Anda di halaman 1dari 18

Desain penelitian

Yaitu: rancangan penelitian yang disusun sedemikian


rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat
memperoleh jawaban thd pertanyaan penelitian.
Pada garis besarnya desain penelitian dibagi 2:
1. Sarana bagi peneliti untuk memperoleh jawaban
thd pertanyaan penelitian.
2. Alat bagi peneliti untuk
mengendalikan/mengontrol berbagai variabel
yang berpengaruh/berperan dlm penelitian.
Klasifikasi jenis penelitian

Klasifikasi yang sangat sering dikemukakan adl:


penelitian deskriptif dan penelitian analitik.
• Berdasarkan ruang lingkup penelitian: penelitian
klinis, penelitian lapangan, penelitian lab.
• Berdasarkan waktu: peneltian transversal dan
penelitian longituginal.
• Berdasarkan subtansi: penelitian dasar dan
penelitian terapan.
• Berdasarkan ada tidaknya analisis hub antar
variabel: penelitian deskriptif dan penelitian analitik.
Perbedaan penelitian

• Penelitian deskriptif: penelitian yang bertujuan


melakukan deskripsi mengenai fenomena yang
ditemukan, baik berupa faktor risiko maupun
efek/hasil. Peneliti tidak menganalisis mengapa
fenomena tsb dpt terjadi, shg tidak perlu dilakukan
uji hipotesis.
• Penelitian analitik: peneliti berusaha mencari hub
antar variabel, shg dilakukan analisis thd data yang
telah terkumpul dan terdapat uji hipotesis dan
berbagai analisis lain yang diperlukan.
Klasifikasi sederhana desain penelitian

 Penelitian analitik observasional :


1. Studi cross-sectional
2. Studi kasus-kontrol
3. Studi kohort
 Penelitian intervensional
1. Uji klinis
2. Intervensi (eksperimen) : pendidikan, perilaku,
kesehatan masyarakat.
STUDI EPIDEMIOLOGI

Eidemiologi Deskriptif Studi Analitik

Populasi Individu Observasional Eksperimental

Studi Ekologis Case Report Kasus Kontrol RCT

Case Series Kohort

Cross Sectional
Penelitian eksperimental
• Eksperimen: ‘mencoba sesuatu yang baru’
• Studi eksperimen: Mengukur pengaruh suatu perlakuan
(intervensi) pd populasi dg cara membandingkan hasil-hasil
perlakuan pd kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
• Pada studi eksperimental peneliti melakukan
manipulasi thd satu atau lebih variabel penelitian
dan kemudian mempelajari efek perlakuan
tersebut sedangkan pada studi observasional,
peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan
thd berbagai variabel subjek penelitian menurut
keadaan alamiah tanpa manipulasi/ intervensi.
Studi Observasional dan Eksperimental

STUDI OBSERVASIONAL STUDI EKSPERIMENTAL


• Pendekatan ‘alamiah’ • Membagi subyek penelitian ke dlm
kel. eksperimen dan kel. kontrol 
• Membandingkan dua idealnya dg randomisasi
kelompok (kelompok • Membandingkan dua kelompok,
terpapar/tdk terpapar atau yakni kel yg mendpt perlakuan dan
kel yg mendapat perlakuan kosong
kel. sakit/tdk sakit) (plasebo) atau alternatif (kel. kontrol)
• Pengamatan murni dari • Ada upaya maksimal mengendalikan
lingkungan  faktor-faktor utk mengendalikan faktor-faktor yg
yg tak teramati mgk ikut berpengaruh thd hub. ant
faktor yg diteliti dg outcome
kemungkinan ‘ikut campur’ • Arah studi: prospektif
mempengaruhi hub. faktor • Dpt dilakukan di dlm laboratorium,
yg diteliti dan penyakit setting klinis (uji klinik), atau di
• Arah studi: non-directional, lapangan (eksperimen lapangan dan
intervensi komunitas)
prospektif, atau • Eksp. Murni (RCT) atau Kuasi Eksp.
retrospektif
• Studi kohor, kasus-kontrol,
atau cross-sectional
Studi eksperimental

• Sering disebut studi intervensional.


• Dibandingkan dg studi observasional, studi
eksperimental memiliki kapasitas asosiasi yang
lebih tinggi.
• Simpulan adanya hubungan sebab-akibat pada
studi observasional hanya sampai pada tingkatan
dugaan/ dugaan kuat. Sedangkan pada studi
eksperimental asosiasi sebab-akibat lebih tegas dan
lebih nyata shg simpulan yang diperoleh lebih
definitif.
• Pada klinik: studi eksperimental di dominasi oleh uji
klinis untuk menilai efek obat atau prosedur pengobatan
• Di lapangan, studi eksperimental dilakukan dalam
bentuk intervensi komunitas, misalnya penelitian
tentang pengaruh penyuluhan kebersihan air tergenang
di sekitar rumah terhadap insidens demam berdarah
dengue di suatu daerah.
• Di lab studi eksperimental sering dilakukan terhadap
hewan percobaan.
Diantara ketiganya kondisi yang ideal adl di lab, di klinik
sampai batas tertentu dapt dibuat mendekati ideal, di
lapangan studi intervensi dilakukan atas dasr keadaan
faktual di masyarakat.
Penelitian Observasional
• Penelitian cross-sectioanl : Peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada satu saat tertentu. (tiap subjek hy
diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subjek
dilakukan pada saat pemeriksaan tsb).
• Penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian deskriptif
maupun penelitian analitik.
• Contoh penelitian cross-sectional deskriptif: penelitian
prevalens asma pada anak sekolah di Medan ; penelitian
persentase bayi yang terpapar rokok di suatu komunitas.
• Contoh penelitian cross-sectional analitik: peran berbagai
faktor risiko thd penyakit tertentu ; beda proporsi pemberian
asi eksklusif pada berbagai tingkat ibu.
Cross-sectional
• Pada analitik cross-sectional yang mempelajari hub antara faktor
risiko dg penyakit (efek), observasi/pengukuran thd VB (faktor
risiko) dan VT (efek) dilakukan sekali dan dlm waktu yang
bersamaan.
• Hasil pengukuran disusun dlm tabel 2x2 dr tabel tsb dapat dilihat
prevalensi penyakit (efek) pd kelompok dg atau tanpa faktor risiko,
dapat dihitung RP (rasio prevalens)= perbandingan antara
prevalens efek pd kelompok subjek yang memiliki faktor risiko dg
prevalens efek pd kelopmpok subjek tanpa faktor risiko.
• RP memberikan gambaran peran faktor risiko thd terjadinya
efek/penyakit. Jika RP =1 (faktor risiko yang diteliti bukan
merupakan FR terjadinya efek). RP < 1 (FR merupakan faktor
protektif), RP > 1 (merupakan faktor risiko). Namun dlm RP jg
diperhatikan interval kepercayaan.
Langkah-langkah pada studi cross-sectional

1. Merumuskan pertanyaan penelitian serta hipotesis yang sesuai.


(pertanyaan penelitian yang akan dijawab harus dikemukan dengan
jelas dan dirumuskan hipotesis yang sesuai, dikemukakan hub antar
variabel yang diteliti. Mis: apakah terdapat hub antara tingk
pendidikan ortu dg kejadian diare pd balita).
2. Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung. (perlu ditetapkan
definisi operasional yang jelas)
3. Menetapkan subjek penelitian. ( tergantung pada tujuan penelitian
maka ditentukan populasi terjangkau yang akan dipilih apakah di
RS/fas kesh)
4. Melaksanakan pengukuran. (dapat dilakukan dg kuesiner, catatan
medis, uji lab, pemeriksaan fisik dsb)
5. Melakukan analisis.
Analisis data
• Analisis data dapat berupa uji hipotesis ataupun
analisis untuk memperoleh risiko relatif.
• RP (Risiko prevalens) pada cross-sectional:
perbandingan prevalens penyakit (efek) pd kelompok
dg risiko dg prevalens efek pada kelompok tanpa
faktor risiko.
• RP = a/(a+b): c/(c+d)
a/(a+b) = prevalensi subjek yang mempunyai faktor risiko
yg mengalami efek.
c/(c+d) = prevalensi subjek tanpa FR yang mengalami
efek.
Contoh Studi cross-sectional

Peneliti ingin mencari hubungan antara kebiasaan


menggunakan obat nyamuk semprot dg batuk kronis
berulang pada balita dg desain cross-sectional.
pertanyaan:
• Jika terdapat 100 anak yang terpajan obat nyamuk
semprot, 30 anak diantaranya menderita BKB,
terdapat 150 anak tidak terpajan obat nyamuk
semprot, 15 diantaranya menderita BKB. Lakukan
langkah-langkah penelitian.
1. Penetapan pertanyaan penelitian:
• Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan
memakai obat nyamuk semprot dengan kejadian BKB
pada anak balita.
• Hipotesis yang sesuai adl: pemakaian obat nyamuk
semprot berhubungan dg kejadian BKB pada anak
balita
2. Identifikasi variabel
• FR yang diteliti: penggunaan obat nyamuk semprot
• Efek: BKB pada anak balita.
• FR yang tidak diteliti: tingkat sosial ekonomi, riwayat
asma dalam keluarga dll.
3. Penetapan subjek peneltian:
• Populasi : balita pengunjung poliklinik yang tidak
memiliki riwayat asma dlm keluarga, tingkat sosek
tertentu, dll.
• Sampel: dipilih sejumlah anak balita sesuai dengan
perkiraan besar sampel (misalnya setelah dihitung
terdapat 250 balita). Cara pemilihannya dg random
sampling.
4. Pengukuran:
• FR ditanyakan apakah dirumah subjek dipergunakan obat
nyamuk semprot?
• Efek : dengan kriteria tertentu apakah subjek menderita
BKB
5. Analisis
Batuk Kronik Berulang

Obat nyamuk Ya Tidak Jumlah

Ya 30 70 100

Tidak 15 135 150

Jumlah 45 205 250

RP = a/a+b : c/c+d
= 30/100 x 150/15
= 0,3 x 10
Selanjutnya perlu dihitung interval kepercayaan rasio prevalens
(RP).
a. Jika nilai interval kepercayaan 95% RP tersebut diatas nilai 1
(misalnya antara 1,6 - 5,6) artinya: dalam populasi 95% RP
terletak diantara 1,6 – 5,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa
benar obat nyamuk semprot merupkan faktor risiko terjadinya
BKB pd anak.
b. Meskipun RP = 3 namun jika nilai interval kepercayaan 95% RP
tersebut mencakup nilai 1 (misalnya antara 0,6 – 6,4), maka
obat nyamuk semprot belum dapat dikatakan bermakna
sebagai faktor risiko terjadinya BKB pada balita. Hal itu dapat
sebabkan oleh 2 hal yaitu: obat nyamuk semprot memang
bukan faktor risiko untuk terjadinya BKB pada balita atau
jumlah subjek yang diteliti kurang banyak.

Anda mungkin juga menyukai