Anda di halaman 1dari 29

INDIKATOR

PELAYANANKESEHATAN
Dalam pemilihan tersebut, WHO menggunakan
kriteria-kriteria berikut ini (WHO, 2006):
Kriteria untuk indikator
• tingkat kepentingan dan relevansi: indikator harus
menggambarkan aspek-aspek yang bermanfaat bagi
penggunanya dan relevan dengan konteks kesehatan saat ini.
Kepentingan tersebut dapat diperjelas dengan adanya
kebijakan nasional ataupun internasional (seperti WHO Health
for All Framework). Indikator klinis harus berfokus pada
kejadian yang memiliki angka prevalensi tinggi (high
prevalence rate) dan memiliki beban berat (high burden).

• berpotensi untuk dapat digunakan (dan disalahgunakan) dan


hasilnya dapat ditindaklanjuti: rumah sakit harus dapat
menindaklanjuti permasalahan yang muncul dari indikator
yang ada. Dengan demikian, rumah sakit harus memiliki
tanggung jawab, kontrol substansial, dan kemampuan untuk
mengimplementasikan strategi untuk peningkatan kinerja.
Kriteria untuk alat ukur

• reliabilitas: Indikator diharapkan memiliki spesifikasi yang detail


dan jelas untuk numerator dan denominatornya. Pengumpulan
data yang seragam mudah dipahami dan mudah untuk
diimplementasikan. Reliabilitas meningkat ketika pengukuran yang
dilakukan hanya sesedikit mungkin bergantung pada penilaian
subyektif. Ini juga termasuk konsep konsistensi internal, stabilitas
test/test ulang, dan kesepahaman antar pengukuran.
• face validity (juga dikenal sebagai akseptabilitas): terdapat
kesepakatan di antara pengguna dan pakar bahwa pengukuran ini
berhubungan dengan dimensi (atau subdimensi) yang akan
dijangkau.
• content validity: model teoritis mendukung bahwa pengukuran ini
berhubungan dengan subdimensi kinerja yang akan dijangkau dan
pengukuran ini menjangkau seluruh domain dan tidak hanya
sebagian aspek spesifik saja.
Kriteria untuk alat ukur

• contruct validity: bukti empiris menunjukkan bahwa pengukuran ini


berhubungan dengan pengukuran kinerja yang lainnya
• beban untuk pengumpulan data: ini termasuk juga pertimbangan
ketersediaan data, biaya, ketepatan waktu sehingga didapatkan
data yang berkualitas, dan derajat kemudahan untuk pengumpulan
data. Indikator (misalnya kejadian sentinel) tidak harus dieksklusi
hanya karena data yang dibutuhkan tidak akurat atau sering hilang.
Justru adanya pengukuran ini dapat dipergunakan sebagai
kesempatan untuk mengidentifikasi dan menanggapi kebutuhan
akan pendidikan dan peningkatan untuk menunjang sistem
informasi yang efektif. Demikian pula untuk indikator yang
berdasarkan data yang dikumpulkan secara manual tidak harus
dieksklusi karena malah dapat menjadi sarana latihan dan belajar
bagi staf dan meningkatkan kualitas pengumpulan data.
Kriteria untuk kumpulan indikator

Face validity: Apakah kumpulan indikator tersebut dapat


diterima oleh para penggunanya?

content validity: Apakah semua dimensi dijangkau dengan


tepat?

construct validity: Bagaimana indikator-indikator tersebut saling


terkait satu dengan yang lainnya? Apakah indikator dari dimensi
yang berbeda saling berhubungan (discrimination criteria)?
Apakah indikator dari dimensi yang sama saling berhubungan
(convergence criteria)?
INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN

Definisi Indikator : Variabel yang membantu kita dalam


mengukur perubahan2 baik secara langsung maupun tidak
langsung (WHO, 1981) Suatu ukuran tidak langsung dari suatu
kejadian atau kondisi (Wilson & Sapanuchart, 1993) Variabel2 yg
mengindikasikan atau memberi petunjuk kpd kita ttg suatu
keadaan tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur
perubahan (Green, 1992)
Manfaat Indikator Memberi gambaran
adanya kemajuan

Sebagai pertanda dalam mencapai tujuan dan sasaran Dapat


menjadi tolok ukur pembanding antar daerah Dapat
memberikan gambaran tentang perbedaan keadaan kesehatan
suatu daerah Memotivasi orang untuk bertindak Membantu
menetapkan prioritas kegiatan
Manfaat Indikator Membantu dalam proses
pengambilan keputusan

Untuk memantau/monitoring program pada berbagai tingkatan


Untuk mengukur pencapaian target/sasaran Untuk melihat
perubahan kecenderungan/ tren pada status kesehatan Menguji
asumsi mengenai strategi dan sasaran yang harus dicapai Untuk
memantau kemajuan pembangunan sosial ekonomi secara
keseluruhan
JENIS INDIKATOR

1. Indikator berbentuk Absolut


Indikator hanya berupa pembilang, yaitu jumlah dari sesuatu
hal/kejadian

2. Indikator berbentuk Proporsi


Indikator yg nilainya dinyatakan dengan persen karena pembilangnya
merupakan bagian dari penyebut.

3. Indikator berbentuk Angka


Indikator yang menunjukkan frekuensi dari suau kejadian selama
waktu (periode) tertentu. Biasanya dinyatakan dalam bentuk per
1000 atau per mil

4. Indikator berbentuk Rasio


Indikator yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari
penyebut.
Indikator yang ideal harus memiliki 4 kriteria, yaitu :
Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur
aspek yang akan dinilai.

Dapat dipercaya (reliable), yaitu mampu menunjukan hasil yang


sama pada saat yang berulangkali, untuk waktu sekarang
maupun yang akan datang.

Sensitif, yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya


tidak perlu banyak.

Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang


jelas, tidak bertumpang tindih
Pelayanan Rawat Jalan Jenis-Jenis Indikator Rumah Sakit

Rata-rata Kunjungan per hari Rata-rata Kunjungan baru per hari

Rasio kunjungan baru dengan total kunjungan Persentase


pelayanan spesialistik

Rasio kunjungan dg tenaga Perawat Rawat Jalan Rasio pasien


rawat jalan dengan penduduk
Pelayanan Rawat Inap Bed Occupancy Rate (BOR)
Bed Turn Over (BTO)
Length of Stay (LOS)
Turn Over Interval (TOI)
Net Death Rate (NDR)
Gross Death Rate (GDR) Presentase kematian 48 jam
Nosokomial Infection Rate
Rasio Hari Perawatan dengan tenaga perawat rawat inap
Rasio pasien rawat inap dengan penduduk
BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur
BOR adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count
days in a period under consideration (Huffman. 1994).
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011). 

Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat


pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan
2011).

Rumus BOR =
(Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur x Jumlah
hari dalam satu periode)) X 100%
AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat
AVLOS adalah the average hospitalization stay of inpatient discharged
during the period under consideration. (Huffman. 1994). AVLOS
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005,
Kementerian Kesehatan 2011). 

Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga


dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Rumus AVLOS =
Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI. 2005,
Kementerian Kesehatan 2011).

Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi


penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI. 2005, Kementerian
Kesehatan 2011).

Rumus TOI =
((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah
pasien keluar (hidup + mati)
BTO (Bed Turn Over) = Angka perputaran tempat tidur
BTO adalah the net effect of changed in occupancy rate and
length of stay (Huffman. 1994). 

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu


periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan
waktu tertentu (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai


40-50 kali (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Rumus BTO =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
NDR (Net Death Rate)
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-
tiap 1000 penderita keluar (Depkes RI. 2005, Kementerian
Kesehatan 2011). Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.

Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang


dari 25 per 1000 (Kementerian Kesehatan 2011).

Rumus NDR =
(Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup +
mati)) X 1000 permil
GDR (Gross Death Rate)
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita


keluar (Kementerian Kesehatan 2011).

Rumus GDR =
( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup +
mati)) X 1000 permil
Pelayanan Gawat Darurat
Jumlah rata-rata pasien Gawat Darurat per hari

Angka kematian pasien Gawat Darurat

Rasio pasien Gawat Darurat dengan tenaga perawat yang


melayani
Pelayanan Intensif (ICU / ICCU)
Rata-rata pasien intensif per hari Angka kematian pasien rawat
intensif Rasio pasien intensif dengan tenaga perawat yang
melayani Rasio pasien intensif yang dirujuk terhadap pasien
rawat intensif
Pelayanan Rujukan Persentase pasien rujukan rawat jalan
Persentase pasien rawat jalan yang dirujuk Persentase pasien
rujukan rawat inap Persentase pasien rawat inap yang dirujuk
Rasio pasien Askes dengan jumlah pasien
Pelayanan Bedah Kamar Bedah

Rata-rata operasi per hari Persentase operasi darurat


Post operatif death rate
Post operatif infection rate
Post operatif length of stay
Anaesthetic death rate
Normal tissue removal rate
Pre operatif length of stay
Rasio HP bedah terhadap tenaga perawat
Pelayanan Persalinan Rata-rata persalinan per hari Maternal
death rate
Perinatal death rate
Sectio caesaria rate
Rasio persalinan dengan tenaga bidan yang melayani
Penunjang Medis Radiologi
Rata-rata pemeriksaan per hari
Persentase pemeriksaan Thorax
Persentase pemeriksaan yang tidak ditemui adanya kelainan
Persentase pemeriksaan dari luar rumah sakit
Rasio pemakaian bahan dengan pemeriksaan
Penunjang Medis Farmasi
Persentase Resep yang dilayani RS terhadap Resep RS
Persentase item obat yang tersedia terhadap item obat dalam
formularium
Penunjang Non-Medis Ambulance Service Banyaknya
pelayanan ambulance
Indeks cost Laundry Rasio banyaknya cucian dg pasien rawat
inap Gizi Persentase penyediaan makanan khusus
Informasi Kesakitan dan Kematian RS
Pola penyakit Penyakit surveilance epidemiologi
Angka kematian per penyakit
Indikator Kinerja RS Umum
Kepuasan pasien Kualitas pelayanan medis
Efisiensi dan produktivitas
Kepuasan pegawai rumah sakit terhadap pekerjaan
Kualitas limbah cair rumah sakit
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai