Anda di halaman 1dari 25

PATOFISIOLOGI KEBIDANAN

GANGGUAN SISTEM SIRKULASI


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DAN KELAINAN JANTUNG

Dosen Pengampu:
Asri Hidayat, S.ST., M.Keb

Disusun oleh :
Ana Dwi Prihatiningsih
1610104053

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2019
Proses Sirkulasi Darah Janin
• Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada
bayi, anak dan orang dewasa. Pada janin organ vital untuk metabolisme
masih belum berfungsi. Organ tersebut adalah paru janin dan alat
gastrointestinal yang seluruhnya diganti oleh plasenta.
Proses Sirkulasi Darah Janin ( Fetus )
• Darah janin dialirkan ke plasenta melalui vena umbilicalies yang
membawa bahan makanan berasal dari ibu .
• Darah ini akan masuk ke badan janin melalui vena umbilikacalis yang
bercabang dua setelah memasuki dinding perut janin .
• Cabang yang kecil akan bersatu dengan vena porta,darahnya akan beredar
dalam hati dan kemudian dianggkut melalui vena cava hepatica kedalam
vena cava inferior. Dan cabang satu lagi ductus venusus aranthii,akhirnya
masuk ke vena cava inferior. Sebagian O2 dalam darah vena umbilikalis
akan direabsorbsi sehingga konsentrasi O2 menurun .
• Vena cava inferior, langsung masuk ke atrium kanan, darah ini merupakan
darah yang berkonsentrasi tinggi nutrisi dan O2 yang sebahagian menuju
ventrikel kanan dan sebahagian besar menuju atrium kiri melalui foramen
ovale.
• Dari ventrikel kanan masuk ke paru-paru,tetapi karena paru-paru belum
berkembang maka darah yang tredapat pada arteri pulmonalis dialirkan
menuju aorta melalui ductus arteriosus Bothalli. Darah yang ke paru-paru
bukan untuk pertukaran gas tetapi untuk memberi makanan kepada paru-
paru yang sedang tumbuh.fadlie.web.id
• Darah ynag berda di aorta disebarkan ke alat-alat badan,tetapi sebelumnya
darah menuju ke aa.hypogastricae ( cabang dari arteri iliaca comunis ) lalu
ke aa. Umbilicalles dan selanjutnya ke plasenta.
• Selanjutnya sirkulasi darah janin akan berulang kembali. Menerima nutrisi
dan O2 dari plasenta melalui ductus venousus aranthii, menuju vena cava
inferior yang kaya akan O2 dan nutrisi .
Faktor-Faktor Yang Mentukan Sirkulasi Darah Janin
1. Foramen Ovale
2. Duktus Arteriosus Bothali
3. Duktus venousus Aranthii
4. Vena Umbilcalis
5. Arteri Umbiculus
6. Palsenta
SISTEM SIRKULASI PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Menurut Prof. Dr. Ganesja M Harimurti, Sp.JP (K), FASCC, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah,

mengatakan bahwa PJB adalah penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan akibat proses pembentukan

jantung yang kurang sempurna. Proses pembentukan jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada

waktu jantung mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada kemungkinan mengalami gangguan.

Gangguan pertumbuhan jantung pada janin ini terjadi pada usia tiga bulan pertama kehamilan, karena jantung

terbentuk sempurna pada saat janin berusia empat bulan (Dhania, 2009).
PATOFISIOLOGI
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan
maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit
jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit
jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang
memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah
dari arteri (Padila, 2013).
• Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium
kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir
dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan
menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi
atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium
kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga
meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru
sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
• Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium
kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel
kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah
jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan.
Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan
pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga
pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
perkembangan (Irnizarifka, 2011)
Jenis Penyakit Jantung Kongenital
1. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik adalah kelainan struktur dan
fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis;
misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan,
kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel
atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-
masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan
sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan
vaskuler paru (Roebiono, 2003).
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
ETIOLOGI
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor
genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling
berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan
yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung
bawaan.
Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil
(misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan,
alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab
meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma Down
(Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana
salah satunya PJB.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks: Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru
meningkat.
2. Echokardiografi: Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari
1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm
(disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari
pirau kiri ke kanan).
3. Pemeriksaan laboratorium: Ditemukan adanya peningkatan
hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah.
Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2)
dan penurunan PH.
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna: digunakan untuk
mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
 
5. Elektrokardiografi (EKG): bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya
hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
6. Kateterisasi jantung: hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.
7. Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim
(CK,CKMB) meningkat.
Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai
komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak
Penatalaksanaan
a) Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
1. Ventricular Septal Defect (VSD) Pasien dengan DSV besar perlu ditolong
dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan
digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan,
yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan,
rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat
menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
2. Atrial Septal Defect (ASD) Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit
atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis
baik.
3. Patent Ductus Arteriosus (PDA)Karena neonatus tidak toleransi terhadap
pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin
yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak
berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
b) Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
1. Stenosis Aorta (SA) Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang
dilakukan pada saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.
2. Stenosis Pulmonal (SP) Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada
katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.
3. Koarktasio Aorta Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty,
pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir,
atau dengan cara memasukkan suatu graf.
c) Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang

Tetralogi Of Fallot (TOF). Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal


anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa
pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan
untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara
Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan
atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan
pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis
kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan
membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
d) PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA).


Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat
prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk
memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat
suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara
Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan
dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena
pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak
teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan
sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara
nyata dengan adanya koreksi dan paliatif
Pencegahan Penyakit Jantung Bawaan
• Pencegahan Primer
• Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak
mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu dengan:
• Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih dari 35
tahun agar tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
• Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil.
• Perawatan Antenatal (Antenatal Care)
Pencegahan Sekunder

Diagnosis kelainan kongenital dapat dilakukan dengan cara:


• Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
• Pemeriksaan cairan amnion (amnionsentesis) Amnionsentesis dilakukan
pada usia kehamilan 15-19 minggu dengan aspirasi per-abdomen dengan
tuntunan USG. Dari cairan amnion tersebut dapat dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut antara lain pemeriksaan genetik/kromosom, pemeriksaan alfa-
feto-protein terhadap defek tuba neural (anensefali, mengingomielokel),
pemeriksaan terhadap beberapa gangguan metabolic (galaktosemia,
fenilketonurua), dan pemeriksaan lainnya.
• Pemeriksaan Alfa feto protein maternal serum (MSAFP). Apabila serum ini
meningkat maka pada janin dapat diketahui mengalami defek tuba neural,
spina bifida, hidrosefalus, dan lain-lain. Apabila serum ini menurun maka
dapat ditemukan pada sindrom down dan beberapa kelainan kromosom.
• Biopsi korion Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan
kromosom pada janin,kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi
dengan analisis DNA,misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal
kongenital.
• Fetoskopi/kordosentesis Untuk mengenal kelainan kongenital setelah lahir,
maka bayi yang baru lahir perlu diperiksa bagian-bagian tubuh bayi
tersebut, yaitu bentuk muka bayi, besar dan bentuk kepala, bentuk daun
telinga, mulut, jari-jari, kelamin, serta anus bayi
• Pengobatan
Pencegahan Tersier

Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi komplikasi


penting pada pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan
situasi yang tak dapat disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital
pencegahan tersier bergantung pada jenis kelainan.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai