hidung, beserta
penyakitnya
Penyusun:
Siti Nurjanah
Sulesa
Preseptor:
dr. Bara .
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI RS PERTAMINA
BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG 2020
ANATOMI
HIDUNG
Hidung luar berbentuk piramida
HIDUNG LUAR
Bagian – bagiannya :
Dibentuk oleh :
2. Tulang rawan :
Satu pasang kartilago nasalis lateralis superior
Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ( kartilago ala major )
Beberapa pasang kartilago ala minor
Tepi anterior kartilago septum
3. Otot
m. nasalis
m. dilator nares
m. depresor septi nasi
m. procerus
Hidung Dalam
RONGGA HIDUNG
(CAVUM NASI)
Berbentuk terowongan
Di bagi oleh dua septum nasi :
- kavum nasi kanan dan kavum nasi kiri
Pintu masuk bagian depan : Nares anterior
lubang belakang : Nares posterior ( koana )
Tempat bagian depan nares anterior : vestibulum
Cavum nasi mempunyai 4 dinding, yaitu :
Dinding medial : septum hidung
Tulang : lamina perpendikularis os etmoid, vomer, krista maksilaris os maksila, krista nasalis os palatina
Tulang rawan : kartilago septum (lamina quadriangularis), kolumella
Dinding lateral
Sel ager nasi
Konka: Tonjolan yang terdiri dari tulang rawan yang terpisah dengan tulang sekitarnya, ditutupi oleh selaput tebal
yang kaya pembuluh darah
Konka inferior : Konka yang paling besar. Di bawahnya terdapat meatus inferior, tempat bermuara duktus
nasolakrimalis.
Konka media : Dibawahnya terdapat meatus medius. Tempat bermuara sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus
etmoid anterior dan sinus sfenoid.
Konka superior : di bawahnya terdapat meatus superior, tempat muara sinus etmoid posterior.
Konka suprema : terletak paling atas, paling kecil dan sering tidak ada (rudimenter).
Meatus : inferior (terdapat muara duktus naso lakrimal), medius ( terdapat muara sinus frontal,maksila, etmoid
anterior), superior (terdapat muara sinus etmoid posterior, sinus sfenoid)
Dinding inferior
Dasar rongga hidung, dibentuk oleh os maksila dan os palatum
Dinding superior atau atap hidung
Dibentuk oleh os kribriformis (memisahkan rongga tengkorak – rongga hidung)
Vaskularisasi
ARTERI
1. Bgn atas :
a. etmoid anterior cabang dari arteri oftalmika
yang berasal dari arteri
a. etmoid posterior karotis interna
2. Bgn bawah :
a. palatina mayor
cabang dari arteri
a. sfenopalatina maksilaris interna
3. Bgn depan : cabang dari a. fasialis
4. Bgn depan septum : pleksus kiesselbach,
anastomosis dari cabang-cabang :
● a. Sfenopalatina
● a. etmoid anterior
● a. labialis superior
● a. palatina mayor
Vena
Berjalan berdampingan dgn arteri nama yg sama
Bgn luar hidung dan vestibulum bermuara ke v. oftalmika sinus
kavernosus
Vena di hidung tidak mempunyai katup memudahkan penyebaran
infeksi ke intracranial
SUPLAI SARAF
1. Saraf Penghidu / Pembau Saraf Cranial 1 (N.
Olfactorius)
2. Saraf Sensoris
Cabang dari N. Trigeminus (Saraf V), yaitu:
• N. Opthalmicus N. Ethmoidalis Anterior
• N. Maxilaris, melalui ganglion sphenopalatina
Cabang nasalis
3. Saraf Otonom Berfungsi mengatur Vasokonstriksi /
Vasodilatasi & produksi sekret
• Sympatis : dari Ganglion Cervicalis Superior
Ganglion Spheno Palatina
• Para sympatis : dari N. Facialis (Saraf VII)
Ganglion Spheno Palatina N. Vidianus
Sinus paranasal
Sinus paranasal merupakan rongga –rongga yg terdapat di
dalam os.maksilla, os.frontale, os. Sphenoidale dan ps.
Ethmoidale.
Dindingnya tersusun atas tulang keras yang dilapisi
oleh epitel columner pseudocompleks non keratin bersilia
dengan sel goblet.
SPN diinnervasi oleh n. ophtalmicus (n.V.1) dan n.
maksillaris (n.V.2).
Jika terdapat peradangan pada sinus biasanya disebut
dengan sinusitis. Biasanya sinusitis ini merupakan
kelanjutan dari infeksi kronis pada hidung/ rhinitis
(rhinogenik) atau karena adanya penjalaran infeksi dari gigi
geraham (molar) I dan II yang berlubang (karies).
Sinus frontalis
Sesuai namanya, sinus ini terdapat pada os.frontale.
Sinus frontalis akan bermuara di meatus nasi media
melalui ductus frontonasalis.
Sinus frontalis divaskularisasi oleh a.supraorbitalis dan
dinnervasi oleh n. supraorbitalis yang merupakan cabang dari n.
ophtalmica (n.V.1)
Sinus sphenoidal
• Sinus ini terdapat di dalam corpus sphenoidale.
• Merupakan sinus yang paling jarang terkena sinusitis oleh karena
letaknya yang profunda.
• Sinus ini bermuara pada recessus sphenoethmoidale.
• Dinding depannya dibentuk oleh tulang tipis yakni conchae
sphenoidale.
• divaskularisasi oleh a.maksillares.
• Diinnervasi oleh n. etmoidale posterior.
• BATAS :
Atas : fosa kranii media + s. tursica
Bawah : atap nasofaring (tebal)
Lateral : sinus kavernosus + a. karotis interna.
Belakang : fosa kranii post (pons serebri)
Sinus ethmoidalis
• Terdiri atas 4-17 ruang di masing-masing sisi.
• Sinus ethmoidale terletak di dalam labyrinthus ethmoidale,
di antara cavum nasi dan orbita.
• Bagian dari sinus ethmoidale ini disebut sebagai Cellulae
ethmoidale,
• dindingnya dibentuk oleh os.frontale, os. maxilla, os.
Lacrimale, os. Sphenoidale, os.palatinum.
• Cellulae ethmoidale anterior / sinus ethmoidale anterior akan
bermuara pada meatus ansi media.
• Sedangkan Cellulae ethmoidale posterior / sinus ethmoidale
posterior akan bermuara pada meatus nasi superior et
suprema.
• Sinus ethmoidale divaskularisasi oleh a. ethmoidale anterior
et posterior.
• diinnervasi oleh n.ethmoidale posterior et anterior.
• BATAS :
Lateral : lamina “papyracea” dan tulang lakrimal
Medial : konka media + konka superior
Atas : dinding atas tlg. etmoid dan tlg. frontal
Depan : prosesus frontalis os maksila dan os nasal
Belakang : sinus sfenoidalis
Sinus maksilaris
• Merupakan sinus terbesar yang terletak pada corpus
maksillare.
• Sinus maksillaris akan bermuara pada hiatus semilunaris
yang terdapat pada meatus nasi media.
• divaskularisasi oleh cabang a.facialis, a.maksillaris interna,
a.infraorbita, a.palatina major.
• Sedangkan venanya sesuai dengan arterinya, dan akan
bermuara pada v.facialis anterior plexus pterygoidea.
• Sinus maksillaris diinnervasi oleh R. alveolares superior
posterior n. alveolaris superior, R. slveolaris superioe
anterior N. alveolaris superior dan n. Infraorbitale.
• BATAS:
Depan : Tulang pipi (facial maxilla)
Belakang : Pmk. infra temporalis
Medial : Dinding lateral kavum nasi
Atap : Orbita
Dasar : Prosesus alveolaris os maksila
Fisiologi Penghidu
FISIOLOGI
PENGHIDU
Mukosa Olfaktori
SINUSITIS
02 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed. I hope and I believe that this Template will your Time.
RHINITIS AKUT
03 Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed. I hope and I believe that this Template will your Time.
POLIP NASI
Etiologi
Diagnosis
• Anamnesis
• hidung rasa tersumbat
• Rinore
• hiposmia atau anosmia.
• bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala
daerah frontal.
• Bila infeksi sekunder didapati post nasal drip dan rinore
Definisi purulen
• Rhinoskopi Anterior
Tampak adanya massa lunak, bertangkai, tidak nyeri jika ditekan, tidak mudah berdarah
Tampak sekret mukus dan polip multipel atau soliter.
• Rhinoskopi Posterior
Pada pemeriksaan rhinoskopi posterior bila ukurannya besar akan tampak massa berwarna putih keabu-abuan mengkilat yang terlihat
mengggantung di nasofaring
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien.
kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan belum memasuki rongga hidung.
antibiotik jika ada tanda infeksi.
anti alergi jika pemicunya dianggap alergi.
Tindakan operasi
Polipektomi intranasal = tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi lokal.
Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati rongga hidung.
Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF) = tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip
yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal
SINUSITIS
Definisi
Sinusitis adalah peradangan dari mukosa
sinus para nasalis. Bila mengenai beberapa
sinus disebut multisinusitis. Bila mengenai
seluruh sinus disebut pansinusitis
RhinoskopiAnterior
RhinoskopiPosterior
Pemeriksaan Fisik
Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). Pada anak dengan Pemeriksaan Penunjang
demam tinggi (>39°C), ingus purulen dan sebelumnya menderita
infeksi saluran napas atas, patut dicurigai adanya sinusitis akut,
terutama jika tampak edema periorbital yang ringan. • Foto Polos Kepala
• CT Scan
• Radiologi
Dengan posisi ini maka pada sinusitis akan tampak
perselubungan atau penebalan mukosa dan gambaran
air fluid level.
Penatalaksanaan
Sinusitis akut
Antibiotik Lini I. golongan penisilin
Terapi tambahan : dekongestan oral+topikal, mukolitik dan analgetik
Pada pasien atopi, diberikan antihistamin/kortikosteroid topikal
Perbaikan antibiotic teruskan 10-14 hari
Jika tidak ada perbaikan antibiotik lini II amoxicilin klavunat / ampisilin sulbaktam,
cephalosporin generasi II. Perbaikan teruskan 10-14 hari .
Sinusitis Subakut
antibiotika berspektrum luas/ yang sesuai dengan resistensi kuman selama 10 –
14 hari. Terapi simptomatis
Ultra Short Wave Diathermy sebanyak 5-6 kali daerah sinus yg sakit
Pada sinusitis maksilaris dapat dilakukan pungsi irigasi. Pada sinusitis ethmoid,
frontal atau sphenoid yang letak muaranya dibawah, dapat dilakukan tindakan
pencucian sinus cara Proetz.
Sinusitis Kronik
Temukan faktor predisposisitatalaksana sesuai dan terapi tambahan
Tidak ditemukanterapi sesuai episode akut Lini II + terapi tambahan
Ultra Short Wave Diathermy
Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang sinusitis
ethmoid, frontal atau sfenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz.
OPERATIF
Radikal
Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc
Sinus etmoit dengan etmoidektomi
Sinus frontal dan sphenoid dengan operasi killian
Non Radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF)
Rhinitis Akut
Definisi
Radang pada mukosa hidung yang
berlangsung akut (< 12 minggu), dapat
disebabkan karena infeksi virus, bakteri,
ataupun iritan.
FaktorPredisposisiRhinitisAkut
Rinitis Corynebacterium diptheriae
Iritan PenyakitExcanthe
FaktorEkstrinsik FaktorIntrinsik
mata
Penatalaksanaan
LOKAL
Tetes hidung sel HCl Ephedrin 1% dalam glucose 5%
– Berfungsi melebarkan cavum nasi, meatus nasi, dan profilaksis terhadap sinusitis
Sinusitis Subakut
Hindari tubuh kedinginan
Sistemik dengan asetosal
- Sebagai analgetik dan antipiretik
- Mempunyai efek Cortison (antiradang) menghilangkan oedema, cara kerja dengan
merangsang korteks adrenal memproduksi cortison
THANK YOU