2. Sesi 2 : Melawan halusinasi dengan menghardik
3. Sesi 3 : Melawan halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal
4. Sesi 4 : Melawan halusinasi dengan bercakap-cakap dan de-enskalasi
5. Sesi 5 : Patuh 8 benar minum obat (benar nama klien, benar nama
obat, benar dosis obat, benar waktu pemberian, benar cara, benar
manfaat, benar kedaluwarsa dan benar dokumentasi)
KASUS

Tn. Y berumur 38 tahun MRS dengan keluhan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk berteriak-
teriak sehingga keluarga klien membawa Tn. Y ke RSMM. Keluarga mengatakan klien mulai timbul gejala
ini setelah istrinya meninggal dunia. Klien tinggal bersama 2 orang anak dan kedua orang tuanya. Klien
belum pernah berobat sebelumnya.
Tugas kelompok

Bagi kelas dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Buatlah asuhan keperawatan
sesuai kasus diatas, dan juga video komunikasi terapeutik pada kasus diatas dengan tindakan
keperawatan 1
Daftar Pustaka

Keliat, B. A., Kep, H. S. M., Achir, P., Hamid, Y. S., Kep, F. M., Daulima, N. H. C., … Keliat, B. A. (2019).
Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC
NANDA, (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan 2011. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai