Anda di halaman 1dari 16

RESUME ISU-ISU PEMBIAYAAN DI SEKTOR

PUBLIK DAN CONTOH KERJASAMA JOINT


OPERATION : BUILT, OPERATE AND TRANSFER
(BOT), BUILT AND TRANSFER (BT), DAN KONSESI

Oleh : Kelompok 1

Indah Wina Lubis 1910536024


Olivia Prameswari Azrin 1910536004
Raudya Tuzzahra 1910536021
ISU-ISU PEMBIAYAAN DI SEKTOR PUBLIK

Bentuk-bentuk strategi pembiayaan yang dapat ditempuh oleh


pemda baik untuk mengatasi kesulitan pendanaannyamaupun untuk
memanfaatkan keuangannya guna meningkatkan pendapatan daerah
:

01 Kerja Sama Operasi (KSO)

02 Obligasi

03 Privatisasi

04 Investasi Publik
01. Kerja Sama Operasi (KSO)
A. Joint Operation

Built,Operate and Kontrak


Built and Transfer (BT) Konsesi Kontrak Bagi
Transfer (BOT) Jasa/Manajemen
Hasil
Pihak penyelenggara Pihak penyelenggara Pihak yang berwenang Pemerintah Mengalihkan kegiatan
proyek (swasta) proyek melaksanakan (pemerintah) memberikan memberikan ijin operasional dan
melaksanakan kegiatan konstruksi dan ijin kepada pihak swasta kepada swasta untuk pemeliharaan suatu bidang
konstruksi di atas tanah menanggung untuk melakukan suatu mengeksploitasi tertentu dari pemerintah
milik pemerintah termasuk kepada pihak swasta.
pembiayaannya hingga kegiatan eksploitasi dan/atau mengelola aset
proses pengoperasian serta Sebagai konsekuensinya,
pemeliharaannya, dimana
proyek tersebut selesai. tertentu, dengan pemerintah untuk
menanggung risiko tujuan komersial. pihak pemerintah harus
seluruh biayanya
ditanggung pihak komersial yang mungkin membayar biaya tertentu
penyelenggara terjadi. kepada pihak swasta
sebagai pemberi jasa.
B. Joint Ventura

Suatu daerah mungkin memiliki banyak aset


potensial yang dapat mendatangkan
pendapatan untuk mengisi kebutuhan kas
daerah dan sekaligus untuk membuka
lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Sementara pihak pemda sendiri mungkin
terkendala dengan kemampuan dana dan
keterbatasan SDM untuk menggali dan
mengelola aset-aset tersebut. Di pihak lain,
swasta memiliki dana, kemampuan SDM dan
teknologi.
02. Obligasi
Yang diharapkan dari penerbitan obligasi adalah suntikan dana segar untuk menambah dana investasi
(pembangunan), menutup defisit dan membayar cicilan pokok utang. Pilihan obligasi mempunyai
kelebihan dan risiko sebagai berikut:
Kelebihan :
• Pemerintah sebagai emiten dapat memperoleh dana segar dalam jumlah yang relatif besar dan
dalam waktu yang segera.
• Investor akan mendapat keuntungan berupa pendapatan bunga secara konstan tanpa dipengaruhi
oleh defisit atau surplus anggaran yang terjadi pada pemerintah sebagai emiten.
• Investor akan mendapatkan kembali dana yang ia investasikan (pokok pinjaman) secara aman pada
tanggal jatuh tempo obligasi, sehingga ia dapat berinvestasi kembali.
Risiko :
• Jika suatu institusi pemeringkat (misalnya, Standard & Poor’s) menurunkan peringkat obligasi
yang dikeluarkan oleh suatu pemda, maka hal ini akan memberikan persepsi yang kurang
menguntungkan bagi pemda yang bersangkutan sebagai emiten.
• Jika suku bunga bank naik terus sampai melebihi suku bunga obligasi tersebut, maka investor
mungkin mengalami kerugian potensial
• Jika tingkat inflasi meningkat terus, maka nilai riil uang yang diterima investor akan berangsur-
angsur berkurang.
Penilaian Obligasi

Harga obligasi estimasian adalah sama dengan nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan dimasa yang akan datang, yaitu berupa bunga kupon dan pembayaran
kembali nilai nominal obligasi. Untuk menghitung harga obligasi dapat digunakan rumus
berikut ini.
n
P = Σ Ct + FV
t=1
(1 + r) t (1 +r)n

Keterangan :
P (Price) = Nilai sekarang atau harga obligasi saat ini (periode waktu 0)
C (Coupon) = Bunga kupon per semester
FV (Face value) = Nilai nominal obligasi
N = Jumlah semester sampai dengan tanggal jatuh tempo
R = Bunga pasar per semester

Proses penghitungan nilai sekarang obligasi berdasarkan rumus di atas meliputi tiga
langkah:
- Menggunakan table nilai sekarang anuitas, untuk menentukan nilai sekarang dari
pembayaran bunga kuponsemesteran.
- Menggunakan table nilai sekarang, untuk menentukan nilai sekarang dari nilai
(nominal) pada tanggal jatuh tempo obligasi (maturiy or parvalue).
- Menambahkan nilai sekarang dari pembayaran bunga kupon (yang dihitungdalam
langkah 1) dengan nilai sekarang dari nilai jatuh tempo obligasi (yang dihitung dalam
langkah2)
03. Privatisasi
BUMN dan BUMD dalam era globalisasi akan menghadapi beberapa tekanan dan tuntutan, yaitu :
• Regulation & political pressure
• Social pressure
• Rent seeking behaviour
• Economic dan Efficiency

Privatisasi merupakan salah satu upaya pembenahan perusahaan publik untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya. Di
samping itu, upaya privatisasi diharapkan dapat :
- Mengurangi belanja publik
- Menaikkan penerimaaan pembiayaan Negara dan
- Sekaligus mendorong peran sektor swasta.

Menurut Bastian (2001) tujuan privatisasi, sebagaimana diartikulasi pemerintah dan pendukungnya, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Harapan di bidang keuangan (Meningkatkan pendapatan pemerintah, dan berakibat pada tingkat pajak dan pengeluaran publik)
2. Harapan dari segi pelayanan dan organisasi (Meningkatkan efisiensi dan produktivitas)
3. Harapan di bidang ekonomi (Memperluas cakupan kekuatan pasar dan meningkatkan kompetisi dalam perekonomian.)
4. Harapan di bidang politik (Mengekang kekuatan serikat dagang dan mencapai pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel
04. Investasi Publik
Investasi publik dimaksudkan sebagai salah satu langkah konkrit pemda untuk membangun dan mengembangkan daerahnya.
Investasi dalam pembahasan ini lebih ditekankan pada investasi komersial yang berkaitan dengan penanaman modal pada sebuah proyek
(aset) atau perusahaan untuk menghasilkan pendapatan daerah dan pengembangan ekonomi daerah pada umumnya. Pengeluaran investasi
publik harus mendapat perhatian lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran operasional/rutin. Di samping menyangkut dana yang
jumlahnya relatif besar, investasi juga memiliki efek jangka panjang. Investasi komersial umumnya dianggarkan dalam pengeluaran
pembiayaan.
Beberapa aspek yang perlu ditinjau dan dipelajari dalam mempertimbangkan investasi yang diusulkan adalah sebagai berikut (Mardiasmo,
2004):
• Aspek Teknis
Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak dilihat dari aspek teknisnya, maka usulan tersebut menduduki prioritas pertama untuk
ditolak.
• Aspek sosial dan budaya
Aspek ini menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara adil dan merata, sehingga mampu memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat.
• Aspek ekonomi dan finansial
Pertimbangan aspek ini meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata
terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-
sumber daya yang digunakan.
• Aspek distribusi
Aspek distribusi terkait dengan keadilan dan persamaan kesempatan untuk mendapatkan pelayanan publik.

Secara umum, fokus utama untuk menilai kelayakan investasi adalah evaluasi atas biaya manfaat.
04. Investasi Publik
Secara sederhana, analisis biaya manfaat dapat digambarkan sebagai berikut:

Rasio manfaat/biaya = Nilai sekarang dari Manfaat / Nilai sekarang dari Biaya

Bila rasio manfaat/biaya > 1, maka usulan proyek secara finansial dianggap layak atau dapat diterima karena
dinilai menguntungkan.

Teknik-teknik penilaian investasi lainnya yang biasa digunakan di sektor privat, dapat juga digunakan oleh
manajer sektor publik, misalnya

• Net Present Value (NPV)


NPV dihitung dengan mengurangkan pengeluran investasi terhadap nilai sekarang dari aliran kas masuk di masa
datang. Jika NPV hasilnya positif, maka proyek yang diusulkan tersebut secara finansial dapat diterima karena
dinilai menguntungkan.

Keterangan:
CF = Cash flow (arus kas)
pvf = Present value factor (faktor nilai sekarang)
I = Investment amount (jumlah investasi)
04. Investasi Publik

• Payback Period (PP)

Bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu proyek untuk dapat mengembalikan modal investasi
yang telah dikeluarkan. PP dihitung dengan membagi nilai investasi dengan manfaat (hasil) tahunan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dan harus dipertimbangkan dalam analisis investasi publik antara lain adalah:

1. Tingkat diskonto yang digunakan : Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari suatu
proyek dengan tingkat risiko tertentu.
2. Tingkat inflasi : Laju inflasi yang cenderung stabil, paling tidak, memberikan kemudahan bagi pengambil keputusan untuk
menentukan langkah-langkah investasinya.
3. Risiko dan ketidakpastian : Setiap pengambil keputusan disarankan untuk selalu mempertimbangkan aspek risiko dan
ketidakpastian dalam setiap analisis yang akan dibuatnya. Risiko biasa diartikan sebagai prospek terjadinya sesuatu yang tidak
menyenangkan atau tidak diharapkan.
4. Capital rationing : Besarnya anggaran modal yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu kegiatan ditentukan oleh banyaknya
proposal investasi yang dibuat. Hal inilah yang biasa disebut dengan istilah capital rationing.

• Internal Rate of Return (IRR), dan sebagainya.


Tugas 2 : Perjanjian Kerjasama

Bentuk-bentuk kerja sama operasi secara umum dapat dikelompokkan


menurut kategori berikut ini (Bastian, 2001) :

01 Built, Operate and transfer (BOT)

02 Built and Transfer (BT)

03 Konsesi
01. Built, Operate and transfer (BOT)

Bangun Guna Serah / Build Operate Transfer merupakan bentuk perjanjian kerjasama yang dilakukan antara
pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak
kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa perjanjian Bangun Guna Serah (BOT), dan
mengalihkan kepemilikan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa Bangun Guna Serah
berakhir.

Dalam pelaksanaan kerjasama dengan sistem BOT, pemerintah bertindak sebagai penyedia lahan secara cuma-
cuma atau pemerintah melakukan pembebasan tanah untuk pembangunan infrastruktur tersebut sedangkan
pihak investor selaku pemilik modal akan bertindak merealisasikan pembangunan infrastruktur di lahan yang
sudah disediakan oleh pemerintah.

"Pelakasanaan Kontrak Kerjasama dengan Sistem BOT dalam Pengusahaan Jalan Tol Medan –
Kualanamu – Tebing Tinggi".

Salah satu bentuk nyata pelaksanaan kontrak kerjasama dengan sistem BOT ini digunakan untuk
pembangunan infrastruktur jalan tol Medan - Kualanamu - Tebing Tinggi. Pelaksanaan pembangunan Jalan
Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi dengan sistem BOT yang dilakukan oleh pemerintah melalui Badan
Pengatur Jalan Tol dengan pihak investor yaitu Badan Usaha Jalan Tol tersebut merupakan usaha patungan
yang diikat dengan Perjanjian Usaha Patungan (PUP) antara PT Jasa Marga Tbk. (Persero) dengan
perusahaan-perusahaan lainnya yaitu PT Waskita Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Hutama Karya.
Pemegang saham mayoritas dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut yaitu pihak PT. Jasa Marga Tbk.
(Persero).
01. Built, Operate and transfer (BOT)

PT Jasa Marga Kulanamu Tol anak perusahaan dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sudah sesuai ketentuan
perundang-undangan yang ada. Dimana Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol yang dibuat telah memenuhi syarat sah-
nya perjanjian yang diatur dalam ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata dan ketentuan-ketentuan lain yang termuat
dalam KUH Perdata.
Keseluruhan tahapan mulai dari pelelangan, hingga tahap penyerahan kembali (Transfer) yang diatur dalam
PPJT mengacu pada Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2005 tentang Jalan Tol.
Sebagaimana konsep kerjasama dengan sistem Build Operate Transfer (BOT), pemerintah telah
melaksanakan kewajibannya sebagai pemilik lahan untuk menyediakan ataupun melakukan pengadaan tanah bagi
investor yang akan membangun jalan tol tersebut.
Sedangkan pihak PT Jasa Marga Kulanamu Tol hingga saat ini masih memenuhi kewajibannya untuk
melakukan pembangunan konstruksi Jalan Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi yang selanjutnya akan
dilakukannya pengoperasian serta pemeliharaan hingga masa konsesi berakhir di tahun 2051.
Kesesuaian Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Kontrak Kerjasama dengan Sistem Bangun Guna Serah /
Build Operate Transfer (BOT) dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi
dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Hak maupun kewajiban yang diatur para pihak dalam Perjanjian
Pengusahaan Jalan Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi sudah memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Tidak ada klausul yang menyimpang atau melanggar ketentuan Peraturan Pemerintah tersebut.
02. Built and Transfer (BT) (PERJANJIAN BUILD AND TRANSFER ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK
SWASTA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR di Nusa Tenggara Barat)

Build and Transfer adalah suatu perjanjian dimana kedudukan kontraktor hanya membangun proyek tersebut,
setelah selesai dibangunnya proyek tersebut maka proyek yang bersangkutan diserahkan kembali kepada pihak
bouwheer tanpa hak kontraktor untuk mengelola/memungut hasil atau revenue dari proyek tersebut. Sebaliknya sebagai
imbalan untuk membangun proyek tersebut, pihak bouwheer memberikan imbalan tertentu sesuai dengan kesepakatan
dan bisa dihitung dengan cost plus fee
Pemerintah Daerah di Nusa Tenggara Barat melakukan perjanjian kerjasama (cooperation agreement) yang sejenis
build and transfer atau design and build yang dalam kontrak disebut full finance sharing yaitu untuk menyamakannya
dengan pemborongan biasa namun dengan sistem pambayaran dalam jangka waktu yang lebih panjang dari
pemborongan biasa, sumber hukum yang dipergunakan dalam membuat perjanjian full finance sharing itu
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbenda- haraan Negara, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahah Daerah yang
masing-masing di- laksanakan dengan PP No. 6 Tahun 2006 dan Perpres No. 13 Tahun 2010.
Tindakan Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah yang melakukan perjanjian atau kontrak dengan pihak
ketiga merupakan bentuk kemitraan daerah. Bentuk kemitraan daerah tersebut untuk masing masing daerah
dikelompokan dalam berbagai bentuk. Kabupaten Mataram NTB, membedakan kemitraan itu antara lain: penyertaan
modal daerah pada pihak ketiga, pembelian surat berharga, pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan kerjasama dengan
pihak ketiga.
Praktik proses perjanjian build and transfer yang dilakukan oleh Pemda Lombok Barat dengan Pihak Swata ada
yang dilakukan dengan penunjukan langsung, seperti dalam Pembangunan Rumah Sakit Daerah dan ada yang melalui
proses tender, seperti dalam pembangunan Pasar Umum Narmada (Surat Perjanjian Kerjasama antara Pemda Lombok
Barat dengan PT. Damai Indah No.161/ VL1VIII/2003 dan No. 045/610/TU/VIII/2003, 8 Agustus 2003).
03. Konsesi
DOKUMEN KONTRAK KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA UNTUK
INVESTASI INFRASTRUKTUR " RENCANA PEMBANGUNAN KERETA API
SHORTCUT PADANG SOLOK"
Pembangunan jalur kereta api diwilayah Sumatera atau trans Sumatra railway (TSR), menjadi
salah satu program Pemerintah untuk meningkatkan konektivitas antar daerah di wilayah Sumatera
mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Palembang, Lampung.
Kehadiran trans Sumatra railway (TSR) ini akan dapat meningkatkan perekonimian masyarakat
pulau Sumatera, untuk konektivitas tersebut salah satu yang akan dibangun yaitu jalur kereta api
shortcut Padang Solok.Jalur Padang Solok yang biasa di lewati adalah melewati Pariaman, silaing,
Padang Panjang, Danau Singkarak dengan jarak 115 km,jalur kereta api shortcut Padang Solok
arealnya cukup berat, lintasan berbukit, banyak jurang dan rimba adapun jalur kereta api shortcut
Padang Solok yang direncanakan akan melewati Pauh Limo ( STA 00 + 034,76; km 8 + 434,76 ) –
Limau Manis – Koto Baru – Gantung Ciri – Kp. Sawah Sudut – Tanah Garam – Selayo – Solok
( STA 36 + 650,00; km 127+956,00 ).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai