Anda di halaman 1dari 20

Perpajakan

“Pajak Penghasilan Psl 22”

Andik Susanto, SE., Ak., MBA., CA


Bunyi Pasal 22 UU PPh
• Pasal 22
1)Menteri Keuangan dapat menetapkan:
a. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran
atas penyerahan barang
b. Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan k
egiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain dan
c. Wajib pajak badan tertentu yang memungut pajak dari pembeli atas penjualan b
arang yang tergolong sangat mewah
2)Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat dan besarnya pungutan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
3)Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang diterapkan terhadap
Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100 % daripada tarif yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP
PPh Psl 22 Secara Singkat
No Pemungut Objek Peraturan
1 Bank Devisa Atas impor barang
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
2 Bendahara pemerintah Pembayaran atas
Kuasa pengguna anggaran (KPA) pembelian barang
3 BUMN  
1) PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Pembayaran atas
Negara (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT Garuda Indonesia pembelian barang dan
(Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) atau
Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PTHutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero) bahan bahan untuk PMK-175/2013 ;
keperluan kegiatan PER-06/2013
2) Bank - bank BUMN
usahanya
4 Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha:  
  industri semen atas penjualan hasil
  industri kertas produksinya kepada
  industri baja distributor di dalam
  industri otomotif negeri
  industri farmasi
PPh Psl 22 Secara Singkat
No Pemungut Objek Peraturan
5 Kendaraan bermotor  
  Agen tunggal pemegang merek (ATPM) atas penjualan kendaraan bermotor
  Agen pemegang merek (APM) di dalam negeri
  Importir umum kendaraan bermotor
6 Produsen atau Importir:  
  Bahan bakar minyak atas penjualan bahan bakar minyak,
  Bahan bakar gas gas dan pelumas PMK-175/2013 ;
  Pelumas PER-06/2013
7 Industri dan Eksportir yang bergerak dalam sektor  
  kehutanan atas pembelian bahan - bahan dari
  perkebunan pedagang pengumpul untuk
keperluan industrinya ATAU
  pertanian ekspornya
  peternakan
  perikanan
8 Badan  
  Penjualan barang sangat mewah atas penjualan barang PMK-90/PMK.03/2015
sangat mewah
1. IMPOR
SAAT TERUTANG &
PEMUNGUT OBJEK TARIF DIPUNGUT SIFAT
Bank devisa & Ditjen Bea Cukai impor barang API = 2,50% x nilai impor
    NON API = 7,50% x nilai impor saat pembayaran
    Tidak dikuasai = 7,50% x nilai lelang bea masuk /
penyelesaian
    dokumen PIB Tidak Final
Bank devisa & Ditjen Bea Cukai impor: kedelai, (Pemberitahuan
gandum dan tepung API = 0,50% x nilai impor Impor Barang)
terigu
Nilai Impor = Cost Insurance Freight + Bea Masuk + Bea Lainnya sesuai ketentuan kepabeanan
API = Angka Pengenal Impor
PPh Pasal 22 penyetorannya dilakukan oleh importir yang bersangkutan atau oleh ditjen bea cukai

Contoh soal:
PT Maju Selangkah (API) mengimpor barang dari jepang dan berdasarkan PIB nya akan dikirim melalui pelabuhan Tanjung Perak
Nilai impor adalah Rp600.000.000
Sehingga PPh pasal 22 yang dipungut atas impor adalah = 2,50% x Rp600.000.000
= Rp 15.000.000
2. Bendahara Pemerintah
PEMUNGUT OBJEK TARIF SAAT TERUTANG SIFAT
& DIPUNGUT

Bendahara Pemerintah Pembelian


Kuasa Pengguna Anggaran barang lebih PPh 22 = 1,50% x nilai pembelian saat pembayaran tidak final
besar dari (tidak termasuk PPN)
Rp 2 juta

Dinas X membeli 1 unit komputer dari toko Wijaya


harga per unit Rp5.500.000 (termasuk PPN)
harga per unit tidak termasuk PPN adalah 100
= x 5.500.000 = 5.000.000
110

Sehingga PPh pasal 22 yang dipungut bendahara adalah = 1,50% x 5.000.000 = 75.000
3. BUMN
SAAT
PEMUNGUT OBJEK TARIF TERUTANG & SIFAT
DIPUNGUT

BUMN Meliputi:

PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik


Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Pembelian
(Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia barang diatas PPh Psl 22 = 1,50% x Nilai Pembelian saat tidak final
(Persero) Tbk, PT Garuda Indonesia (Persero) (Tidak Termasuk PPN) pembayaran
10juta
Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk,
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya
(Persero) Tbk, PTHutama Karya (Persero),
  PT Krakatau Steel (Persero)
  Bank - bank BUMN

PT GARUDA INDONESIA membeli ATK dari CV LANCAR dengan total pembelian 15.000.000
Pajak Penghasilan Pasal 22 yang harus dipungut oleh PT Garuda Indonesia adalah
PPh Psl 22 = 1,50% x 15.000.000 = 225.000
4. Badan Usaha Industri
PEMUNGUT OBJEK TARIF SAAT TERUTANG SIFAT
& DIPUNGUT
Badan Usaha
             
Industri:
Penjualan hasil
  semen industri PPh Psl 22 = 0,25% x
  kertas kepada PPh Psl 22 = 0,10% x saat penjualan tidak final
  baja distributor PPh Psl 22 = 0,30% x nilai penjualan (tidak termasuk PPN)
  otomotif dalam negeri PPh Psl 22 = 0,45% x
  farmasi PPh Psl 22 = 0,30% x

PT SEMEN PUSAKA (industri semen) menjual semen kepada PT TANGGUH (distributor semen) senilai 600.000.000
nilai tersebut tidak termasuk PPN
PPh pasal 22 yang harus dipungut oleh PT SEMEN PUSAKA
PPh Psl 22 = 0,25% x 600.000.000 = 1.500.000
5. Agen Tunggal (Kendaraan Bermotor)
SAAT
PEMUNGUT OBJEK TARIF TERUTANG & SIFAT
DIPUNGUT

Agen tunggal pemegang merek (ATPM)


Penjualan PPh psl 22 = 0,45% x DPP PPN (Nilai Penualan saat tidak final
Agen pemegang merek (APM) Tanpa PPN) penjualan
Kendaraan
Importir umum kendaraan bermotor bermotor di DN

ATPM X menjual kendaraan bermotor senilai = 1.000.000.000


PPh psl 22 = 0,45% x 1.000.000.000 = 4.500.000
6. Bahan Bakar SAAT
PEMUNGUT OBJEK PEMBELI TARIF TERUTANG & SIFAT
DIPUNGUT
SPBU Pertamina            
Produsen atau importir   BB Minyak PPh Psl 22 = 0,25% x total nilai pembelian
bahan bakar minyak, gas final
& pelumas   BB Gas PPh Psl 22 = 0,30% x total nilai pembelian
  Pelumas PPh Psl 22 = 0,30% x total nilai pembelian
  Penjualan        
Saat
bahan SPBU Non Pertamina            
Produsen atau importir bakar   BB Minyak PPh Psl 22 = 0,30% x total nilai pembelian penerbitan
bahan bakar minyak, gas surat perintah final
& pelumas minyak, gas   BB Gas PPh Psl 22 = 0,30% x total nilai pembelian pengeluaran
dan   Pelumas PPh Psl 22 = 0,30% x total nilai pembelian barang
  pelumas        
Non SPBU            
Produsen atau importir   BB Minyak PPh Psl 22 = 0,30% x total nilai pembelian
bahan bakar minyak, gas tidak final
& pelumas   BB Gas PPh Psl 22 = 0,30% x total nilai pembelian
  Pelumas PPh Psl 22 = 0,30% x total nilai pembelian

PT MAJU (produsen tekstil) membeli bahan bakar solar ke Pertamina (selaku produsen) dengan nilai sebesar 100.000.000
besarnya PPh pasal 22 yang harus dipungut adalah:
PPh Psl 22 = 0,25% x 100.000.000 = 250.000,00 (tidak final)
karena pembeli adalah PT MAJU (non SPBU)
jika pembeli SPBU BHAKTI (SPBU Non Pertamina) maka bersifat final
7.Industri Kehutanan
SAAT
TERUTANG
PEMUNGUT OBJEK TARIF & SIFAT
DIPUNGUT

Industri atau Eksportir yang


bergerak dalam sektor: atas pembelian bahan -
bahan dari pedagang
  kehutanan pengumpul untuk saat
  perkebunan PPh Pasal 22 = 0,25% x Nilai Pembelian tidak final
keperluan industrinya pembelian
  pertanian ATAU
  peternakan ekspornya
  perikanan

PT SEGAR JAYA sebagai produsen di bidang pengalengan ikan membeli bahan baku ikan dari pengumpul senilai 100.000.000
PPh pasal 22 yang dipungut oleh PT segar jaya dari pengumpul adalah:
PPh Pasal 22 = 0,25% x 100.000.000 = 250.000
catatan:
pedagang pengumpul adalah badan/ orang pribadi yang kegiatannya
1) mengumpulkan hasil kehutanan,perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan
2) menjualnya kepada badan usaha industri dan eksportir
TARIF
1) besarnya tarif sesuai dengan tabel diatas
2) jika WP tidak memiliki NPWP maka tarif lebih tinggi 100%
atau tarif dikalikan 200%
contoh:
PT Segar Jaya sebagai produsen pengalengan ikan membeli ikan dari Pak Sarkowi
(sebagai pengumpul ikan) senilai 100.000.000

memiliki NPWP
PPh psl 22 = 0,25% x 100.000.000 = 250.000

tidak memiliki NPWP


PPh psl 22 = 200% x 0,25% x 100.000.000 = 500.000

SELISIH               250.000

atau 250.000
x 100 = 100%
250.000
8. Barang Mewah
SAAT
PEMUNGUT Batasan TARIF TERUTANG & SIFAT
DIPUNGUT
pesawat udara & helikopter
kapal pesiar, yatch dan sejenisnya
harga jual atau pengalihannya diatas
5 milyar
WP Badan rumah beserta tanahnya atau luas bangunannya lebih dari 400m2
yang harga jual atau pengalihannya diatas
apartemen, kondominium dan 5 milyar saat tidak
melakukan harga jual melakukan final
penjualan sejenisnya atau luas bangunannya lebih dari 150m2
barang yang kendaraan bermotor roda empat PPh Pasal 22 = 5% x (tidak termasuk penjualan (dapat
PPN dan PPnBM) barang dikredi
tergolong   sedan tersebut tkan)
sangat   jeep pengangkutannya harga jual > 2 milyar
mewah kurang dari 10 atau dengan kapasitas
  sport utility vehicle (suv) orang silinder >3.000cc
  multi purpose vehicle (mpv)
  minibus dan sejenisnya
kendaraan bermotor roda 2 dan harga jual >300 juta atau dengan silinder
roda 3 >250cc

Contoh
Tn. Andre membeli apartemen dari PT City Apartment di Jakarta seharga 15.000.000.000
atas penjualan apartemen tersebut PT City Apartment wajib memungut PPh Psl 22
besarnya yang dipungut oleh PT City Apartement adalah PPh Pasal 22 = 5% x 15.000.000.000 = 750.000.000
Dikecualikan dari Pemungutan
Dikecualikan dari Pemungutan PPh Psl 22
Harus dengan SKB 1 impor barang dan atau penyerahan barang berdasarkan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh
(Surat Keterangan
Bebas) 2 emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor
1 impor kembali sesuai persyaratan yang ditentukan DJBC
2 pembelian barang paling banyak Rp 2juta oleh bendahara pemerintah dan 10juta oleh BUMN
Tanpa SKB
3 pembayaran atas pembelian BBM, BBG, pelumas, benda benda pos, pemakaian air dan listrik
4 pembelian barang sehubungan dengan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
1 Impor barang yang dibebaskan dari pungutan bea masuk dan atau ppn (ada 19 jenis barang)
dilaksanakan oleh
Ditjen Bea & Cukai 2 Impor sementara nyata - nyata untuk diekspor kembali
3 barang - barang impor dikenakan tarif bea masuk 10%
Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan
atau PPN
1 barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik
2 barang untuk keperluan badan internasional beserta para pejabatnya yang
bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan
terdaftar dalam peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara
pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk
keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia
3 barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan
atau untuk kepentingan penanggulangan bencana
4 barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam, dan tempat
lain semacam itu yang terbuka untuk umum
Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan
atau PPN
5 barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
6 barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang catat lainnya
7 peti atau kemasan lain yang berisi jenasah atau abu jenasah
8 barang pindahan
9 barang pribadi penumpak, awak sarana pengangkutan, pelintas batas, dan
barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai peraturan kepabeanan
10 barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum
11 persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara
12 barang dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan
pertahanan dan keamanan negara
Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan
atau PPN
13 vaksin polio dalam rangka pelaksanaan PIN
14 buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran agama
15 kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang
dan suku cadang serta alat kesehatan pelayaran atau alat keselamatan manusia
yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau
perusahaan penangkapan ikan nasional
16 pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional
17 kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan
serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT KAI
Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan
atau PPN
18 peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto
udara wilayah NKRI yang dilakukan oleh TNI
19 barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang
diimportasinya dilakukan oleh kontraktor kontrak kerja sama

Anda mungkin juga menyukai