Anda di halaman 1dari 88

PENDAHULUAN PRE KKJ

PADA PASIEN BEDAH DAN


PENYAKIT DALAM
OLEH:
dr. NIPUTU SUDIADNYANI
TEKNIK ANAMNESIS UMUM
 
Melakukan Keterampilan
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
Menanyakan identitas pasien.
Menjelaskan tujuan anamnesis.
Menanyakan keluhan utama.
Menanyakan riwayat penyakit sekarang.
Menanyakan keluhan penyerta.
Menanyakan faktor yang mengurangi dan
memperberat gejala
Menanyakan riwayat pengobatan sebelumnya
Menanyakan riwayat penyakit dahulu
Menanyakan riwayat penyakit keluarga
Menanyakan riwayat sosial ekonomi dan kebiasaan

Pengkajian Geriatri (Untuk Pasien Usia Lanjut)


Menanyakan status fungsional.
Mengevaluasi fungsi kognitif
Mengevaluasi status nutrisi
Mengevaluasi status psikoafektif
Melakukan review obat/polifarmasi
Melakukan anamnesis system
Menyampaikan resume anamnesis untuk
mengkonfirmasi data
Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Tanda Vital

Penilaian Keadaan Umum

1. Menentukan derajat kesadaran pasien.


2. Menilai kondisi sakit secara umum.
3. Menilai taksiran usia sesuai/tidak
4. Menilai bentuk tubuh, habitus, gizi, cara berjalan/berbaring,
mobilitas.
Pengukuran secara Tidak Langsung Tekanan Darah
Arteri

Memasang manset dengan kriteria:

a. Posisikan lengan atas sejajar dengan jantung.


b. Lengan baju tidak terlilit manset.
c. Tepi bawah manset 2-3 cm di atas fossa cubiti.
d. Balon manset harus menutupi lengan atas di sisi
ulnar (di atas a. brachialis)
e. Pipa karet tidak menutupi fossa cubiti.
a. Palpasi denyut a. brachialis meletakkan membran
stetoskop.
b. Memompa manset sambil meraba a. brachialis
atau a. radialis hingga smp denyut hilang.
Kemudian menaikkan tekanan manset 30 mmHg +
5 mmHg.
c. Meletakkan corong/membran stetoskop di atas a.
brachialis .
d. Menurunkan tekanan manset secara lancar dengan
kecepatan tetap (2-4 mmHg/detik).
e. Melaporkan hasil pengukuran tekanan darah.
Penilaian Denyut Nadi (Arteri) Perifer

Arteri Brachialis
1. Mencari denyut a. brachialis pada fossa cubiti
lengan kanan dan kiri pasien
2. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut a.
brachialis selama 1 menit.
3. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan
dan irama denyut a. Brachialis
Arteri Radialis

A. Mencari denyut a. radialis pada pergelangan tangan


kanan dan kiri pasien
B. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut a.
radialis selama 1 menit.
C. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan
dan irama denyut a.radialis.
Arteri Dorsalis Pedis

A. Mencari denyut arteri dorsalis pedis pada punggung


kaki kanan dan kiri pasien
B. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri
dorsalis pedis selama 1 menit.
C. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan
dan irama denyut arteri dorsalis pedis
Arteri Tibialis Posterior

A. Mencari denyut arteri tibialis posterior pada


posterioR maleolus medial kanan dan kiri pasien.
B. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri
tibialis posterior selama 1 menit.
C. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan
dan irama denyut arteri tibialis posterior.
Arteri Poplitea

1. Mencari denyut arteri poplitea pada fossa


poplitea kanan dan kiri pasien.
2. Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut arteri
poplitea selama 1 menit.
3. Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan
dan irama denyut arteri poplitea
Penilaian Pernapasan

 Melihat gerakan naik turun dari dinding dada dan perut, pasien
selama 1 menit
 Melaporkan hasil penilaian pernapasan

Pengukuran Suhu Tubuh Manusia


Memeriksa suhu tubuh melalui aksila, oral, rectal.
Meletakkan termometer .
Menunggu 5-10 menit.
Membersihkan termometer yang telah digunakan sebelum
dimasukkan kedalam tempatnya.
Merapikan alat.
Mencuci tangan.
Pemeriksaan Kepala
 
Pemeriksaan Kepala

Melakukan inspeksi dan palpasi bentuk dan ukuran,


apakah terdapat benjolan, lekukan, dan nyeri tekan.

Pemeriksaan Rambut
Melakukan inspeksi warna, penyebaran rambut dan
apakah mudah dicabut.
Pemeriksaan Mata
a. Meminta pasien melihat ke atas dan pemeriksa menarik
kedua kelopak mata bawah dengan kedua ibu jari.
b. Inspeksi sklera dan konjungtiva bulbar dengan cara ;
menarik kelopak mata bawah dengan ibu jari dan alis
dengan jari telunjuk.

Pemeriksaan Wajah
Memperhatikan ekspresi, bentuk dan kesimetrisan wajah,
gerakan involunter, bengkak dan benjolan.

Pemeriksaan Kulit Wajah


Memperhatikan warna dan kelainan kulit. 
Pemeriksaan Telinga
Memperhatikan bentuk daun telinga, memeriksa liang telinga membran timpani serta
tulang mastoid. Melakukan penekanan pada tragus.

Pemeriksaan Sinus Paranasalis dan Hidung


Melakukan penekanan di daerah sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis.

Pemeriksaan Bibir
Memperhatikan warna, benjolan atau ulkus.

Pemeriksaan Mulut
Meminta pasien untuk membuka mulut dan menjulurkan lidah.
Melakukan pemeriksaan warna mukosa, ulkus, papil dan gerakan lidah.

Pemeriksaan Gigi
Memperhatikan jumlah gigi, kelainan gigi, dan warna gusi dengan .
Merapikan alat.
Mencuci tangan.
Pemeriksaan Leher

Tekanan Vena Jugularis (JVP)


 Meminta pasien tidur terlentang dengan bantal dengan sudut
30-450.
 Menekan vena dengan 1 jari disebelah atas clavicula.
 Menekan vena disebelah atas dekat mandibula dengan jari
yang lain.
 Melepas tekanan disebelah bawah di atas clavicula.
 Menunjuk dimana vena terisi waktu inspirasi biasa.
 Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar lantai.
 Menghitung jarak antara puncak pengisian vena dengan
bidang datar yang melalui angulus ludovici.
Kelenjar Tiroid
1. Mempersilahkan pasien duduk dan sedikit
mengekstensikan kepala.
2. Melakukan inspeksi dari depan pada daerah kelenjaR tiroid.
3. Pemeriksa berdiri di belakang pasien.
4. Melakukan palpasi pada kelenjar tiroid dengan menggunakan
ujung jari dari kedua tangan dengan cara menginstruksikan pasien
melakukan gerakan menelan dan merasakan kelenjar tiroid pada saat
kelenjar tersebut bergerak.
5. Mengidentifikasi adanya: thrill, ukuran, konsistensi, jumlah nodul,
simetrisitas kanan dan kiri, kontur permukaan, pulsasi, dan nyeri.
6. Apabila teraba pembesaran, pemeriksa berpindah ke depan pasien
untuk mengukur ukuran nodul, dengan menggunakan kaliper atau
pita pengukur.
7. Memeriksa adanya bruit pada kelenjar tiroid dengan menggunakan
stetoskop.
Kelenjar Getah Bening

1. Mempersilahkan pasien duduk.


2. Pemeriksa berdiri di depan pasien melakukan
inspeksi.
3. Pemeriksa berdiri di belakang/depan pasien yang
duduk.
4. Palpasi dengan jari dari depan atau belakang pasien
pada daerah preauricular, postauricular, oksipital,
tonsilar, submandibular, submental, servikal
superfisial, servikal posterior, rantai servikal dalam,
dan supraklavikular.
Arteri Karotis

1. Meminta pasien berbaring terlentang dengan bantal, dengan


sudut 30.
2. Inspeksi daerah medial otot scm kanan.
3. Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari daerah 1/3 bawah sisi
kanan leher.
4. Auskultasi arteri karotis kanan.
5. Inspeksi daerah medial otot scm kiri.
6. Palpasi arteri karotis menggunakan 2 jari pada daerah 1/3 bawah
sisi kiri leher.
7. Auskultasi arteri karotis kiri.
8. Merapikan alat.
9. Mencuci tangan.
Pemeriksaan jantung
Inspeksi Jantung

Inspeksi habitus, bentuk dada, dan kelainan yang ditemukan.


Inspeksi letak iktus kordis dan menyebutkan dengan benar letak
iktus kordis (apabila terlihat).

Palpasi Jantung
a. Meletakkan sisi palmar jari-jari tangan atau seluruh telapak
tangan pada dinding toraks di lokasi apeks jantung.
b. Jika iktus kordis tidak dapat diidentifikasi dengan posisi supine,
meminta pasien untuk mengangkat lengan kiri pada posisi lateral
dekubitus kiri. Palpasi kembali dengan tekanan lembut.
c. Pada palpasi iktus kordis, identifikasi pula apakah ada thrill, heaving,
lifting, atau tapping.
Perkusi Batas Jantung (Relatif )

1. Dengan posisi supine, perkusi pada linea aksilaris anterior kiri


untuk mencari batas paru-lambung.
2. Pada posisi 2 jari di atas batas paru-lambung dilakukan perkusi ke
medial menentukan batas kiri jantung.
3. Perkusi pada linea parasternalis kiri ke bawah untuk
menentukan pinggang jantung.
4. Perkusi pada linea midklavikula kanan mencari batas paru-hepar.
5. Pada posisi 2 jari di atas batas paru-hati dilakukan perkusi ke
medial menentukan batas kanan jantung.

* Perkusi dapat dimulai untuk mencari batas jantung


kiri atau kanan.
Auskultasi Jantung

1. Melakukan pemeriksaan auskultasi


2. Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kanan bunyi
katup aorta.
3. Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kiri bunyi
katup pulmonal.
4. Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea parasternalis kiri bunyi
katup trikuspid, dibandingkan waktu inspirasi dan ekspirasi.
5. Auskultasi pada daerah sela iga 4-5 linea midclavicula kiri bunyi
katup mitral.
6. Setelah pemeriksaan selesai, meminta pasien untuk memakai
pakaian kembali.
7. Merapikan alat.
8. Mencuci tangan.
PEMERIKSAAN PARU

Inspeksi Keadaan Umum Berkaitan dengan Pernapasan

1. Inspeksi lesi dinding toraks, kelainan bentuk toraks, sifat, dan pola napas..
2. Menilai ada tidaknya sesak.
3. Menilai ada tidaknya napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, dan retraksi otot interkostal.

Inspeksi Warna Kulit Berkaitan dengan Pernapasan

Menilai sianosis perifer warna kulit pucat atau tidak.

Inspeksi Leher Berkaitan dengan Pernapasan

A. Menyebutkan ada tidaknya penggunaan otot bantu napas .


B. Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena leher.
C. Menyebutkan ada tidaknya pembesaran KGB.
 
Palpasi Leher

a. Perabaan KGB: palpasi dgn ujung jari daerah m.scm


supraklavikula, dan infraklavikula.
b. Melakukan pemeriksaan posisi trakea.

Inspeksi Ekstremitas Berkaitan dengan Pernapasan


Menilai jari tabuh (clubbing finger).
PEMERIKSAAN TORAKS ANTERIOR
Meminta pasien melepaskan pakaian atas serta berbaring
terlentang.

Inspeksi Toraks Anterior


1. Inspeksi bentuk toraks.
2. Mengidentifikasi ada tidaknya penyempitan dan pelebaran
sela iga.
3. Menilai kesimetrisan hemitoraks kiri dan kanan.
4. Menilai frekuensi napas dalam 1 menit.
5. Menilai kedalaman pernapasan.
Palpasi Toraks Anterior

a. Melakukan perabaan di seluruh toraks.


b. Melakukan pemeriksaan ekspansi toraks dgn meletakkan
kedua telapak tangan pada toraks kiri dan kanan dgn kedua
ibu jari saling bertemu dan meminta pasien inspirasi dalam.
c. Melakukan pemeriksaan fremitus.
d. Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99
berulang-ulang.
e. Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada
setiap lokasi.
f. Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas
ke bawah.
Perkusi Toraks Anterior

A. Melakukan perkusi seluruh toraks .


B. Melakukan perkusi secara umum pada seluruh
lapang paru.
C. Menentukan bunyi ketukan.
D. Melakukan perkusi di daerah aksila,
A. Perkusi batas paru-hati: perkusi pada linea
midklavikula kanan dari atas ke bawah hingga
adanya perubahan sonor-redup.
B. Memeriksa peranjakan hati pasien menarik napas
dalam lalu menahan napas sebentar.
C. Batas paru-hati saat menahan napas perkusi kembali
diteruskan hingga mendapat perubahan suara sonor
redup, tentukan berapa jari peranjakan hati yang
didapatkan.
D. Batas paru–lambung: perkusi lineA aksilaris
anterior kiri dari atas ke bawah ke arah kaudal
perubahan sonor timpani.
Auskultasi Toraks Anterior

1. Melakukan auskultasi secara sistematis dimulai dari


apeks paru ke bawah.
2. Menentukan suara napas pokok
3. Menentukan ada tidaknya suara napas tambahan
4. Melakukan pemeriksaan egofoni dengan cara
meminta pasien mengucapkan “ii”.
5. Melakukan pemeriksaan bronkofoni dengan cara
meminta pasien mengucapkan “99”.
6. Melakukan pemeriksaan whispered pectoriloquy
pasien berbisik dengan mengucapkan kata “99”.
PEMERIKSAAN TORAKS POSTERIOR

Meminta pasien melepaskan pakaian atas dan duduk


membelakangi pemeriksa.

Inspeksi Toraks Posterior


 Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk
tulang belakang atau benjolan pada tulang belakang.

Palpasi Toraks Posterior


- Melakukan perabaan di seluruh toraks posterior
 Melakukan fremitus raba pada toraks posterior kiri dan kanan.
 Meminta pasien menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang,
dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang
ditimbulkannya.
Perkusi Toraks Posterior
1. Melakukan perkusi seluruh toraks posterior dari apeks paru (daerah atas
skapula) sampai kebawah (interskapula terus ke bawah skapula) untuk
menilai ada tidaknya kelainan.
2. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan
dengan ladder like pattern.
3. Perkusi batas toraks posterior: perkusi pada garis skapula kanan dan
kiri untuk mencari batas toraks posterior kanan dan kiri, dengan
berpedoman kepada korpus vertebra mulai dari vertebra prominens (C7).
4. Perkusi batas toraks posterior kanan: perkusi pada linea skapula kanan
secara beraturan ke arah kaudal dengan meletakkan jari plesimeter pada
arah tegak lurus terhadap gerak perkusi dengan gentle, menentukan
adanya perubahan dari sonor menjadi redup.
5. Perkusi batas toraks posterior kiri: perkusi pada linea skapula kiri ke arah
bawah dengan menentukan adanya perubahan dari sonor menjadi redup
(biasanya setinggi torakalis 10).
Auskultasi Toraks Posterior

1. Melakukan auskultasi paru secara sistematis, dari


apeks paru ke bawah.
2. Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap
lokasi pemeriksaan dengan ladder like pattern.
3. Merapikan alat.
4. Mencuci tangan.
PEMERIKSAAN ABDOMEN  

Inspeksi Abdomen
Melihat bentuk abdomen, dinding perut, umbilicus,
inguinal, pergerakan peristaltik abdomen dan pulsasi.

Auskultasi Abdomen
Meletakkan steteskop di sekitar umbilikus,
menghitung frekuensi bising usus (2 menit) dan
mendengarkan bunyi usus atau bunyi lain.
Perkusi Abdomen

a. Melakukan perkusi pada seluruh kuadran abdomen.


b. Melaporkan bunyi timpani atau pekak.
c. Perkusi khusus bagian batas inferior costa kanan, untuk
menilai pekak hati. inferior costa kiri, menilai timpani
gaster. linea aksilaris anterior kiri ICS VI menilai ada
tidaknya pembesaran limpa.
d. Menentukan liver span:
 Perkusi garis midklavikula kanan menentukan batas
paru-hepar sonor-redup.
Batas bawah hepar perkusi garis midklavikula kanan mulai
setinggi umbilicus ke kranial perubahan timpani ke redup.
Palpasi Abdomen

a. Meminta pasien untuk menekuk lutut


b. Palpasi superfisial seluruh regio abdomen secara
sistematis.
c. Menilai nyeri tekan abdomen, defance muscular dan
ada tidaknya massa superfisial.
d. Memperhatikan wajah pasien selama palpasi.
PEMERIKSAAN CAIRAN BEBAS (ASITES)
Teknik Shifting Dullness

A. Melakukan perkusi dari umbilikus kiri atau kanan.


B. Menentukan batas perubahan bunyi perkusi timpani-redup.
C. Memberikan batas perubahan suara dengan meletakkan jari
sebagai plesimeter tetap pada batas tersebut lalu penderita
diminta miring ke arah kontralateral gerakan perkusi.
D. Menunggu beberapa saat (30-60 detik).
E. Melakukan perkusi kembali di tempat yang telah ditandai
dan tentukan apakah ada perubahan suara dari redup ke
timpani.
Teknik Undulasi

A. Tangan pemeriksa berada di sebelah kiri dan kanan


perut pasien.
B. Melakukan hentakan pada dinding perut dengan
jari.
C. Merasakan getaran pada tangan lain yang menempel
pada dinding perut yang kontralateral.
D. Uji undulasi positif bila merasakan getaran.
PALPASI HEPAR
A. Meminta pasien melipat kedua tungkai.
B. Melakukan penekanan pada dinding perut dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan.
C. Meminta pasien menarik nafas dalam.
D. Melakukan palpasi lobus kanan .
E. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah dengan arah dorsal pada saat
pasien ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah parabolik.
F. Palpasi dilakukan ke arah arcus costae kanan.
G. Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah garis tengah abdomen ke arah epigastrium dimulai
dari umbilikus dengan cara seperti diatas.
H. Bila meraba tepi hati, deskripsikan ukuran, permukaan, tepi, konsistensi, nyeri tekan,
dan apakah terdapat pulsasi.

Pemeriksaan murphy sign:

Palpasi batas hati pada batas lateral m.rectus


Meminta pasien menarik napas dalam
Menilai adanya nyeri
Palpasi Limpa (Metode Schuffner)

a. Meminta pasien melipat kedua tungkai.


b. Melakukan penekanan pada perut dengan
menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan.
c. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding
abdomen ke bawah dengan arah dorsal pada saat pasien
ekspirasi maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari
bergerak ke kranial dalam arah parabolik.
d. Palpasi dimulai dari SIAS kanan, melewati umbilikus
menuju arkus costae kiri.
e. Mendeskripsikan ukuran pembesaran limpa dengan
skala schuffner.
Palpasi Titik Mc Burney

Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari garis


imajiner yang menghubungkan SIAS kanan dengan
umbilikus dinding perut kuadran kanan bawah.
Melakukan penekanan pada titik tersebut untuk
mengetahui nyeri tekan dan nyeri lepas.
Menilai apakah terdapat defance muscular lokal.
 
Pemeriksaan Ballotement

 Meletakan tangan kiri di posterior pasien, di kaudal dari


iga ke 12 dengan ujung jari pada sudut kostovertebra.
 Meletakan tangan kanan pada abdomen kanan atas, di
lateral dari m rectus abdominis.
 Angkat tangan kiri, mencoba mendorong ginjal ke anterior.
 Meminta pasien menarik napas dalam.
 Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam dengan
tangan kanan pada abdomen kanan atas, tepat dibawah iga
untuk merasakan mobilitas ginjal diantara kedua tangan.
 Melakukan palpasi ginjal bimanual pada sisi
kontralateral.
Nyeri ketok Costovertebra Angle (CVA)

Meminta pasien duduk.


Pemeriksaan dilakukan dari arah belakang pasien, meletakan
tangan kiri sisi palmar pada sudut kostovertebra kanan.
Meletakan bagian ulnar kepalan tangan kanan diatas tangan
kiri pada sudut kostovertebra kanan.
Memperhatikan pasien dan menanyakan pasien apakah
pasien merasakan nyeri.
Memukulkan bagian ulnar kepalan tangan diatas tangan kiri
pada sudus kostovertebra kanan dengan kekuatan yang cukup.
Melakukan tindakan yang sama (no. 47 sampai 50) pada sudut
kostovertebra kiri.
Mencuci tangan.
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR
Melakukan Keterampilan

Mengucapkan salam, memperkenalkan diri memastikan identitas pasien,


menjelaskan dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan.
Pemeriksa berdiri disisi kanan pasien.
Meminta pasien untuk berbaring dan mengambil.
posisi miring ke kiri dengan panggul dan lutut difleksikan ke arah dada.
Menginspeksi daerah regio-anal, menilai ada tidaknya benjolan, fistula,
tanda-tanda infeksi.
Memberikan gel pada jari telunjuk kanan dan oleskan di tepi anus pasien
Meletakkan tangan kiri di daerah gluteus kanan pasien, kemudian jari telunjuk
kanan dimasukan kedalam anus dengan ujung jari telunjuk mengarah ke anterior
(umbilikal) pasien kemudian tangan di rotasi untuk melakukan pemeriksaan.
Melakukan penilaian:

1. Tonus sfingter ani : jepitan kuat atau lemah.


2. Ampula rekti : kolaps atau tidak kolaps.
3. Mukosa rekti : licin/kasar, ada benjolan atau tidak ada.
4. Bila ada benjolan: deskripsikan sirkuler ataS terletak pada jam berapa, rapuh atau tidak,
jarak dari garis anokutan.
5. Prostat teraba pole atas atau tidak dan teraba nodul keras atau tidak (pada laki-laki).
6. Terdapat benjolan lain diluar lumen atau tidak.
7. Terdapat nyeri tekan atau tidak, bila ada disebutkan pada arah jam berapa.
8. Mengeluarkan jari telunjuk kanan. Sarung tangan diperiksa:
- Ada feces atau tidak, bila ada laporkan warnanya
- Ada darah atau tidak
- Ada lendir atau tidak.
9. Membersihkan anus pasien dengan kasa atau tissue.
10. Mempersilakan pasien memakai celana kembali dan ke meja periksa.
11. Membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis.
12. Membuka sarung tangan, lalu mencuci tangan.
13. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan
14. menulis laporan
SKDI..
Pada akhir stase, seorang Koas di Bagian Ilmu Bedah:

Tujuan Umum:
1. Terampil melakukan upaya pencegahan
dan penatalaksanaan secara professional
2. Mampu melakukan upaya rujukan
3. Mampu melakukan pencatatan rekam medik

Tujuan Khusus:
Mampu menerapkan clinical reasoning
 TUJUAN KHUSUS

Mampu mengelola masalah kesehatan dan dapat


melaksanakan prosedur diagnostik dan terapetik
Mampu menerapkan prinsip – prinsip etika,
moral, profesionalisme.
Mampu menimbang dan mengubah perilaku untuk mawas
diri
Terampil melakukan anamnesis yang rasional dan releven
a. Mampu melakukan anamnesis secara sistematis
dan releven.
b. Mampu menggali dan memanfaatkan riwayat penyakit
c. Mampu melakukan komunikasi terapetik
Terampil mencatat ringkasan anamnesis dan
menarik hipotesis
a. Membuat ringkasan anamnesis sebagai
kesimpulan hasil anamnesis
b. Mampu membuat hipotesis yang releven
berdasarkan informasi yang didapat selama
anamnesis.
Terampil melakukan prosedur klinis kasus-kasus
nyata pada situasi klinik sesuai dengan
kewenangannya,
a. memilih dan melakukan pemeriksaan fisik
b. menentukan serta meminta pemeriksaan penunjang
c. melakukan prosedur klinis
 
kemampuan penalaran klinis dalam setiap tahap dari
kontak dokter-pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan terapi).
Terampil melakukan prosedur kedaruratan klinis
sebagai pemula,
a. menentukan keadaan darurat,
b. memilih dan melakukan tindakan kedaruratan
c. melakukan evaluasi dan tindakan lanjutan
CEDERA KEPALA
TUJUAN PEMBELAJARAN DOKTER MUDA
Setelah Anda mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Bedah, Anda diharapkan mampu:

A. Mampu menegakkan diagnosis cedera kepala


B. Mampu melakukan penatalaksanaan awal dan melakukan
rujukan yang tepat pasien cedera kepala.
C. Mampu memberikan penjelasan tentang indikasi, prosedur
operasi, komplikasi dan prognosis pada keluarga pasien
D. Mampu mengetahui indikasi dan menyiapkan pasien cedera
kepala untuk manajemen operatif maupun non operatif.
E. Mampu menjelaskan tentang pengelolaan pasien cedera
kepala.
PERTANYAAN DAN KESIAPAN DOKTER
MUDA
1. Apakah yang dimaksud dengan cedera kepala?
2. Pemeriksaan fisik apa saja yang dapat ditemukan
pada pasien cedera kepala?
3. Bagaimana penatalaksaan awal pada pasien cedera
kepala saat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)?
4. Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan
Glasgow Comma Scale (GCS)?
5. Bagaimana pengelolaan pasien cedera kepala,
macam operasi yang dilakukan dan perawatan pasca
operasi?
DAFTAR KETERAMPILAN (KOGNITIF DAN
PSIKOMOTOR)
Tatalaksana cedera kepala di Instalasi Gawat Darurat :

Perlindungan penolong secara umum.


1. Stabilisasi Airway, Breathing, Circulation.
2. Survei sekunder (anamnesis dan pemeriksaan fisik seluruh organ).
3. Pemeriksaan neurologis.
4. Menentukan diagnosis klinis dan pemeriksaan tambahan.
5. Intepretasi dan menentukan diagnosis pasti berdasarkan CT scan
kepala tanpa kontras.
6. Mengusulkan tatalaksana, stabilisasi pasien sebelum dirujuk.
Perlindungan penolong secara umum, meliputi:

A. Mencuci tangan dengan antiseptik.


B. Pemakaian sarung tangan.
C. Pemakaian jubah pelindung, masker dan pelindung
mata.
D. Pengeloaan instrumen medis.
E. Pengelolaan benda tajam.
F. Kebersihan area perawatan.
G. Penempatan pasien di ruang khusus apabila
diperlukan.
 
HIDROSEFALUS KONGENITAL

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

1. Mampu menegakkan diagnosis dan penatalaksaan hidrosefalus


kongenital.
2. Mampu melakukan penatalaksanaan awal dan melakukan rujukan
yang tepat pasien hidrosefalus kongenital.
3. Mampu memberikan penjelasan tentang indikasi, prosedur operasi,
komplikasi dan prognosis pada keluarga pasien.
4. Mampu mengetahui indikasi dan menyiapkan pasien hidrosefalus
kongenital untuk manajemen operatif maupun non operatif.
5. Mampu menjelaskan tentang pengelolaan hidrosefalus
kongenital.
PERTANYAAN DAN KESIAPAN DOKTER
MUDA
a. Apakah yang dimaksud dengan hidrosefalus
kongenital?
b. Pemeriksaan fisik apa saja yang dapat ditemukan
pada pasien hidrosefalus kongenital?
c. Bagaimana pengelolaan pasien cedera kepala,
macam operasi yang dilakukan, dan perawatan pasca
operasi?
 
DAFTAR KETRAMPILAN (KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR)
Tatalaksana hidrosefalus kongenital di Instalasi Gawat Darurat
antara lain:

Perlindungan penolong secara umum.


1. Stabilisasi Airway, Breathing, Circulation.
2. Survei sekunder (heteroanamnesis dan pemeriksaan fisik seluruh
organ termasuk kelainan kongenital lain yang menyertai).
3. Pemeriksaan neurologis.
4. Menentukan diagnosis klinis dan pemeriksaan tambahan. 
5. Intepretasi dan menentukan diagnosis pasti berdasarkan CT
scan kepala tanpa kontras.
6. Mengusulkan tatalaksana, stabilisasi pasien sebelum
dirujuk.
Hidrosefalus merupakan penumpukan aktif cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak.

Perlindungan penolong secara umum, meliputi:

a. Mencuci tangan dengan antiseptik.


b. Pemakaian sarung tangan.
c. Pemakaian jubah pelindung, masker dan pelindung mata.
d. Pengeloaan instrumen medis.
e. Pengelolaan benda tajam.
f. Kebersihan area perawatan.
g. Penempatan pasien di ruang khusus apabila diperlukan.
KELAINAN JINAK PAYUDARA

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda


a. Siswa mampu mengenali macam- macam kelainan
jinak payudara.
b. Siswa mampu melakukan anamnesis terkait dengan faktor
risiko, tanda dan gejala kelainan jinak payudara.
c. Siswa mampu melakukan pemeriksaan fisik terkait
dengan gejala kelainan jinak payudara.
d. Siswa mampu menegakkan diagnosis klinis kelainan jinak
payudara.
e. Siswa mampu memahami pemeriksaan penunjang
terkait dengan kelainan jinak payudara.
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

i. Bagaimana embriologi, fisiologi dan anatomi


payudara?
ii. Sebutkan macam- macam kelainan jinak payudara!
iii. Apa tanda dan gejala kelainan jinak payudara?
iv. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik terkait
gejala kelainan jinak payudara?
v. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan terkait
kelainan jinak payudara?
DAFTAR KETRAMPILAN (KOGNITIF DAN
PSIKOMOTOR)
  
Tatalaksana hidrosefalus kongenitaldi Instalasi gawat
darurat antara lain:

Memahami embriologi, fisiologi dan anatomi payudara


Memahami macam- macam kelainan jinak payudara
Memahami tanda dan gejala kelainan jinak payudara
Mampu melakukan pemeriksaan fisik terkait gejala
kelainan jinak payudara
Memahami pemeriksaan apa saja yang diperlukan
terkait kelainan jinak payudara
KELAINAN PAYUDARA
Juvenile Hyperthropy
Fibroadenoma (FAM)
Tumor phyllodes
Mastalgia
Kista payudara
Galaktokel
Nipple discharge
Fibrocystic changes
KANKER PAYUDARA
APENDESITIK AKUT (RADANG AKUT USUS
BUNTU)

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda


 
1. Memahami dan mampu menegakan diagnosis
apendesitis akut.
2. Memahami diagnosis apendecitis akut
3. Memahami komplikasi yang dapat terjadi pada
apendesitis akut.
4. Memahami terapi apendesitis akut
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

1. Jelaskan anatomi appendiks verniformis!


2. Jelaskan etiologi terjadinya apendisitis akut!
3. Sebutkan 2 faktor utama yang menyebabkan terjadinya
apendesitis akut!
4. Jelaskan anamnesis yang penting pada apendesitis akut!
5. Jelaskan pemeriksaan fisik yang penting pada apendesitis akut!
6. Jelaskan pemeriksaan khusus tanda tanda apendesitis
akut!
7. Jelaskan pemeriksaan laboratorium pada apendesitis akut!
8. Jelaskan komplikasi/penyulit apendesitis akut!
9. Terangkan diagnosis banding apendesitis akut!
10. Jelaskan terapi apendesitis akut! 
ILEUS OBSTRUKSI

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda


1. Memahami dan mampu menegakkan diagnosis
ileus obstruksi.
2. Memahami penyebab terjadinyaileus obstruksi.
3. Memahami komplikasi yang dapat pada ileus
obstruksi.
4. Memahami penanganan ileus obstruksi.
 
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda
 
a. Jelaskan anatomi dan fisiologi usus besar dan kecil!
b. Jelaskan fisiologi defekasi!
c. Jelaskan etiologi terjadinya ileus obstruksi!
d. Jelaskan anamnesis yang penting pada ileus obstruksi!
e. Jelaskan pemeriksaan fisik yang penting pada ileus
obstruksi!
f. Jelaskan pemeriksaan khusus di bidang bedah digestif!
g. Jelaskan pemeriksaan penunjang dan laboratorium pada
ileus obstruksi!
h. Jelaskan komplikasi/penyulit ileus obstruksi!
i. Jelaskan penanganan ileus obstruksi!
INTUSSUSEPSI

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

a. Mampu mengetahui gejala klinis dan


pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
intussusepsi.
b. Mampu melaksanakan penatalaksanaan awal
dan melakukan rujukan yang tepat pada pasien
intussusepsi.
c. Mampu menjelaskan tentang diagnosis
intususepsi, manajemen, dan risiko komplikasi dari
tindakan yang harus dilakukan.
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

1. Apakah yang dimaksud dengan intussusepsi


2. Sebutkan gejala klinis intussusepsi dan
pemeriksaan penunjang yag dibutuhkan!
3. Sebutkan patofisiologi terjadinya intussusepsi!
4. Sebutkan temuan pada pemeriksaan penunjang
pada pasien intussusepsi!
5. Jelaskan tentang tata laksana intussusepsi baik
operatif maupun non operatif!
6. Sebutkan komplikasi intussusepsi baik tindakan
operatif maupun non operatif!
DAFTAR KETRAMPILAN (KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR)
 
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik:tanda-tanda vital, tanda-
tanda dehidrasi, tanda tanda obstruksi pada abdomen
maupun tanda tanda perforasi, pemeriksaanrectal toucher.
b. Pemasangan nasogastric tube atauorogastric tube.
c. Pemasangan kateter
 
PENJABARAN PROSEDUR
 
Sesuai dengan yang diajarkan pada skills lab untuk anamnesis
dan pemeriksaan fisik dan juga pemasangan nasogastric tube
atauorogastric tube, dan pemasangan kateter urine.
MALFORMASI ANORECTAL
 
Tujuan Pembelajaran Dokter Muda
 
a. Mampu menegakkan diagnosis malformasi
anorectal dengan menggunakan algoritme malformasi
anorectal.
b. Mampu melaksanakan penatalaksanaan awal dan
melakukan rujukan yang tepat pada pasien malformasi
anorectal.
c. Mampu menjelaskan tentang diagnosis
malformasi anorectal, manajemen dan risiko komplikasi
dari tindakan yang akan dilakukan.
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda
 
a. Apakah yang dimaksud dengan malformasi anorectal?
b. Sebutkan tipe yang ada pada malformasi anorectal dan
tipe yang paling sering ditemukan baik pada laki-laki
ataupun perempuan!
c. Bagaimana manajemen awal pada pasien malformasi
anorectal secara umum serta manajemen awal yang bisa
dikerjakan sebelum dirujuk ke RS pusat rujukan?
d. Sebutkan kelainan penyerta yang sering menyertai
malformasi anorectal!
e. Apa indikasi pemeriksaan foto cross table lateral
dan bagaimana cara pengerjaannya?
DAFTAR KETRAMPILAN (KOGNITIF DAN
PSIKOMOTOR)

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital,


tanda-tanda dehidrasi, tanda tanda obstruksi pada
abdomen maupun tanda tanda perforasi,
pemeriksaan genetalia dan perineum.
2. Pemasangan nasogastric tube atau orogastric tube.

PENJABARAN PROSEDUR
Sesuai dengan yang diajarkan pada skills lab untuk
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan juga
pemasangan nasogastric tube atau orogastric tube.
BIBIR SUMBING

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

a. Dapat mendiagnosis bibir sumbing


b. Memberikan edukasi tentang rencana terapi.
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

a. Bagaimana time table untuk pasien bibir sumbing


dan rencana terapinya?
b. Bagian mana saja yang terlibat dalam penanganan
bibir sumbing?
c. Apakah tujuan operasi bibir sumbing?
d. Apakah komplikasi operasi bibir sumbing?
e. Bagaimana edukasi bagi keluarga/orang tua
terhadap operasi bibir sumbing?
f. Masalah apa yang timbul pada kasus bibir sumbing?
g. Kelainan-kelainan apa yang menyertai bibir sumbing?
DAFTAR KETRAMPILAN (KOGNITIF DAN
PSIKOMOTOR)

a. Menggambar bibir sumbing.


b. Anatomi bibir sumbing.
c. Teknik dan Operasi.
LUKA BAKAR

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda

Tujuan Umum
Mampu melakukan perawatan prehospital dan transfer luka bakar.

Tujuan Khusus
a. Mampu mendiagnosis kegawatdaruratan pada kasus luka bakar dan
melakukan penanganan prehospital untuk mencegah morbiditas
maupun mortalitas.
b. Mampu menentukan luas luka bakar dan melakukan resusitasi
cairan.
c. Mampu menentukan kriteria merujuk pasien luka bakar.
d. Mampu melakukan stabilisasi awal sebelum dirujuk.
e. Mampu mengenal adanya trauma penyerta.
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

a. Bagaimana melakukan permeriksaan fisik kasus luka


bakar sesui Advance Traumatic Life Support (ATLS)?
b. Bagaimana mengenal masalah livetreatening dan
melakukan livesaving?
c. Bagaimana menghitung luas luka bakar?
d. Bagaimana mengklasifikasikan luka bakar?
e. Bagaimana melakukan resusitasi cairan pada luka
bakar?
f. Apa saja kriteria merujuk luka bakar?
Prinsip Dasar:

a. Segera membebaskan penderita dari sumber panas.


b. Kewaspadaan terhadap ancaman airway,
breathing, dan circulation.
c. Melakukan resusitasi cairan bagi yang
membutuhkan untuk mempertahankan
hemodinamik normal.
d. Mendiagnosis dan menangani komplikasi yang
terjadi.
DAFTAR KETRAMPILAN (KOGNITIF DAN
PSIKOMOTOR)

a. Melakukan tindakan segera (live saving) antara


lain: menghentikan proses luka bakar,
intubasi, melakukan resusitasi.
b. Melakukan serta menganalisa hasil laboratorium
dan foto rontgen.
c. Menentukan luas luka bakar.
d. Menentukan derajat kedalaman luka bakar.
PENJABARAN PROSEDUR

a. Tindakan live saving pada luka bakar


b. Tindakan stabilisasi penderita luka bakar.
c. Menganalisis hasil laboratorium dan foto rontgen
d. Kriteria merujuk pasien luka bakar. Antara lain :
 Partial thickness dan full thickness lebih dari 10% pada penderita
dibawah 10 tahun atau diatas 50 tahun.
 Partial thickness dan full thickness lebih dari 20% pada usia diluar
tersebut diatas.
 Partial thickness dan full thickness mengenai wajah, mata,
telinga, tangan, kaki, genitalia, perineum atau persendian utama.
 Full thickness lebih dari 5% pada semua umur.
 Luka bakar listrik atau petir.
 Luka bakar kimia.
Trauma inhalasi.
Luka bakar pada penderita yang mempunyai
penyakit yang dapat mempersulit penanganannya,
memperpanjang waktu penyembuhan, atau dapat
menimbulkan kematian
Pada luka bakar berat disertai trauma penyerta yang
mempunyai risiko morbiditas maupun mortalitas.
Penderita luka bakar anak-anak yang di rawat di suatu
rumah sakit setempat tanpa petugas atau peralatan
yang memadai.
Penderita luka bakar yang memerlukan rehabilitasi
sosial khusus atau rehabilitasi mental dalam jangka
waktu yang panjang.
HIPERPLASI PROSTAT JINAK

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda


a. Memahami dan mampu mendiagnosis hiperplasiprostat jinak
tanpa komplikasi secara mandiri dan tuntas.
b. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan
hiperplasiprostat jinak tanpa komplikasi secara mandiri dan
tuntas.
c. Memahami dan mampu mendiagnosis hiperplasiprostat jinak
dengan komplikasi retensiurin mandiri dan tuntas.
d. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan awal (gawat
darurat) hiperplasiprostat jinak dengan komplikasi retensiurin
secara mandiri dan tuntas.
e. Memahami dan mampu merujuk penatalaksanaan
akhirhiperplasiprostat jinak dengan komplikasi retensi urin.
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

1. Jelaskanan anatomi saluran kemih bagian bawah


dan atas dengan gambar!
2. Jelaskan patofisiologi hiperplasi prostat jinak dengan
komplikasi retensi urin!
3. Sebutkan diagnosis banding hiperplasi prostat jinak
(3 kasus) dan retensiurin (2 kasus)!
4. Jelaskan anamnesis hiperplasi prostat jinak
(misalnya: Basic Seven dan Fudamental Four)!
5. Jelaskan pemeriksaan fisik (colok dubur, abdomen
bawah dan pinggang) hiperplasiprostat jinak!
6. Jelaskan pemeriksaan penunjang (laboratorium dan
radiologi) hiperplasi prostat jinak!
7. Jelaskan pilihan terapi (watchful waiting, medical
dan pembedahan) hiperplasi prostat jinak!
DAFTAR KETRAMPILAN (KOGNITIF DAN
PSIKOMOTOR)

a. Anamnesis pasien hiperplasiprostat jinak dengan


dan tanpa komplikasi retensiurin.
b. Pemeriksaan fisik pasien hiperplasiprostat jinak
dengan dan tanpa komplikasi retensiurin.
c. Pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi
pasien hiperplasiprostat jinak dengan dan tanpa
komplikasi retensiurin.
FRAKTUR

Tujuan Pembelajaran Dokter Muda


1. Mampu menegakkan diagnosis fraktur.
2. Mampu melakukan penatalaksanaan awal dan
melakukan rujukan yang tepat pasien dengan fraktur.
3. Mampu memberikan penjelasan tentang indikasi,
prosedur operasi, komplikasi dan prognosis pada
keluarga pasien dengan fraktur.
4. Mampu mengetahui indikasi dan menyiapkan pasien
dengan fraktur untukmanajemen operatif maupun non
operatif.
5. Mampu menjelaskan tentang pengelolaan fraktur.
Pertanyaan dan Kesiapan Dokter Muda

1. Apakah yang dimaksud dengan fraktur?


2. Pemeriksaan fisik apa saja yang dapat ditemukan
pada pasien dengan fraktur?
3. Bagaimana pengelolaan pasien dengan fraktur?
4. Apa saja macam operasi yang dilakukan bagi pasien
dengan fraktur?
5. Bagaimana perawatan pasca operasi untuk fraktur?
DAFTAR KETRAMPILAN (KOGNITIF DAN
PSIKOMOTOR)

a. Anamnesis pasien dengan fraktur.


b. Pemeriksaan fisik pasien dengan fraktur
c. Pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi
pasien fraktur.
d. Terapi fiksasi dan/ atau stabilisasi pasien dengan
fraktur.
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai