Anda di halaman 1dari 13

ETIKA

DAN
FILOSOFI

Ns. Retno Anggraeni Puspita Sari,


S.Kep., M.Kes
PENDAHULUAN

– Secara historis, etika dalam kesehatan merupakan pencarian


standar tetap yang akan menentukan tindakan yang benar
– Dari waktu ke waktu, etika telah berkembang menjadi bidang studi
yang lebih fleksibel dan dipenuhi dengan perbedaan opini dan
upaya yang bermakna untuk memahami interaksi manusia
– Materi berikut memperkenalkanberbagai pendekatan filosofi
terhadap etika dalam tatanan pelayanan kesehatan
DEONTOLOGI

– Mengusulkan sistem etika yang mugkin paling familier bagi praktisi


pelayanan kesehatan
– Fondasi deontologi berasal dari karya seorang filsuf Immanuel
Kant di abad XVIII (1724-1804)
– Deontologi mendefinisikan tindakan sebagai benar atau salah
berdasarkan pada”karakteristik yang membuat tindakan tersebut
benar” seperti kesetiaan terhadap janji, kejujuran, dan keadilan
(Beauchamp and Childress, 2012)
– Deontologi tidak melihat konsekuensi tindakan secara spesifik untuk
menentukan benar atau salah
– Sebaliknya deontology menguji adanya benar atau salah yang
esensial dari suatu situasi
– Contoh : akan membuat keputusan mengenai etika prosedur medis
yang kontroversial, deontology akan memandu anda untuk berfokus
pada bagaimana menjamin kesetiaan, kejujuran, keadilan dan
kebermanfaatan bagi pasien, nakes tidak akan terlalu fokus pada
konsekuensinya (secara etis)
– Jika prosedur medis dalam contoh telah adil, menghargai otonomi,
dan memberikan kebaikan, maka prosedur tersebut akan dinilai
benar dan etis menurut filosofi ini
– Jika prosedur tersebut memberikan kebaikan, namun hanya bagi
sejumlah kecil orang, maka prosedur tersebut dinilai tidak adil dan
karenanya tidak etis
– Deontologi tergantung pada pemahaman Bersama mengenai
keadilan, otonomi dan kebaikan
UTILITARIANISME

– Sistem etika utilitarianisme mengusulkan bahwa nilai sesuatu


ditentukan oleh kebermanfaatannya
– Filosofi ini juga disebut sebagai konsekuensialisme, karena
penekanan utamanya pada hasil / konsekuensi dari suatu tindakan
– Istilah ketiga yang berhubungan dengan filosofi ini adalah teleologi,
yang berasal dari Bahasa Yunani “ telos” yang berarti “akhir”, atau
studi mengenai penyebab akhir atau final, John Stuart Mill (1806 –
1873), seorang filsuf inggris yang pertama mengusulkan fondasi
filosofi tersebut
– Seperti halnya deontologi, utilitarisme bergantung pada aplikasi
prinsip tertentu (yaitu menilau “manfaat/kebaikan” dan “terbesar”)
(Beauchamp and Childress, 2012)
– Utilitarisme dan deontology berbeda dalam focus hasil. Utilitarisme
menilai dampak yang akan muncul dari suatu tindakan, sedangkan
deontology menilai adanya prinsip walau apapun hasilnya
– Terkadang orang memiliki pemahaman yang bertentangan
mengenai “manfaat/kebaikan terbesar”, contoh : edukasi tentang
seks, HIV, diberikan pada tataran keluarga / sekolah terkadang
masih menjadi pertentangan
ETIKA FEMINIS

– Hal ini muncul karena dilatarbelakangi oleh keprihatinan mengenai


pertanyaan yang tidak terjawab mengenai penerapan deontologi dan
utilitarisme, maka cendekia yang berfokus pada perbedaan antar
gender, terutama sudut pandang perempuan, telah mengembangkan
kritik terhadap filosofi etik konvensional yang disebut etika feminis
– Etika ini melihat pada sifat hubungan untuk memandu partisipan
dalam membuat keputusan yang sulit, terutama hubungan di mana
terdapat ketidaksetaraan kekuasaan / pengabaian sudut pandang
(Beauchamp and Childress, 2012)
– Penulis dengan perspektif feminis cenderung untuk lebih
berkonsentrasi pada solusi praktis dibandingkan pada teori
– Contoh ketika memutuskan apakah akan melakukan prosedur yang
mungkin sia – sia pada pasien yang sekarat, etika feminis dapat
memandu untuk melihat pada hubungan pasien dengan keluarga
dan teman sebagai cara untuk menentukan hal yang benar secara
etik untuk dilakukan
ETIKA KEPEDULIAN

– Etika kepedulian dan etika feminis berhubungan erat, keduanya


mempromosikan filosofi yang berfokus pada pemahaman
terhadap hubungan, terutama naratif pribadi
– Pendukung awal etika asuhan, Nel Nodings, menggunakan istilah
the one – caring (yang merawat) untuk mengidentifikasi individu
yang memberikan asuhan dan menggunakan istilah the cared - for
(yang dirawat) untuk pasien
– Dalam mengadopsi istilah tersebut, Noddings berharap untuk
menekankan peran perasaan
– Etika kepedulian juga berupaya untuk mengatasi masalah di luar
hubungan individual dengan meningkatkan kesadaran etik
mengenai struktur di mana terjadi caring terhadap individu –
struktur seperti Rumah Sakit atau universitas (Noddings, 2013)
KASUISTRI (CASUISTRY)

– Kasuistri atau penalaran berbasis kasus, berbeda dengan prinsip konvensional etika
sebagai cara untuk menentukan tindakan dan fokus terbaik, dan bukanlah pada
“pemahaman mendalam mengenai situasi tertentu”
– Pendekatan diskursus etika ini lebih bergantung pada konsensus temuan dari pada
banding terhadap prinsip filosofi
– Pembuatan konsensus merupakan tindakan pencarian dimana kearifan kolektif memandu
kelompok untuk membuat keputusan terbaik
– Strategi untuk mengatasi dilemma, pembuatan consensus mempromosikan penghargaan
dan kesepakatan dibandingkan sistem filosofi (moral)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai