Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORIS (KATARAK)

Disusun oleh:
Kelompok 10 / Kelas: 5B

1. Siti Aemah (1130018059)


2. Silvia Anggraini (1130018060)
DEFINISI

 Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa


mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
 Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada
anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat
terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
 Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan
dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan
penuaan
ETIOLOGI
 Penyebab utama katarak adalah proses penuaan.
 Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran
melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai
mengalami katarak atau lensa keruh.
 Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi
progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata
nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
 Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen.
MANIFESTASI KLINIS
 Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan
gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
 Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari.
 Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
 Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah
sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki
penglihatan
PATHWAY
TRAUMA DEGENERATIF PERUBAHAN KUMAN

PERUBAHAN SERABUT MATA KERUH JUMLAH PROTEIN

DENSITAS PADA MATA MEMBENTUK MASSA DI MATA

KATARA
K
KATARA
K

PEMBEDAHAN MENGHAMBAT
PENGLIHATAN

PRE OPRASI POST OPRASI

GANGGUAN PERSEPSI
ANSIETAS NYERI SENSORI (PENGLIHATAN)
KOMPLIKASI

 Komplikasi yang terjadi bila katarak dibiarkan maka akan


mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi
berupa Glaukoma dan Uveitis.
 Komplikasi yang dapat muncul pasca operasi tergolong rendah.
 Namun bila operasi katarak atau kekeruhan lensa mengalami
komplikasi, maka mungkin saja terdapat kehilangan penglihatan
sebagian maupun total.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.
 Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
 Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
 Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
 Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
 Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
 Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
 EKG, kolesterol serum, lipid
 Tes toleransi glukosa : kontrol DM
PENATALAKSANAAN
 Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implant
plastik.
 Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat
seluruhnya. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe super
dingin dan kemudian diangkat.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
Terdiri dari 2 macam yakni:
 Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah
membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
 Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius
lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa
menjalani rawat inap.
PENCEGAHAN
 Memeriksa kondisi mata secara rutin
 Melindungi mata dari papran sinar UV
 Menjaga kesehatan tubuh secara umum
 Mengatur pola makan
 Menjaga berat badan ideal
 Hentikan kebiasaan merokok sekarang juga
 Kurangi konsumsi minuman beralkohol
KASUS SEMU
 Ny. W berusia 50th datang ke poli mata RS Cipta Medika dengan keluhan
pusing dan penglihatannya kabur sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu
pasien juga merasa kesulitan untuk melihat dari jarak jauh maupun dekat.
Setelah dilakukan pemeriksaaan pasien didiagnosa katarak dan harus segera
di oprasi. Setelah prosedur oprasi pasien mengatakan nyeri pada daerah
mata, pasien merasa gelisah akan kondisi yang dihadapinya sehingga
kesulitasn tidur. TTV, Suhu : 37ºC , Nadi : 80x/menit, RR : 20x/ menit,
TD : 135 / 90 MmHg
BIODATA

PASIEN PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. W Nama : Tn. F
Umur : 50 th Umur : 56 th
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Alamat : Driyorejo, Gresik
Status Perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tgl masuk RS : 1 Nov 2020
No. Register : 896xxx
 Keluhan utama
Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat dari jarak jauh ataupun dekat.

 Riwayat kesehatan Sekarang


Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu

 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama
seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : tampak gelisah dan 8. Kulit
bingung
- Warna kulit : tidak sianosis
2. Penampilan umum : bersih dan rapi
- Kelembapan : kering
3. Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat :
- Turgor kulit : elastic berkurang
sakit
- Ada/tidaknya edema : ada edema
4. Kesadaran : Composmentis
9. Kepala :
5. BB : 50 kg
- Inspeksi : rambut bersih
6. TB : 155 cm
- Palpasi :tidak Ada benjolan
7. Tanda-tanda vital
- TD : 150/ 110mmHg
- N : 90 x/m
- RR :22 1x/m
- S : 36,5 derajat celcius
10. Mata 12. Hidung dan sinus

- Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak - Fungsi penciuman : baik


pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak - Pembegkakan : tidak ada
Nampak abu-abu atau putih susu. Pada - Perdarahan : tidak ada
inspeksi pada lampu senter, tidak timbul - Kebersihan : bersih
refeksi merah. - Sekret : tidak ada
- Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan 13. Mulut dan tenggokan

- Ukuran pupil : pupil dilatasi - Membran mukosa : kering


- Kebesihan mulut : bersih
- Konjungtiva : anemis
- Keadaan gigi : lengkap
- Sklera : putih - Tanda radang : Lidah
11. Telinga - Trismus :tidak ada
- Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan - Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
pendengaran 14. Leher
- Kebersihan : bersih - Trakea : simetris
- Kelenjar limfe : ada
- Sekret : tidak ada
- Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
15. Thorak/paru 18. Ekstremitas

- Inspeksi : dada simetris dan tidak - Ekstremitas atas : pergerakan normal


menggunakan otot bantu pernafasan - Ekstremitas bawah : pergerakan normal
- Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak ROM :
adanya peningkatan produksi mukus - Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
- Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
16. Jantung 19. Neurologis
- Inspeksi : iktus kordis terlihat - Kesadaran (GCS) :
17. Abdomen - Status mental : penurunan kesadaran
- Inspeksi : simetris - Motorik : kejang

- Auskultasi : peristaltik usus - Sensorik : gangguan pada sistem


penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, gangguanpendengaran
tidak ada ascites
- Refleks fisiologis : mengalami penurunan
terhadap respon stimulus
ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa
1. DS : Gangguan Gangguan
Pasien mengatakan mengalami penglihatan kabur, kesulitan penerimaan Persepsi
melihat dari jarak jauh maupun dekat sensori / status Sensori
DO : organ indra
Pupil berwaran putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa penglihatan
menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat
TTV :
Kesadaran : Cm
Suhu : 37ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
TD : 135 / 90 MmHg
2. DS: Luka pasca Nyeri
Pasien mengatakan nyeri pada daerah sekitar mata oprasi
DO :
Pasien tampak meringis, dan sesekali ingen menyentuh
bagian mata
DIAGNOSA

1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan


penglihatan dibuktikan dengan melihat, bersikap seolah melihat
sesuatu.

2. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan


mengeluh nyeri, tampak meringis, sulit tidur.
INTERVENSI
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Paraf
DX
  Setelah dilakukan intervensi  Minimalisi Rangsangan  
1. selama 2 x 24 jam maka Observasi
gangguan persepsi sensori a. Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan
membaik, dengan kriteria Terapeutik
hasil: a. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori
1. Verbalisasi melihat b. batasi stimulus lingkungan
bayangan 4 (cukup menurun) Edukasi
2. Verbalisasi meraskan a. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus
sesuatu 4 (cukup menurun) Kolaborasi
a. kolaborasi pemberian obat yyang mempengaruhi persepsi stimulus
 
     
2. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
intervensi 2 x 24 jam Obseervasi
maka nyeri menurun, a. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
dengan kririteria hasil : b. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 4 c,. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
(cukup menurun) Terapeutik
2. Meringis 4 (cukup a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
menurun) b. control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Pola tidur 4 (cukup c. Fasilitasi istirahat tidur
membaik) Edukasi
  a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk meredakan nyeri
Terapeutik
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
IMPLEMENTASI
No Hari/Tgl Implementasi
Dx
1 Rabu/ 4 1. Menentukan ketajaman penglihatan, catat apakah 1 atau 2 mata terlibat.
Nov 2020 R/ Pasien kooperatif, hanya 1 mata pasien yang sebelah kiri terlibat
  2. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan setiap orang lain diareanya.
  R/ Pasien kooperatif dan mampu mengenali orang orang disekitarnya
  3. Mengatur cahaya ruangan yang sesuai dengan keadaan pasien
  4. Observasi tanda – tanda vital
  TTV : Suhu : 37ºC
  Nadi : 80x/menit
  RR : 20x/menit
Kamis/ 5 TD : 135 / 90 MmHg
Nov 2020 1. Mengobservasi tentang suram atau kabur penglihatan pasien
R/ Penglihatan sedikit kabur
2. Pendekatan dengan mendorong orang terdekat tinggal dengan pasien
R/ Pasien dan keluarga kooperatif
3. Observasi tanda – tanda vital
TTV : Suhu : 36ºC
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
TD : 120 / 80 MmHg
2 Rabu/ 4 Nov 2020
Kamis/ 5 Nov 2020
1. Observasi tanda – tanda vital
TTV : 1. Observasi tanda – tanda vital
Kesadaran : Cm TTV :
Kesadaran : Cm
Suhu : 37ºC Suhu : 36ºC
Nadi : 80x/menit Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit RR : 18x/menit
TD : 135 / 90 MmHg TD : 120 / 80 MmHg
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
R/ Pasien kooperatif dan dapat berdiskusi R/ Pasien kooperatif dan dapat berdiskusi dengan baik
dengan baik P : Nyeri ketika bergerak
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
P : Nyeri ketika bergerak R : Nyeri pada mata luka oprasi
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk S : 5 /10
R : Nyeri pada mata luka oprasi T : Pasien mengatakan nyeri sudah 3 hari pasca oprasi
S : 7 /10 3. Kolaborasi pemberian analgetik
T : Pasien mengatakan nyeri sudah 2 hari pasca R/ Pasien merasa nyaman
oprasi 4. Menganjurkan pasien untuk mengatur pola napas
3. Kolaborasi pemberian analgetik untuk meredakan nyeri
R/ Pasien merasa nyaman R/ Pasien kooperatif
EVALUASI
NO Hari/ Tgl Evaluasi 2 Kamis/ S : Klien mengatakan nyeri pada area mata  Paraf
Dx 5 Nov sudah berkurang
2020 O : P : Nyeri ketika bergerak
1 Kamis/ 5 S : Klien mengatakan setelah dilakukan Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
Nov 2020 tindakan oprasi matanya sudah dapat R : Nyeri pada mata luka oprasi
melihat walaupun tanpa bantuan kacamata S : 5 /10
katarak T : Pasien mengatakan nyeri sudah 3 hari
O : Klien dapat melihat benda disekitarnya pasca oprasi
TTV : TTV :
Kesadaran : Cm Kesadaran : Cm
Suhu : 36ºC Suhu : 36ºC
Nadi : 80x/menit Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit RR : 18x/menit
TD : 120 / 80 MmHg TD : 120 / 80 MmHg
A : Masalah teratasi A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan P : Intervensi dihentikan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai