Anda di halaman 1dari 29

SENGKETA

KONTRAK KONSTRUKSI

1
Penyelesaian Sengketa
Dasar Yuridis
1. UU No 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi
2. UU No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa

12/11/2020 pudjoko 2
CARA PENYELESAIAN SENGKETA DILUAR
PERADILAN
( PASAL 1 AYAT (10) UU RI NO.30 TAHUN 1999 TENTANG
ARBITRASE )

1. KONSULTASI
2. NEGOSIASI
3. MEDIASI
4. KONSILIASI
5. PENILAIAN AHLI

pudjoko
Konsultasi
Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu
tindakan yang bersifat “personal” antara suatu
pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang
merupakan pihak konsultan yang memberikan
pendapatnya kepada klien sesuai dengan
keperluan dan kebutuhan kliennya. Keputusan
tetap berada di tangan klien.
Negosiasi & Perdamaian
Negosiasi merupakan komunikasi dua arah
yang dirancang untuk mencapai kesepakatan
pada saat kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang sama maupun berbeda.
Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak
yang bersengketa untuk mendiskusikan
penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak
ketiga.
Pasal 6 (2) UU No. 30/1999 dikatakan bahwa
para pihak dapat dan berhak untuk
menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul
diantara mereka, kesepakatan mengenai
penyelesaian tersebut harus dituangkan
dalam bentuk tertulis dengan melakukan
pertemuan langsung antara para pihak yang
bersengketa dengan tenggang waktu
penyelesaian paling lama 14 hari
Negosiasi
– Mekanisme penyelesaian perselisihan atau
sengketa (dispute) dimana kedua belah pihak
bertemu untuk bermusyawarah.
– Negosiasi pada dasarnya adalah mencari jalan
keluar, bukan saling menyalahkan.
– Penyelesaian perselisihan bertujuan untuk saling
menguntungkan atau mengurangi kerugian kedua
belah pihak.
– Negosiasi tidak melibatkan pihak ketiga namun
memerlukan orang yang tepat untuk
bernegosiasi.
– Bila tidak dicapai kesepakatan maka kedua belah
pihak dapat mencoba mekanisme mediasi.
Mediasi
Pasal 6 (3) “atas kesepakatan tertulis para pihak” sengketa atau beda
pendapat diselesaikan melalui bantuan “Seorang atau lebih penasehat
ahli” maupun melalui “Seorang Mediator”.
Mediasi adalah suatu proses alternatif penyelesaian sengketa dimana
pihak ketiga yang dimintakan bantuannya untuk membantu proses
penyelesaian sengketa bersifat pasif dan sama sekali tidak berhak atau
berwenang untuk memberikan suatu masukan, terlebih lagi untuk
memutuskan perselisihan yang terjadi. Jadi mediator hanya berfungsi
sebagai penyambung lidah dari para pihak yang bersengketa.
Mediasi merupakan salah satu bentuk negosiasi antara para pihak yang
bersengketa, yang melibatkan pihak ketiga dengan tujuan membantu
tercapainya penyelesaian yang bersifat kompromistis. Pihak ketiga yang
ditunjuk membantu menyelesaikan sengketa disebut mediator.
 Mediasi mengandung unsur-unsur:
1. proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan;
2. mediator terlibat dan diterima oleh para
pihak yang bersengketa di dalam
perundingan;
3. mediator bertugas membantu para pihak
yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian;
4. tujuan mediasi untuk mencapai atau
menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yang bersengketa
guna mengakhiri sengketa.
Tugas Mediator:
1. bertindak sebagai seorang fasilitator
sehingga terjadi pertukaran informasi
yang dapat dilaksanakan;
2. menemukan dan merumuskan titik-titik
persamaan dari argumentasi para pihak
dan berupaya untuk mengurangi
perbedaan pendapat yang timbul.
MEDIASI DI PENGADILAN

Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 2 Tahun


2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
memberikan definisi sebagai:
– “penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak
dengan dibantu oleh mediator”.
Mediasi dilaksanakan melalui suatu perundingan yang
melibatkan pihak ketiga yang bersikap netral (non
intervensi) dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak-
pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya
oleh pihak-pihak yang bersengketa.
MEDIASI DI PENGADILAN

Pihak ketiga tersebut adalah “mediator” atau


“penengah” yang tugasnya hanya membantu pihak-
pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan
masalahnya dan tidak mempunyai kewenangan untuk
mengambil keputusan.
Dapat dikatakan seorang mediator hanya bertindak
sebagai fasilitator saja.
Melalui mediasi diharapkan dicapai titik temu
penyelesaian masalah atau sengketa yang dihadapi
para pihak, yang selanjutnya dituangkan sebagai
kesepakatan bersama.
Pengambilan keputusan tidak berada di tangan
mediator, tetapi berada di tangan para pihak yang
bersengketa.
UNSUR-UNSUR MEDIASI

Sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.


Adanya pihak ketiga yang bersifat netral yang disebut sebagai
mediator (penengah) terlibat dan diterima oleh para pihak yang
bersengketa dalam perundingan itu.
Mediator tersebut bertugas membantu para pihak yang bersengketa
untuk mencari penyelesaian atas masalah-masalah sengketa.
Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan-
keputusan selama proses perundingan berlangsung.
Mempunyai tujuan untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan
yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri
sengketa.
KEUNTUNGAN MEDIASI

Para pihak yang bersengketa dapat tetap berhubungan


baik. Hal ini sangat baik bagi hubungan bisnis karena
pada dasarnya bertumpu pada good relationship dan
mutual trust
Lebih murah dan cepat
Bersifat rahasia (confidential), sengketa yang timbul
tidak sampai diketahui oleh pihak luar, penting untuk
menjaga reputasi pengusaha karena umumnya tabu
untuk terlibat sengketa
Hasil-hasil memuaskan semua pihak
Kesepakatan-kesepakatan lebih komprehensif
Kesepakatan yang dihasilkan dapat dilaksanakan
Fungsi Mediator

Sebagai katalisator (mendorong suasana yang kondusif).


Sebagai pendidik (memahami kehendak, aspirasi, prosedur kerja,
dan kendala usaha para pihak).
Sebagai penerjemah (harus berusaha menyampaikan dan
merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak yang lain).
Sebagai nara sumber (mendaya gunakan informasi).
Sebagai penyandang berita jelek (para pihak dapat emosional).
Sebagai agen realitas (terus terang dijelaskan bahwa sasarannya
tidak mungkin dicapai melalui suatu proses perundingan).
Sebagai kambing hitam (pihak yang dipersalahkan)
PROSES MEDIASI

Tahap pertama: menciptakan forum.


– Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
– Rapat gabungan.
– Pernyataan pembukaan oleh mediator, dalam hal ini yang
dilakukan adalah:
– mendidik para pihak;
– menentukan pokok-pokok aturan main;
– membina hubungan dan kepercayaan.
– Pernyataan para pihak, dalam hal ini yang dilakukan adalah:
– dengar pendapat (hearing);
– menyampaikan dan klarifikasi informasi;
– cara-cara interaksi.
PROSES MEDIASI

Tahap kedua: mengumpulkan dan membagi-bagi


informasi.
– Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan
mengadakan rapat-rapat terpisah yang bertujuan untuk:
– Mengembangkan informasi selanjutnya;
– Mengetahui lebih dalam keinginan para pihak ;
– Membantu para pihak untuk dapat mengetahui kepentingannya ;
– Mendidik para pihak tentang cara tawar menawar penyelesaian
masalah.
PROSES MEDIASI

Tahap ketiga: pemecahan masalah.


– Dalam tahap ketiga yang dilakukan mediator mengadakan rapat
bersama atau lanjutan rapat terpisah, dengan tujuan untuk:
– Menetapkan agenda.
– Kegiatan pemecahan masalah.
– Menfasilitasi kerja sama.
– Identifikasi dan klarifikasi isu dan masalah.
– Mengembangkan alternatif dan pilihan-pilihan.
– Memperkenalkan pilihan-pilihan tersebut.
– Membantu para pihak untuk mengajukan, menilai dan
memprioritaskan kepentingan-kepentingannya.
PROSES MEDIASI

Tahap keempat: pengambilan keputusan.


– Dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai
berikut:
– Rapat-rapat bersama.
– Melokalisasikan pemecahan masalah dan mengevaluasi
pemecahan masalah.
– Membantu para pihak untuk memperkecil perbedaan-perbedaan.
– Mengkonfirmasi dan klarifikasi kontrak.
PROSES MEDIASI

Tahap keempat: pengambilan keputusan.


– Membantu para pihak untuk memperbandingkan proposal
penyelesaian masalah dengan alternatif di luar kontrak.
– Mendorong para pihak untuk menghasilkan dan menerima
pemecahan masalah.
– Mengusahakan formula pemecahan masalah berdasarkan “win-
win solution” dan tidak ada satu pihakpun yang merasa
kehilangan muka.
– Membantu para pihak untuk mendapatkan pilihannya.
– Membantu para pihak untuk mengingat kembali kontraknya.
Ketrampilan dan Teknik Mediator

– Ketrampilan pengorganisasian perundingan.


– Merencanakan dan menjadwalkan pertemuan.
– Tepat waktu.
– Menyambut kedatangan para pihak dalam perundingan.
– Dll.

– Ketrampilan perundingan.
– Mengarahkan pertemuan.
– Mengingatkan penyelesaian perundingan bukan mediator.
– Menentukan siapa yang memulai pembicaraan.
– Kapan kaukus diasakan dan skorsing.
Ketrampilan dan Teknik Mediator

– Ketrampilan menfasilitasi
Mengubah posisi menjadi isu-isu yang diperlukan.
Mengatasi emosi.
Menghadapi kemungkinan jalan buntu (deadlock).
Melintasi halangan terakhir (the last gap).
– Ketrampilan komunikasi.
Komunikasi verbal.
Mendengar secara efektif.
Membingkai ulang.
Komunikasi non verbal.
Kemampuan bertanya.
Mengulang pertanyaan.
Menyimpulkan.
Membuat catatan.
Empati.
Humor.
Konsiliasi & Perdamaian
 Konsiliasi dalam UU No. 30/1999 adalah suatu
tindakan atau proses untuk mencapai
perdamaian di luar pengadilan, untuk mencegah
dilaksanakannya proses litigasi (peradilan).
Namun bisa juga terjadi di tiap tingkat peradilan
yang sedang berlangsung, baik di dalam
maupun di luar pengadilan, kecuali untuk
sengketa atau hal – hal yang telah di putus dan
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Konsiliator berkewajiban untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai
duduk persoalan dari masalah atau
sengketa yang dihadapi, alternatif
penyelesaian yang terbaik, apa
keuntungan dan kerugian para pihak,
serta akibat hukumnya.
Konsiliator tidak berhak untuk membuat
keputusan (pasif). Keputusan akan
diambil sepenuhnya oleh para pihak
yang dituangkan dalam bentuk
kesepakatan.
Penilaian Ahli

• ( PASAL 1 Ayat (10) UU RI NO.30 TAHUN 1999 Tentang Arbitrase, alternatif


penyelesaian sengketa yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

• UU No 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi masalah sengketa diatur dalam psl
88 Ayat (6) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan dengan membentuk
dewan pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak.

• Anggota dari Dewan Sengketa ini diantaranya adalah penilai Ahli

12/11/2020 25
Penilai Ahli
Penilai Ahli adalah seseorang yang memiliki pengalaman
dibidang penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, memiliki
sertifikat keahlian penilai ahli, bersifat independen, dan selalu
menerapkan moral dan etika profesi penilai ahli serta mampu
memberikan penilaian secara objektif dan professional dalam
hal kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan
(Peraturan LPJK No 3 Tahun 2009 tentang Penilai Ahli Pasal
1 butir 10 )

12/11/2020 26
Persyaratan Penilai Ahli
Pendidikan Minimum S(1) Keteknikan
Memiliki SKA yang diterbitkan LPJK
Pengalaman Manajemen penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi yang terdiri dari tugas dan
tanggung jawab, lama bekerja, variasi teknologi,
jumlah dan besaran proyek terkait
Moral dan persyaratan etika profesi penilai ahli, yang
dibuktikan dengan menandatangani Fakta Integritas
Peningkatan keahlian yang didapat dari pendidikan
dan pelatihan yg dibuktikan dengan sertifikat
12/11/2020 27
Penugasan Penilai Ahli
Pakar konstruksi Dr. Ir Hari G. Suparto, MT (2010) penugasan
penilai ahli ada 2 yaitu tugas yg bersifat pasif dan aktif
Tugas yg bersifat aktif, penilai ahli dapat bertindak sebagai
mediator atau konsiliator atau arbitrator
Tugas yg bersifat pasif, penilai ahli bertindak sebagai
konsultan atau pendapat ahli (penilai ahli akan membuat
analisis atau opini bagi pihak yang membutuhkan)
Pembuatan jalan keluar (win-win solution) bagi pihak yang
bersengketa atau suatu analisis dan keputusan merupakan
produk yang akan dihasilkan oleh penilai ahli

12/11/2020 28
12/11/2020 29

Anda mungkin juga menyukai