Oleh: Hasna Afifah, M.H. Apa itu Filsafat? Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yakni philosophis dan philosophos yang berarti “orang yang cinta pada kebijaksanaan” atau “cinta pada pengetahuan” (Pythagoras, 6 SM). Filsafat identik dengan cara/metode berpikir yang selalu mempertanyakan segala sesuatu secara kritis dan mendasar. Pertanyaan sederhana memberikan jawaban yang dikenal dengan pengetahuan eksistensial, pertanyaan teknis dan mendalam menghasilkan jawaban yang disebut filsafat. Filsafat disebut “tanda tanya” bukan “tanda seru” artinya, filsafat sebagai upaya pencarian akan kebijaksanaan/pengetahuan yang tidak pernah selesai, sehingga pemahaman atas segala sesuatu semakin luas dan mendalam. Beberapa Definisi Filsafat Filsafat sebagai upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik secara lengkap tentang seluruh realitas. Filsafat sebagai upaya untuk melukiskan hakikat realitas paling akhir serta paling dasar yang diakui sebagai satu hal yang nyata. Filsafat sebagai upaya untuk menemukan batas- batas dan jangkauan pengetahuan: sumber, hakikat, keabsahan serta nilai-nilainya. Filsafat sebagai hasil suatu penelitian kritis atas pengandaian dan pernyataan yang diajukan dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Filsafat sebagai disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita menyatakan apa yang dikatakan dan untuk mengatakan apa yang dilihat. Betrand Russel: filsafat sebagai wilayah tak bertuan yang berada di antara sains dan teologi yang terbuka terhadap serangan keduanya. Jacques Maritain: filsafat sebagai upaya memahami ide-ide, konsep-konsep atau pemikiran yang berkembang dari proses bertanya (thinking about thinking). Filsafat yang memfokuskan perhatiannya pada manusia dan permasalahannya disebut ‘antroposentris’. Dari Mitos ke Logos Bertanya dan menjawab pertanyaan telah dilakukan oleh para filsuf sepanjang sejarah pemikiran selama ribuan tahun. Adapun pertanyaan-pertanyaan filosofis yang muncul ketika manusia sudah mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan alam. Pada alam pikiran mistis (pra-logis), manusia, alam, tumbuhan dan binatang digolongkan dalam satu kelas. Tidak ada perbedaan antara manusia dan objek lain (hylozoisme). Berganti dengan pandangan dunia logis yang melihat adanya perbedaan antara manusia dengan alam (ontologis). Filsafat muncul sebab ketidakpuasan para filsuf atas penjelasan mitos ihwal berbagai hal yang tidak dapat dijustifikasi oleh rasio maupun pengalaman. Filsafat di Yunani diawali dengan munculnya pemikiran yang mempertanyakan asal mula alam (kosmologi). Ini muncul sebagai akibat ketidakpuasan atas penjelasan mitologis salam menjelaskan asal mula alam. Penjelasan mitologi dirasakan tidak memenuhi tuntutan rasio atau logos. Maka para filsuf mencari jawaban yang lebih rasional sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Karena penjelasan mitologi tidak dapat dijelaskan atau “dikontrol” oleh rasio, maka tokoh filsafat Yunani abad ke 6 SM mulai memberikan penjelasan mengenai berbagai masalah yang didasarkan atas penjelasan atau argumen yang rasional. Filsafat lahir ketika logos (akal budi/rasio) menggantikan mitos. Periodisasi Filsafat Barat 4 pembagian periode perkembangan filsafat Barat secara historis: 1. Periode Yunani (600 SM-400 M) Pra-Socrates (kosmosentris)
Tokoh filsuf: Thales, Pythagoras, Heraclitos
Yunani kuno/klasik
Tokoh filsuf: Socrates, Plato, Aristoteles
2. Periode Abad Pertengahan (400-1500 M) Patristik (teosentris)
Tokoh filsuf: Justinus de Martyr, Tertulianus, Origenes,
Augustinus. Skolastik
Pemikir terkenalnya: Abelardus, Anselmus, Duns Scotus, William
Ockham, Thomas Aquinas. Filsafat skolastik mencapai puncak kejayaan pada masa
Thomas Aquinas dalam karyanya yang terkenal “Summa
Theologia” (1266). Dalam kurun abad ke-15 dan ke-17 dikenal sebagai babak baru yang disebut dengan sebutan “zaman renaisans” dimana pengaruh pemikiran Plato, Aristoteles dan humanisme telah melahirkan kebangkitan dan kebebasan individu pada masa itu. Manusia sebagai individu dijadikan sebagai pusat segala-galanya (antroposentris). Renaisans telah mentransformasikan kehidupan intelektual dan kehidupan intelektual ini menghidupkan kembali pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran, astronomi dan ilmu pengetahuan klasik. Oleh karena itu, zaman ini disebut sebagai zaman penemuan kembali manusia (rediscovery of man) atau masa renaisans. 3. Periode Modern Masa Renaisans (abad ke 14 sampai 17)
Masa Pencerahan (abad ke 18)
Kedua masa ini yang menjembatani abad pertengahan ke abad
modern. Zaman pencerahan adalah zaman yang menghasilakn pemikiran yang sangat berpengaruh bagi seluruh aspek kebudayaan modern. Pemikiran zaman renaisans dan pasca renaisans yang disebut pencerahan adalah pemikiran yang menjadi dasar spiritual (pandangan dunia) bagi zaman modern. Renaisans dan pencerahan adalah pintu masuk ke zaman modern yang ditandai oleh: 1. Penduniawian ajaran/pemikiran (sekulerisme)
2. Keyakinan akan kemampuan akal (rasio)
3. Berkembangnya paham utilitarianisme
4. Optimisme dan percaya diri
Berbagai pemikiran yang berkembang pada zaman renaisans dan pencerahan terpadu dalam cara perpikir dan menyelesaikan masalah dengan menekankan pada: pengamatan, pola argumen yang rasional (rasionalitas dan metode presentasi dan kalkulasi (empiris-eksperimental dan kuantitatif). Perkembangan paradigma berpikir ilmiah itu melahirkan 3 gerakan baru yang memacu perkembangan dinamis masyarakat modern: 1. Berkembangnya kapitalisme 2. Penemuan subjektivitas manusia modern 3. Rasionalisme. 4. Periode Post Modern/Kontemporer Postmodern dapat disebut sebagai sintesa atau perpaduan
pemikiran dan kebudayaan klasik, modern dan postmodern
ke dalam cara berpikir atau kebudayaan baru. Tokoh pemikir postmodern radikal: Francois Lyotard, Jacques
Derrida, Michel Foucault, Gilles Deleuze, Jean Baudrillard,
berpendapat bahwa terdapat perbedaan mendasar antara pemikiran pada era modern dengan postmodern. Perubahan mendasar diartikan beragam oleh para ilmuwan
dengan istilah: matinya ilmu pengetahuan, matinya ilmu
sosial berakhirnya ideologi dll. Dalam era postmodern ilmu pengetahuan tidak memiliki
tujuan untuk dirinya sendiri, untuk menemukan kebenaran
teori. Tetapi lebih bersifat pragmatis dengan mempertimbangkan nilai guna dan manfaatnya. Perkembangan baru ini ditandai dengan majunya teknologi
informasi dengan sasaran global.
Pemetaan cabang Filsafat Pemetaan filsafat berkaitan dengan perkembangan sejarah serta prinsip pembagian yang dilakukan oleh para filsuf. Contoh, Aristtoteles yang memasukan ke dalam bidang filsafat di antaranya yaitu logoka, estetika, psikologi, filsafat politik, fisika dan matematika. Ia mengelompokkan bidang filsafat ke dalam 3 bagian: 1. Filsafat spekulatif/ilmu-ilmu teoretis 2. Filsafat praktis/ilmu-ilmu praktis 3. Filsafat/ilmu produktif. Filsafat teoretis dalam pandangan Aristoteles bersifat objektif yang dikembangkan dengan tujuan demi filsafat itu sendiri. Retorika menduduki posisi penting pada masa Yunani, yang berkaitan erat dengan 2 cabang filsafat yakni logika dan dialektika. Christian Wolff membagi pembidangan filsafat menjadi beberapa bidang, di antaranya: logika, filsafat pertama, psikologi nasional, etika, ontologi, teologi, kosmologi dan teori pengetahuan. Secara umum pemetaan bidang filsafat dalam kajian
filsafat dikelompokkan menjadi 3 bidang:
1. Ontologi Cabang filsafat yang membahas/membicarakan masalah “ada”/”realitas” dalam pengertian umum dan bukan bersifat khusus. Istilah metafisika ini dikemukakan pertama kali oleh Andronikos yang mencoba mengelompokkan tulisan Aristoteles menjadi 2 kelompok, yaitu: tulisan yang berkaitan dengan fisika/objek fisis yang dapat diamati dan tulisan yang disebut metaphisyca/yang berada/mengatasi yang fisik. 2. Epistemologi Cabang yang mengkaji mengenai hakikat pengetahuan/membahas persoalan tentang dari anakah pengetahuan itu berasal dan apakah sumber pengetahuan itu, bagaimanakah manusia mengetahui dan lain sebagainya. Dalam sejarah filsafat, pelbagai persoalan ini juga sudah melahirkan berbagai pandangan dari kalangan filsuf/ilmuwan. 3. Aksiologi Cabang filsafat yang membahas tentang “nilai” (value). Nilai yang dimaksud disini tidak hanya mengacu pada pengertian etis namun juga bisa estetis. Dalam cabang filsafat aksiologi ini terkait bidang etika (baik dan buruknya tindakan) dan estetika.