Anda di halaman 1dari 29

REFARAT

ANEMIA
Nama : Vincent Alexander

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
PENDAHULUAN
Anemia adalah berkurangnya nilai hemoglobin dari batas sesuai
usianya. Menurut WHO nilai normal Hb pada anak:
● Pada anak usia 6 bulan-5 tahun adalah >11 gr/dL
● Pada anak usia 5-11 tahun adalah >11,5 gr/dL
● Pada anak lebih dari 12 tahun adalah >12 gr/dL.

Hemoglobin merupakan salah satu komponen dalam sel darah


merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh
• Survei Nasional di Indonesia 1992: 56% anak di bawah umur 5
tahun menderita anemia, pada survei tahun 1995 ditemukan 41%
anak di bawah 5 tahun dan 24- 35% dari anak sekolah menderita
anemia.

• Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan


28,1% anak usia 12-59 tahun menderita anemia dan 26,4% anak
usia 5-14 tahun menderita anemia.
• Dalam praktek klinis dalam mendiagnosis anemia, pendekatannya
harus dimulai dari dimulainya anamnesis dan pemeriksaan fisik
dan kemudian dengan bantuan dukungan laboratorium.
ISI

1. Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong
(depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang.

Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi zat besi yang


paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi,
konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan
konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun.
Etiologi (IDAI 2018)
• Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis
Pertumbuhan
Menstruasi
• Kurangnya besi yang diserap
Input besi yang tidak adekuat
Malabsorpsi besi
• Perdarahan
• Transfusi feto-maternal
• Hemoglobinuria
• Iatrogenic blood loss
• Latihan yang berlebihan
Penyebab anemia def. besi menurut umur:
1. Bayi <1 tahun
2. Anak umur 1-2 tahun
3. Anak umur 2-5 tahun
4. Anak umur >5 tahun- masa remaja
5. Usia remaja-dewasa
Patofisiologi

1. Negative Iron Balance


Iron depletion - <Feritin
2. Poor Eritropoesis
Iron def, eritropoesis - <Feritin, >TIBC, <SI
3. Iron def. anemia
<RBC, mikrositer, hiprokromik
ISI

2. Anemia Megaloblastik
Anemia makrositik yang ditandai dengan peningkatan ukuran sel darah
merah yang disebabkan oleh hematopoiesis yang abnormal dengan
karakteristik dismaturasi nucleus. Sel terutama yang terkana adalah
sel yang pertukarannya (turn over) cepat, terutama precursor
hematopoetik dan sel epitel gastro-intestinal.
Etiologi
A. Defisiensi asam folat
• Nutrisi dan asupan yang kurang
• Gangguan absorpsi (kongenital dan didapat)
• Gangguan metabolism asam folat (kongenital dan didapat)
• Peningkatan ekskresi: dialysis kronis, penyakit hati, penyakit jantung
B. Defisiensi vitamin B12
• Nutrisi dan asupan yang kurang
• Gangguan absorpsi: kegagalan sekresi faktor intrinsic, kegagalan absorpsi di
usus kecil
• Gangguan transport vitamin B12 (kongenital dan didapat)
• Gangguan metabolism vitamin B12
C. Lain-lain:
• Gangguan sintesis DNA kongenital
• Gangguan sintesis DNA didapat 
PATOFISIOLOGI

Jalur metabolisme asam folat dan vitamin B12 dalam sintesis DNA
ISI

3. Anemia Hemolitik
Kerusakan sel eritrosit yang lebih awal. Bila tingkat kerusakan lebih
cepat dari kapasitas sumsum tulang yang memproduksi sel eritrosit
maka akan menimbulkan anemia.
A. Anemia Hemolitik Autoimun
B. Anemia Hemolitik Defek Membran
(i). Sferositosis Herediter
(ii). Eliptositosis Herediter
ISI

4. Anemia Penyakit Kronis


Anemia penyakit kronis (APK) dapat terjadi pada semua usia terutama
mereka yang memiliki penyakit kronis. Penyebab APK belum diketahui
dengan pasti namun beberapa penyebab APK yang mungkin antara
lain peradangan kronis, infeksi kronis, trauma dan penyakit keganasan.
ISI
ISI
Central nervous system Immune system
 Debilitating fatigue  Impaired T-cell and
 Dizziness, vertigo macrophage function
 Depression
 Impaired cognitive function Cardiorespiratory system
 Exertional dyspnoea
 Tachycardia, palpitations
Gastro-intestinal system  Cardiac enlargement,
 Anorexia hypertrophy
 Nausea  Increased pulse pressure,
systolic ejection murmur
 Risk of life-threatening cardiac
Vascular system
 Low skin temperature failure
 Pallor of skin, mucous
Genital tract
membranes and conjunctivae  Menstrual problems
 Loss of libido
Diagnosis Anemia

1.
History Taking
- Gejala anemia (Akut vs. Kronis)
- Tingkat keparahan gejala serebral dan peredaran darah relatif terhadap tingkat keparahan
anemia.
- Kemungkinan kehilangan darah kronis (GI, Ginekologi).
- Adanya gejala neurologis
- Terapi anemia sebelumnya.
- Penggunaan obat lain dan paparan racun.
- Riwayat diet.
- Riwayat keluarga.
- Riwayat sosial
- Penyakit yang mendasari
- Pengaruh gejala (Quality of Life)
Diagnosis Anemia

2. Presentasi klinis dan Pemeriksaan Fisik


• Temuan umum meliputi:
– Kulit palor (pucat)
– Hepato atau splenomegali
– Kelainan Jantung
•Temuan khusus yang dapat membantu menetapkan
penyebab yang mendasari:
– Pada defisiensi vitamin B12 atau asam folat
kemungkinan terdapat tanda-tanda malnutrisi dan
perubahan neurologis
– Pada defisiensi zat besi kemungkinan terdapat pucat
yang parah, lidah yang licin dan adanya jarring-jarring
esofagus
– Pada anemia hemolitik kemungkinan terdapat jaundice
karena peningkatan kadar bilirubin akibat kerusakan sel
darah merah.
Diagnosis Anemia
3. Laboratory Investigations
 Tes inisial:
- CBC (Hb, RBC, RDW, WBC, Platelets)
- Perhitungan retikulosit
- Pemriksaan darah tepi

 Tes spesifik:
- Pemeriksaan kadar besi (ferritin, profil besi).
- Kadar Vitamin B12 and Folate.
- Elektroforesis Hemoglobin
- Tes Fungsi Ginjal
- Tes Fungsi Hati
- Pemeriksaan sumsum tulang
Kriteria Diagnosis ADB menurut WHO

• Kadar Hb kurang dari normal


• Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata <31% (N : 32-35%)
• Kadar Fe serum <50 ug/ dL (N : 80-180 ug/dL)
• Saturasi transferin <15% (N : 20-50%)
Anemia Megaloblastik

• Kadar Hb kurang dari normal


• MCV >100 fl
• Kadar Vitamin B12 serum <200 pg/nL (N: 300-900)
• Kadar As. Folat serum <4 ng/mL (N: 6-20)
Anemia Hemolitik

• Kadar Hb 3-9 g/dL


• Retikulosit meningkat 6-29%
• Hiperbilirubin
• MCV normal, MCHC meningkat
• Coomb test (+)
Anemia Penyakit Kronis
• Kadar Hb kurang dari normal
• MCHC <31 g/dL
• MCV <80 fL
• Retikulosit normal/sedikit meningkat
Tatalaksana
1. Pemberian preparat besi per oral
● Preparat yang tersedia berupa ferous glukonat, fumarat, suksinat dan sulfat.
● Ferosulfat sering dipakai karena harganya lebih murah.
● Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop).
● Pengobatan dosis besi yang dipakai 3-5 mg besi elemental/KgBB/2-3x
● Preparat besi dapat diberikan selama 2-3 bulan setelah kadar Hb normal.
Tatalaksana
2. Pemberian preparat besi parenteral
● Diberikan secara intramuskular dapat menimbulkan rasa sakit dan mahal
● Respons pengobatan mula-mula tampak pada perbaikan besi intraselular dalam waktu
12-24 jam.
● Untuk menghindari adanya kelebihan besi maka jangka waktu terapi tidak boleh lebih
dari 5 bulan.
● Kemampuan untuk menaikan kadar Hb tidak lebih baik dibanding per oral.
● Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi, larutan ini mengandung 50 mg
besi/mL.
Tatalaksana
Dosis dan Lama Pemberian Suplementasi Besi
Usia (tahun) Dosis Besi Elemental Lama Pemberian

Bayi : BBLR <2500 gr 3 mg/KgBB/hari Usia 1 bulan samapai 2 tahun

Bayi cukup bulan 2 mg/KgBB/hari Usia 4 bulan sampai 2 tahun

2-5 tahun (balita) 1 mg/KgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap hari

>5-12 (usia sekolah) 1 mg/KgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap hari

12-18 tahun (remaja) 60 mg/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap hari
Tatalaksana
Anemia Megaloblastik:
Dosis asam folat -> 0.5-1 mg/hari peroral atau parenteral
Pencegahan anemia pada bayi premature BB< 1500gram -> as. Folat profilasksis 1
mg/hari
Pencegahan defek tabung saraf -> 400ug/hari pada ibu hamil
Dosis vitamin B12 -> 1 mg parenteral, biasanya terjadi retikulosis hari ke 2-4
Tatalaksana
Anemia Hemolitik:

Kortikosteroid (Prednison) dosis 2 mg/kg/BB hari, bila telah terjadi perbaikan dilakukan
pengurangan dosis

Obat antikoagulan (bila ada trombosis)

Suplemen zat besi (hemosiderinuria)

Cangkok sum-sum tulang jika terdapat indikasi


Tatalaksana
Anemia Penyakit Kronis:

Transfusi darah
Agen EPO -> meningkatkan kadar Hb dan menurunkan kebutuhan transfuse
Agen Stimulasi Eritropoietin (ESAs) -> penyakit ginjal, kanker, artritis rematoid, HIV
dan gagal jantung.
KESIMPULAN
Anemia adalah berkurangnya nilai Hb dari batas normal sesuai usianya. Gejala seperti anoreksia
akan mulai tampak jelas. Untuk menegakkan diagnosis hal yang dapat dilakukan adalah
menanamnesis, melakukan pemeriksaan fisik dan melaksanakan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ada pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan apus
sumsum tulang, gambaran morfologi darah tepi dan lain-lain. Penatalaksanaan anemia bergantung
pada faktor penyebabnya jika anemia akibat defisiensi besi dapat diberikan zat besi secara oral
maupun parenteral, apabila disebabkan oleh defisiensi asam folat atau vitamin B12 maka dapat
diberikan asam folat maupun vitamin B12. Pada anemia hemolitik dapat diberikan kortikosteroid,
cangkok sum-sum tulang jika ada indikasi.

Anda mungkin juga menyukai