Anda di halaman 1dari 39

ANTI HIPERTENSI

PRINSIP PEMILIHAN OBAT – OBAT ANTI


HIPERTENSI

1. Aman
2. Efek samping minimal
3. Ekonomis / murah
4. Mudah pemakaiannya / single dosis
5. Berkerja lama
HIPERTENSI
 HIPERTENSI ADALAH PENINGGIAN YANG ABNORMAL DARI TEKANAN DARAH ATAU
KEADAAN DIMANA TEKANAN DARAH SISTOLIK 140 mmHg ATAU LEB IH DAN TEKANAN
DIASTOLIK 90 mmHg ATAU LEBIH DAN DIUKUR LEBIH DARI SATU KALI KESEMPATAN.
 Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and  Treatment of High Blood
Pressure (JNC) VII MENGKLASIFIKASIKAN TEKANAN DARAH UNTUK USIA 18 TAHUN KE
ATAS MENJADI EMPAT KELOMPOK BERDASARKAN TEKANAN DARAH
SISTOLIK/DIASTOLIK YAITU :
1. NORMAL : TDS < 120 mmHg, TDD < 80 mmHg
2. PREHIPERTENSI : TDS 120 - 139 mmHg, TDD 80 - 89 mmHg
3. HIPERTENSI TAHAP 1 : TDS 140 - 159 mmHg, TDD 90 - 99 mmHg
4. HIPERTENSI TAHAP 2 : TDS > 160 mmHg, TDD > 100 mmHg
Keterangan :
• TDS (Tekanan Darah Sistolik) : tekanan darah yang terjadi saat jantung berkontraksi
• TDD (Tekanan Darah Diastolik) : tekanan yang terjadi saat jantung relaksasi atau saat darah masuk
ke jantung
HIPERTENSI
PERJALANAN PENYAKIT

 AKIBAT LANGSUNG DARI HIPERTENSI AKAN MENGAKIBATKAN KERUSAKAN


PADA PEMBULUH DARAH ARTERI DAN ARTERIOL SEPERTI PADA
ATHEROSKLEROSIS, ARTERIOSKLEROSIS, ANEURYSMA CHARCOT BURCHARD
DAN NEKROSIS FIBRINOID ARTERIAL. NEKROSIS FIBRINOID ARTERIAL DAPAT
DILIHAT PADA RETINA MELALUI PEMERIKSAAN FUNDUSCOPY

 SELAIN ITU JUGA HIPERTENSI DAPAT MENGAKIBATKAN KERUSAKAN PADA


BEBERAPA TARGET ORGAN SEPERTI : JANTUNG (PENYAKIT JANTUNG
HIPERTENSI DAN PENYAKIT JANTUNG KORONER), OTAK (STROKE OLEH
KARENA PERDARAHAN MAUPUN OLEH KARENA SUMBATAN DARI
TROMBOSIS), GINJAL (GAGAL GINJAL) DAN MATA (KERUSAKAN PADA RETINA)
Mekanisme Patofisiologi
Hipertensi
Beberapa Faktor Penyebab Hipertensi

Penyakit Obat

• penyakit ginjal kronis • Kortikosteroid, ACTH


• hiperaldosteronisme primer • Estrogen (biasanya pil KB dg
• penyakit renovaskular kadar estrogen tinggi)
• sindroma Cushing • NSAID, cox-2 inhibitor
• pheochromocytoma • Fenilpropanolamine dan
• koarktasi aorta analog
• penyakit tiroid atau paratiroid • Cyclosporin dan tacrolimus
O Diabetes • Eritropoetin
• Sibutramin
• Antidepresan (terutama
venlafaxine)
ANTI HIPERTENSI

TEMPAT KERJA ANTI HIPERTENSI TERDAPAT PADA :

1. SENTRAL 2. JANTUNG

3. PEMBULUH DARAH
4. GINJAL
Beberapa istilah obat anti
hipertensi
Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor:
obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi dengan mencegah
tubuh membuat hormone angiotensin II –hormon ini menyebabkan
pembuluh darah menyempit, yang dapat menaikkantekanan
darah. ACE inhibitor membiarkan pembuluh darah melebar
danmembiarkan lebih banyak darah mengalir ke jantung, sehingga
menurunkan tekanan darah.
Obat-obat ini juga digunakan untuk mengobati gagal jantung
kongestif, untuk melindungi ginjal pada pasien dengan diabetes,
dan untuk mengobati pasien yang telah terkena serangan jantung.
Dapat juga digunakan untuk membantu mencegah serangan
jantung dan stroke pada pasien dengan resiko tinggi.
Beta-blocker (penyekat beta)
Salah satu obat yang digunakan untuk mengobati
hipertensi, nyeri dada, dan detak jantung yang
tidak teratur, dan membantu mencegah serangan
jantung berikutnya. Penyekat beta bekerja dengan
memblok efek adrenalin pada berbagai bagian
tubuh. Bekerja pada jantung untuk meringankan
stress sehingga jantung memerlukan lebih sedikit
darah dan oksigen meringankan kerja jantung
sehingga menurunkan tekanan darah.
Contoh : Propranolo; Atenolol: Metoprolol;
Lobetolol
Calcium channel blocker = CCB
(Antagonis kalsium):
obat penurun tekanan darah yang
memperlambat pergerakan kalsium ke dalam
sel jantung dan dinding arteri (pembuluh darah
yang ,membawa darah dari jantung ke jaringan)
– sehingga arteri menjadi relax dan
menurunkan tekanan dan aliran darah di
jantung.
Diuretik:
salah satu obat yang digunakan untuk
mengobati hipertensi
Diuretik bekerja pada ginjal untuk
mengeluarkan kelebihan garam dari darah.
Hal ini menaikkan aliran urin dan keinginan
untuk urinasi, sehingga menurunkan jumlah air
dalam tubuh – membantu menurunkan tekanan
darah.
ANTI HIPERTENSI
PILIHAN UTAMA DALAM PEMBERIAN OBAT ANTI HIPERTENSI ADALAH
MELALUI:

 PENDEKATAN TRADISIONAL : YANG DILAKUKAN MELALUI TAHAPAN TERAPI (STAP


CARE) YAITU DIAWALI DENGAN LANGKAH I, SELANJUTNYA LANGKAH II DAN LANGKAH
III.
1. LANGKAH I MELIPUTI PEMBERIAN OBAT β - BLOKER DAN DURETIK TIAZIDE,
2. LANGKAH SELANJUTNYA (LANGKAH II) ADALAH PEMBERIAN OBAT KOMBINASI, DAN JIKA TERJADI
RESISTENSI MAKA MASUK KE
3. LANGKAH III YAITU PEMBERIAN VASODILATOR.

 PENDEKATAN TERAPI SEKARANG: TERAPI SEKARANG ADALAH Ca-ANTAGONIST DAN


ACE-INHIBITOR TERMASUK DALAM LANGKAH I. ADAPUN OBAT-OBAT ANTI HIPERTENSI
YANG TERMASUK DALAM LANGKAH I ADALAH :TIAZIDE, B BLOKER, CA CHANNEL
BLOKER, ACE INHIBITOR, ALFA BLOKER DAN OBAT2 YANG BEKERJA SENTRAL
ANTI HIPERTENSI
LANGKAH I :

1. DIURETIK TIAZIDE
Diuretik golongan Tiazide sebaiknya diberikan pada : usia tua, kulit hitam
dan penderita gagal jantung ringan. Cegah pemberiannya pada penderita DM
(maturity onset) dan hiperuricemia.
Cara kerja adalah dengan meningkatkan ekresi dari volume Natrium dan air
di renal, juga bekerja langsung pada otot polos vaskuler yang menyebabkan
tonus vaskuler menurun, kedua hal diatas akan menyebabkan turunnya
tekanan darah.
Keuntungan pemberian diuretik golongan ini adalah : murah, efektif yaitu
mudah pemakaiannya 1 x / hari, absorbsi diusus baik dan diekresikan di
ginjal..
Dosis yang dianjurkan adalah: untuk Kholorotiazid : 250 – 1500 mg/hari dan
Hidrokhozortiazide : 25 – 150 mg/hari.
Efek samping yang ditimbulkannya antara lain : hipokalemia, hiperuricemia,
hiperglikemia, impotensi, rash dan discrashia darah
ANTI HIPERTENSI
 OBAT-OBAT DIURETIK LAIN YANG
UMUM DIGUNAKAN :
1. DIURETIK HEMAT KALIUM
OBAT YANG LEMAH JIKA DIGUNAKAN TUNGGAL.
DAPAT MENGATASI KEKURANGAN KALIUM DAN
NATRIUM
2. DIURETIK KUAT
TERMASUK DIURETIK HEMAT KALIUM TETAPI
LEBIH BERPOTENSI SEBAGAI ANTI HIPERTENSI
DENGAN AKSI YANG LAMA
ANTI HIPERTENSI
BEBERAPA SEDIAAN DIURETIK YANG
BEREDAR

No ZAT AKTIF NAMA SEDIAAN YANG BEREDAR


1 BENDROFLUAZID CORDIZIDE
2 KLORTALIDON HYGROTON, TENORET, TENORETIC
3 HIDROKLORTIAZIDE HIDROKLORTIAZIDE
4 INDAPAMID NATRILIX
5 METOLAZON ZAROLOXOLYN
6 XIPAMID DIURESAN
7 FUROSEMID FUROSEMID, FARSIX, FUROSIX, LASIX, DLL
8 BUMETANID BURINEX
9 AMILORID HCl AMILORID HCl, PURITRID
ANTI HIPERTENSI
2. β - BLOKERS
 Golongan β bloker sebaiknya diberikan pada penderita yang berusia muda, penderita
angina, bukan perokok, penderita infark miokard akut dan penderita yang anxious
(hiperaktif). Cegah pemberian β bloker pada penderita asthma, gagal jantung, blok
jantung, penyakit pembuluh darah perifer dan penderita Brittle IDDM (IDDM yang
tidak terkontrol).
 Cara kerjanya adalah kompetitif menghambat kerja ketekolamin pada β adrenoceptor
dan cara kerja lainnya dengan menghambat masing – masing β1 reseptor (HR dan
kontraktiliti) dan β2 recestor (vaskuler dan otot polos bronchial) Mekanisme
kerjanya paling utama adalah block β1 reseptor dan kardioselektif. Absorbsinya baik
dan terbanyak di usus juga diabsorbsi di liver dan ginjal.
 Efek samping β bloker adalah broncospasma, fatigue atau kelelahan, bradikardi, vivid
dream (mimpi buruk), hiperlipidemia, hiperglikemia, hiperuricemia dan ekstremitas
(tangan dan kaki) dingin.
 Dosis yang dianjurkan adalah: Propanolol dimulai dengan dosis: 10 – 20 mg 2 x /
hari, dilanjutkan dosis maintenance : 80 mg (2 x /hari) dan dosis maksimum : 320 mg
(2 x / hari). Metoprolol dimulai dengan dosis: 50 ( 2x /hari), dilanjutkan dengan dosis
maintannce : 100 ( 2 x/hari) dan dosis maksimum : 200 (2 x /H)
ANTI HIPERTENSI
 OBAT-OBAT β – BLOCKER YANG LAIN:

1. ATENOLOL, BETAXOLOL, BISOPROLOL, METOPROLOL


MERUPAKAN KARDIOSELEKTIF, DAPAT MENGIKAT BAIK PADA RESEPTOR β1
DARIPADA β2 SEHINGGA KURANG MERANGSANG BRONKHOSPASMUS DAN
VASOKONTRIKSI DAPAT DIHILANGKAN JIKA DOSIS DITINGKATKAN
2. ACEBUTOLOL, CARTEOLOL, PENBUTOLOL DAN PINDOLOL
3. ATENOLOL DAN NADOLOL
ANTI HIPERTENSI
LANGKAH II
INHIBITOR ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME (ACE)
 Cara kerjanya adalah : dengan cara menghambat kerja Angio Converting
Enzym. Angio Converting Enzym berperan dalam Converting angiotensin I
menjadi angiotensin II. Angiotensin II akan mengakibatkan terjadinya
vasokonstriktor + merangsang sekresi aldosteron. Jadi ACE Inhibitor akan
mengakibatkan vasodilatasi dan terhambatnya sekresi aldosteron. Mekanisme
lain dari ACE Inhibitor adalah melalui break down bradykinin yang akan
mengakibatkan vasodilatasi. Tekanan darah yang menurun akan mencegah
reabsorbsi sodium oleh aldosteron.
 Indikasi : Dapat diberikan pada pada penderita dengan gagal jantung, penyakit
pembuluh darah perifer (hati – hati pemberian dengan diuretik). Hati–hati juga
pemberiannya pada penderita gagal ginjal terutama yang telah mendapat
diuretik potassium sparing (Aldacton) dan NSAID.
 Kontra Indikasi : Cegah pemberian ACE Inhibitor pada penderita stenosis arteri
renalis bilateral. Efek sampingnya dapat berupa: gangguan pengecapan, batuk ,
hipotensi pada vol deplesi, rashes, neutropenia, proteinuria dan angioneurotic
odema.
 Jenis ACE Inhibitor adalah: Captopril, Enalapril dll. Dosis dan cara
pemakaiannya adalah untuk orang tua, penderita gagal ginjal dan pasien yang
menggunakan diuretik: Captopril 2 x 12,5 mg /hari , Enalapril : 1 x 2,5 – 5 mg /
hari dan doss dapat dinaikkan secara gradual. Dosis untuk fungsi ginjal normal
adalah 150 mg /Hari untuk Captopril dan 40 mg / hari untuk Enalapril
ANTI HIPERTENSI
BEBERAPA SEDIAAN INHIBITOR ACE YANG BEREDAR

No ZAT AKTIF NAMA SEDIAAN YANG BEREDAR


1 KAPTOPRIL KAPTOPRIL, CAPOTEN, VAPRIL, DLL
2 BENAZEPRIL CIBASEN
3 ENLAPRIL MALEAT ENLAPRIL MALEAT, TENACE, RENIVACE, DLL
4 LISINOPRIL ZESTRIL, INTERPRIL, TENSINOP
5 KUINAPRIL ACCUPRIL
6 FOSINOPRIL ACENOR M
7 PERINDOPRIL PREXUM
8 RAMIPRIL TRIATEC
9 SILAZAPRIL INHIBACE
ANTI HIPERTENSI
CALCIUM ANTAGONIST

 Anti hipertensi golongan Calsium Antagonist sebaiknya diberikan pada mereka yang :
menderita asthma, angina dan penyakit pembuluh darah perifer. Cegah pemberian
verapamil, dilitiazem pada penderita blok jantung. Hati-hati pemberiannya pada penderita
yang menggunakan digoksin dan β bloker
 Efek samping yang mungkin timbul adalah : flushing, sakit kepala, swelling ankle dan
hiperplasia gusi / gigi .
 Cara kerjanya adalah dengan menghambat transport calsium cannel pada sel membran,
yang berguna untuk kerja potensial aksi dan kontraksi otot, sehingga penghambatan
tersebut akan menurunkan TD dengan cara vasodilatasi
 Jenis – jenis dari Calsium Antagonist adalah Nifedipine, Verapamil dan Dilitiazem.
Mekanisme kerja ketiga obat diatas berbeda yaitu untuk Nifedipin adalah melalui Cardiac
conducting tissue (memperlambat penghantaran antrionodal di jantung), Verapamil melalui
cardiac muscle (mengurangi kontraktilitas) dan Diltiazem pada pembuluh darah otot polos
(vasodilatasi perifer). Dosis yang dianjurkan adalah: Nifedipin : 10 – 20 mg (3 -4 x /hari),
Verapamil: 160 mg (3 x /hari)
ANTI HIPERTENSI
PENGHAMBAT RESEPTOR ANGIOSTENSIN II

OBAT INI DIPILIH SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF, KARENA TIDAK MENIMBULKAN EFEK SAMPING BATUK
YANG SANGAT MENGGANGGU AKIBAT MEMINUM ACE INHIBITOR
MEKANISME KERJA : MENGHAMBAT TERJADINYA IKATAN ANTARA ANGIOSTENSIN II DAN RESEPTORNYA
YANG DAPAT MENYEBABKAN VASOKONTRIKSI, PELEPASAN ALDOSTERON, AKTIVASI SIMPATETIK,
PELEPASAN HORMON ANTIDIURETIK, DAN KONTAKSI ARTERIOL EFEREN GLOMERULUS DAN TIDAK
MEMECAH BRADIKININ SEHINGGA EFEK SAMPING BATUK DAPAT DIHINDARI.
EFEK SAMPING : DAPAT MENGAKIBATKAN INSUFISIENSI GINJAL DAN HIPERKALEMIA, PUSING (7%), LELAH
(19%), FATIGUE (3%), SAKIT KEPALA, VERTIGO (1%), DIARE (5%), NYERI PERUT (2%), MUAL (1%),
NEUTROPENIA (2%), HIPOTENSI (5%).
KONTRA INDIKASI : HAMIL DAN LAKTASI, KERUSAKAN HATI YANG BERAT
RESIKO KHUSUS : PADA WANITA HAMIL : BERBAHAYA PADA TRIMESTER KE 2 DAN 3 DAN DAPAT
MENYEBABKAN KEMATIAN JANIN, PADA GAGAL GINJAL OBAT INI HARUS DIGUNAKAN SECARA HATI-HATI,
FUNGSI GINJAL DAN KONSENTRASI KALIUM HARUS SELALU DIMONITOR KHUSUSNYA PENGGUNAAN PADA
PASIEN LANJUT USIA. DAN JUGA PERLU PENYESUAIAN DOSIS.
PADA KELAINAN HEPAR OBAT INI HARUS DIGUNAKAN SECARA HATI-HATI KARENA DAPAT MENINGKATKAN
EFEK OBAT. HAL INI DISEBABKAN KARENA ELIMINASI YANG LAMA, SEHINGGA PENGGUNAAN PADA
KELAINAN HEPAR HARUS DILAKUKAN PENYESUAIAN DOSIS
ANTI HIPERTENSI
 BEBERAPA SEDIAAN PENGHAMBAT RESEPTOR
ANGIOSTENSIN II YANG BEREDAR

N NAMA SEDIAAN YANG


ZAT AKTIF
o BEREDAR

1 LOSARTAN ACETENSA, COZAAR, INSAAR

APROVEL, BLOPRESS,
2 VALSARTAN
DIOVAN
ANTI HIPERTENSI
ANTAGONIS α - PUSAT2

YAITU :

CLONIDINE, GUANABENZ, GUANFACINE DAN METHYLDOPA

DAPAT MENURUNKAN TEKANAN DARAH DENGAN CARA MENSTIMULASI


RESEPTOR α2 ADRENERGIK DI OTAK

EFEK SAMPING :
• SEDASI DAN MULUT KERING YANG DAPAT DIHILANGKAN DENGAN PEMBERIAN
DOSIS RENDAH KRONIK
• DAPAT JUGA MENIMBULKAN DEPRESI
• PENGHENTIAN YANG MENDADAK DAPAT MENIMBULKAN HIPERTENSI
KEMBALI
ANTI HIPERTENSI
 BEBERAPA SEDIAAN PENGHAMBAT
RESEPTOR α2 - PUSAT YANG BEREDAR

N NAMA SEDIAAN YANG


ZAT AKTIF
o BEREDAR
CLONIDIN, CATAPRESS,
1 KLONIDIN
DIXARIT
DOPAMET, MEDOPA,
2 METILDOPA
TENSIPAS, DLL
ANTI HIPERTENSI
LANGKAH III

MERUPAKAN PILIHAN BERIKUTNYA PENGOBATAN HIPERTENSI


PENGHAMBAT RESEPTOR α (VASODILATOR) 1

 Golongan α Blocker seperti PRAZOSIN,TERAZOSIN DAN DOXAZOSIN mempunyai cara kerja


sebagai berikut yaitu antagonis (menghambat) perangsangan vascular α-1 reseptor, dilatasi
arterol & vena, penurunan irama jantung / takhikardi (-).
 Dosis dan cara pemakaiannya adalah : Dosis awal harus rendah untuk mencegah terjadinya
sinkope, 0.5 mg malam hari mau tidur, naikkan perlahan-lahan sampai dengan dosis maksimum
30 mg dengan pemberian 2 – 3 x / hari
 Indikasi pemberian α Blocker adalah : penderita asthma, penyakit pembuluh darah perifer dan
gagal jantung. Efek samping obat ini adalah sinkope pada pemberian dosis awal, sedasi, retensiu
cairan dan mulut kering.

EFEK SAMPING

Pusing, pingsan sesaat, palpitasi yang dapat dihindari dengan cara pemberian dosis awal dan
diikuti dengan peningkatan dosis awal pada saat akan tidur
ANTI HIPERTENSI
 BEBERAPA SEDIAAN PENGHAMBAT
RESEPTOR α1 YANG BEREDAR

N NAMA SEDIAAN YANG


ZAT AKTIF
o BEREDAR

1 PRAZOSIN HYPERAL, MINIPRESS

2 DOKSAZOSIN CARDURA, KALTENSIF


ANTI HIPERTENSI
OBAT-OBAT HIPERTENSI PADA PASIEN SPESIFIK

DIURETIK β-B ACEI CA α-A

GAGAL JANTUNG √ X √ X -

ANGINA - √ - √ X

LANSIA √ - - √ √

DIABETES X X √ √ √

BRONKHOSPASME - X X √ -
ANTI HIPERTENSI
OBAT-OBAT HIPERTENSI PADA PASIEN SPESIFIK

KONDISI PASIEN ANJURAN HINDARI


Gangguan ginjal ACEI, ARB, Loop diuretik, Diuretik hemat kalium,
Ca-antag,  agonis , tiazid
minoksidil, hydralazine
Takikardia  agonis, BB, verapamil, Nifedipin, hydralazine,
diltiazem minoksidil

Gout  agonis Diuretik, ACEI


Hiperlipidemia  bloker, ACEI, Ca-antag BB, diuretik
Hipertensi pada Kehamilan
Obat antihipertensi digunakan sebelum induksi melahirkan
bila tekanan darah diastolic >105 atau 110 mmHg, dengan
target 95 – 105 mmHg. Hidralazine intravena umumnya
digunakan, dan intravena labetalol juga efektif. Nifedipine
short acting juga digunakan tetapi tidak disetujui oleh FDA
untuk hipertensi, karena efek samping terhadap fetus dan
ibu (hipotensi dengan fetal distress) telah dilaporkan.
Banyak obat dapat digunakan untuk mengobati hipertensi
kronis pada perempua, hamil (tabel 6). Metildopa adalah obat
pilihan.
Data menunjukkan kalau aliran darah uteroplacenta dan
hemodinamik fetus stabil dengan metildopa. Dan dianggap
sangat aman berdasarkan data follow-up jangka panjang (7,5
tahun).
Penyekat beta, labetalol, dan antagonis kalsium dapat
digunakan sebagai alternative.

ACE inhibtor dan ARB adalah absolute kontraindikasi.


Anti Hipertensi pada Kehamilan
Obat Keterangan
Metildopa Obat yang disukai berdasarkan data follow-up jangka
panjang dan keamanan
Beta Bloker (Atenolol, Aman secara umum, tetapi cacat pertumbuhan dalam
metoprolol dan oxprenolol) uterus (intrauterine growth retardation) telah
dilaporkan. Propranolol dapat meningkatkan kontraksi
uterus dan broncospasme.
Labetolol Lebih disukai dari metildopa karena efek samping
lebih sedikit
Klonidin Data yang tersedia terbatas
Antagonis Calsium (diltiazem, Data yang tersedia terbatas, tidak terlihat
nifedipin, amlodipin) meningkatnya teratogenisitas dengan penggunaan
Diuretik Bukan obat pilihan utama tetapi kemungkinan aman
dengan dosis kecil
ACEI dan ARB Kontraindikasi; teratogenisitas major dilaporkan
dengan
penggunaannya (toksisitas ke fetus dan kematian)
Metildopa
 Bekerja sentral dalam batang otak untuk
melawan nkerja adrenalin, nor adrenalin
dan dopamin
 Dosis oral 250; 2-3 kali sehari
 ESO : Udema; sedasi, mual, tremor,
depresi, hepatotoksik dll
 Dgn garam besi mengurangi efek
metildopa
Labetolol
 Lebih toleran dibanding metildopa
 Obat pilihan jika kontraindikasi terhadap
metildopa
 ESO: bradikardi, blok jantung (KI pada wamil
dg riwayat penyakit kardiovaskuler)astma dll.
 Dosis : 50 mg sekali sehari atau 25 mg 2x
sehari dengan makanan
Hidralazin
 Mrpkan obat hipertensi emergensi
 Merupakan vasodilator yang poten dan dapat
menurunkan TD dengan cepat dlm kisaran
waktu 10-20 menit sehingga beresiko terjadinya
kolaps kardiovaskuler.
 Dosis awal 25 mg maks 100 mg
hindari pemberian pada trimester pertama dan
kedua kehamilan
pemberian IV hanya untuk keadaan darurat.
 ESO : retensi cairan;sakit kepala, takikardi
Terapi Kombinasi
Rasional kombinasi obat antihipertensi:
Ada 6 alasan mengapa pengobatan kombinasi pada
hipertensi dianjurkan
1. Mempunyai efek aditif
2. Mempunyai efek sinergisme
3. Mempunyai sifat saling mengisi
4. Penurunan efek samping masing-masing obat
5. Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organ
target tertentu
6. Adanya “fixed dose combination” akan meningkatkan
kepatuhan pasien
(adherence)
Fixed-dose combination yang paling efektif adalah
sebagai berikut:
1. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI)
dengan diuretik
2. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan
diuretik
3. Penyekat beta dengan diuretik
4. Diuretik dengan agen penahan kalium
5. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI)
dengan antagonis kalsium
6. Agonis α-2 dengan diuretik
7. Penyekat α-1 dengan diuretic
Menurut European Society of Hypertension 2003,
kombinasi dua obat untukhipertensi
ANTI HIPERTENSI
PENYEBAB KEGAGALAN TERAPI HIPERTENSI :

1. KETIDAKPATUHAN PASIEN
 BIAYA PENGOBATAN
 INSTRUKSI TIDAK JELAS
 KARENA EFEK SAMPING OBAT
 FREKUENSI PEMBERIAN YANG TIDAK PRAKTIS

2. OBATNYA SENDIRI
 DOSIS OBAT YANG TERLALU RENDAH
 KOMBINASI OBAT YANG TIDAK COCOK
 TERJADINYA TOLERANSI
 ADANYA INTERAKSI DENGAN OBAT LAIN
ANTI HIPERTENSI
KESIMPULAN :

1. TUJUAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN ANTI HIPERTENSI

ADALAH : MENJAGA TEKANAN DARAH ARTERI DI BAWAH 140/90 mmHg


UNTUK MENCEGAH MORBIDITAS DAN MORTALITAS
KARDIOVASKULAR

2. UNTUK TERAPI HIPERTENSI TERBAGI ATAS DUA CARA : TERAPI


FARMAKOLOGI DAN TERAPI NON FARMAKOLOGI
{TERIMA} {KASIH}

Anda mungkin juga menyukai