Anda di halaman 1dari 26

SIFAT BAJA

SIFAT BAJA SEBAGAI


SEBAGAI
BAHAN STRUKTUR
BAHAN STRUKTUR

Bambang Supriyadi

SNI 03 – 1729 – 2000


SIFAT BAJA STRUKTUR
• Mempunyai kekuatan tarik yang sangat
tinggi dan tekan yang cukup tinggi, berkisar
antara 300 – 2000 MPa,
• Sehingga bila dipakai sebagai bahan
struktur akan memberikan:
1. Tampang >>> relatif kecil/ramping
2. Berat struktur >>>menjadi ringan
3. Fondasi >>>menjadi hemat
SNI 03 – 1729 – 2000
• Dibuat dipabrik, sehingga:
bahan >> homogen
mutu >> dapat dipertanggung jawabkan
• Dapat digunakan berulang-ulang
• Mudah diangkut dan disambung
• Mempunyai sifat elastis

SNI 03 – 1729 – 2000


HAL YANG MERUGIKAN
• Perlu pemeliharaan secara rutin, misalnya
dengan di cat
• Lemah pada temperatur tinggi (bila terjadi
kebakaran struktur bisa runtuh meskipun
tegangan yang terjadi masih rendah)
• Bahaya tekuk mudah terjadi pada batang
yang lansing

SNI 03 – 1729 – 2000


DIAGRAM TEGANGAN-
REGANGAN
Tegangan

D
E
B C
A

 
>
Regangan
SNI 03 – 1729 – 2000
ASTM membagi :
- Carbon steels σ1 = 210 – 280 MPa
- High-strength low-alloy steels σ1 = 280 – 490 MPa
- Heat treated carbon and high-strength low steel σ1 = 322-700 MPa
- Heat treated constructional alloy steels σ1 = 630 – 700 MPa

tg  
 Modulus elastis (modulus Young) E : 

E

yang besarnya tak dipengaruhi oleh tegangan leleh.


DIAGRAM TEGANGAN-
REGANGAN berbagai kekuatan baja
Tegangan

D

B C E
A

 
>
Regangan
SNI 03 – 1729 – 2000
5. MATERIAL
5.1 Sifat mekanis baja
Sifat mekanis baja struktural yang digunakan
dalam perencanaan harus memenuhi
persyaratan minimum yang diberikan pada
Tabel 5.3.
5.1.1 Tegangan leleh
Tegangan leleh untuk perencanaan ( f y ) tidak
boleh diambil melebihi nilai yang diberikan
Tabel 5.3.
5.1.2 Tegangan putus
Tegangan putus untuk perencanaan ( f u ) tidak
boleh diambil melebihi nilai yang diberikan
Tabel 5.3.
SNI 03 – 1729 – 2000
Modulus Elastis (E)
• tg = /
• E = /
• Secara umum nilai E baja :
PPBBI : E = 210 GPa
BS : E = 205 GPa
AISC : E = 200 GPa
SNI 03 – 1729 – 2000
Modulus Geser (G)
E
• G=
2 ( 1 + )
• Dengan nilai  = 0,3, sehingga
nilai modulus geser G berkisar
PPBBI/BS/ISC : 81 / 80 /77 GPa

SNI 03 – 1729 – 2000


5.1.1 Sifat-sifat mekanis lainnya
Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural
untuk maksud perencanaan ditetapkan
sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 MPa
Modulus geser : G = 80.000 MPa
Nisbah poisson :  = 0,3
-6 o
Koefisien pemuaian :  = 12 x 10 / C

SNI 03 – 1729 – 2000


PENGARUH PENINGKATAN TEMPERATUR
 
Beban singkat dan temperatur ditingkatkan serupa pada temperature
ruangan dengan beban bertambah, tetapi kurva tegangan-regangan
lebih rendah.
 
Temperatur > 93oC, kurva teg-reg nonlinier
Temperatur 430oC – 540oC, terjadi penurunan maksimum.
 
Kenaikan temperature berpengaruh terhadap :
- Tegangan leleh
- Kuat tarik
- Modulus elastisitas
- Modulus geser
Tetapi tidak pada angka perbandingan Poisson.
Jika beban tarik yang sedikit lebih kecil dari beban batas dibebankan secara konstan
pada baja dengan temperature tinggi yang juga konstan, akan terjadi peristiwa Creep

Jika bebannya tekan :


- Kurva serupa di atas, tetapi tidak terdapat perubahan bentuk meningkat
- Dapat mempercepat terjadinya buckling
TEGANGAN SISA
 
Tegangan yang tertinggal pada batang
struktur setelah proses fabrikasi. Hal
ini dapat disebabkan oleh :
- Pendinginan setelah penggilasan
profil
- Pengerjaan secara dingin
- Pelubangan atau pemotongan
- Pengelasan

Gambar. Berbagai distribusi tegangan sisa


Penentuan tegangan leleh σ1 :
Dalam perencanaan :
Tegangan ijin  Tegangan dasar 
1

1,5

Tabel 1. Tegangan leleh dan dasar menurut PPBBI :

Tegangan leleh Tegangan dasar


Macam Baja σ1 
2 2
kg/cm MPa kg/cm MPa
Bj 33 2000 200 1333 133,3
Bj 34 2100 210 1400 140
Bj 37 2400 240 1600 160
Bj 41 2500 250 1666 166,6
Bj 44 2800 280 1867 186,7
Bj 50 2900 290 1933 193,3
Bj 52 3600 360 2400 240

Keterangan : 1 MPa = 10 kg cm2


Tabel 5.3 Sifat mekanis baja struktural

Tegangan Tegangan
Peregangan
Jenis putus leleh
minimum
Baja minimum, fu minimum, fy
(%)
(MPa) (MPa)
BJ 34 340 210 22

BJ 37 370 240 20

BJ 41 410 250 18

BJ 50 500 290 16

BJ 55 550 410 13

SNI 03 – 1729 – 2000


Konsep Perencanaan Struktur Baja
• Perencanaan elemen struktur baja memerlukan
pemilihan tampang profil baja yang
mampu/kuat menahan beban yang bekerja
secara aman dan ekonomis.
• Ekonomis dimaksudkan memilih berat yang
minimum atau berat terkecil per satuan
panjang, sehingga biaya murah.
• Pertimbangan lain adalah mudah untuk
dilaksanakan/dibangun.
3 Filosofi dasar Perencanaan Struktur Baja

• Allowable Stress Design (ASD) atau disebut


juga “elastic design” atau “working stress
design”
• Plastic Design
• Load and Resistance Factor Design (LRFD)
Allowable Stress Design (ASD)
• Luas tampang profil atau momen inersia profil
yang dipilih mampu menahan beban yang
bekerja sehingga tegangan yang terjadi tidak
melebihi tegangan ijinnya.
• Tegangan ijin baja berada pada daerah elastis
dan lebih kecil dari tegangan lelehnya (Fy)
• Tegangan ijin baja diperoleh dari tegangan leleh
atau tegangan tarik ultimit dibagi faktor aman
Allowable Stress Design (ASD)
• Disebut juga working stress design karena
tegangan dihasilkan dari beban riil yang
bekerja atau applied loads.
• Beban yang bekerja dikenal sebagai service
loads
• Tegangan yang dihasilkan dari beban riil
yang bekerja tidak melebihi tegangan
ijinnya.
Plastic Design
• Berdasar pada pertimbangan kondisi gagal (dalam
arti colapse atau berdeformasi besar/ masuk daerah
plastis),
• elemen dipilih menggunakan kriteria struktur akan
gagal oleh beban yang secara substansi lebih dari
beban kerja (beban dikali load factor)
• Prosedurnya: beban kerja dikalikan load factor
untuk mendapatkan failure load, pilih luas tampang
profil yang mampu menahan failure load tsb. Profil
aman pada beban kerja
LRFD
• Hampir sama plastic design, tetapi selain
beban dikalikan load factor kekuatan batang di
reduced dengan resistance factor, sedemikian
hingga:
Beban x faktor beban < kekuatan x faktor tahanan
Faktor beban > 1, sedang faktor tahanan < 1
• Rumus umumnya:
∑ γi Q i ≤ φ Rn
Faktor Beban
• 1.4D
• 1.2D + 1.6L + 0.5 (Lr or S or R)
• 1.2D + 1.6 (Lr or S or R) + (0.5L or 0.8W)
• 1.2D + 1.3W + 0.5L + 0.5 (Lr or S or R)
• 1.2D ± 1.0E + 0.5L + 0.2S
• 0.9D ± (1.3W or 1.0E)
• D: beban mati, L: beban hidup, Lr: beban hidup atap, W:
beban angin dan E: beban gempa, S:Snow, R:Rain
• (LRFD Steel Design, William T. Segui)
6.2.2 Kombinasi pembebanan
Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka
struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi
pembebanan di bawah ini:
1,4D (6.2-1)
1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) (6.2-2)
1,2D + 1,6 (La atau H) + ( L L atau 0,8W) (6.2-3)
1,2D + 1,3 W+  L L + 0,5 (La atau H) (6.2-4)
1,2D  1,0E +  L L (6.2-5)
0,9D  (1,3Watau 1,0E) (6.2-6)
Keterangan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat
konstruksi permanen, termasuk dinding, lantai,
atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan
layan tetap
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh
penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi tidak
termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan,
dan lain-lain
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan
selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan
material, atau selama penggunaan biasa oleh
orangdanbenda bergerak
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang
diakibatkangenanganair
W adalahbebanangin
E adalah beban gempa, yang ditentukan
menurut SNI 03–1726–1989, ataupenggantinya
dengan,
 L = 0,5 bila L< 5 kPa, dan  L = 1 bila L 5 kPa.
Kekecualian: Faktor beban untuk L di dalam
kombinasi pembebanan pada persamaan 6.2-3, 6.2-
4, dan 6.2-5 harus sama dengan 1,0 untuk garasi
parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan
umum, dan semua daerah di mana beban hidup
lebihbesar daripada 5 kPa.

Anda mungkin juga menyukai