1. Umur anak
2. Gizi kurang
3. Tidak mendapat ASI yang memadai
4. Polusi udara
5. Kepadatan tempat tinggal
6. Imunisasi yang tidak memadai
7. Defesiensi vitamin A
Patogenesis (Proses radang pneumonia) :
1. Stadium I : kongesti
2. Stadium II : hepatisasi merah
3. Stadium III : hepatisasi kelabu
4. Stadium IV : resolusi
Tanda-tanda :
1. Bakteri
2. Virus
3. Mycoplasma pneumoniae
4. Jamur
5. Aspirasi
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom Loeffler.
Diagnosis Pnemonia :
PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : 17 Oktober 2019
Pukul : 16.00 WITA
IDENTITAS
Identitas Anak
Nama : An. A
Umur : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
PROLOG
Pada tanggal 17 Oktober 2019, pasien di antar orang tuanya ke IGD Rumah
sakit Ansari Saleh dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu,
sesak nafas. Pada saat di IGD pasien telah mendapatkan pemberian O2 1-2
lpm, injeksi iv Ceftriaxone 2 x 800 mg, injeksi iv antrain 1 x 200 mg, injeksi
dexametason 3 x 5 mg, per oral puyer batuk 3 x 1, ambroxol syrup 3 x 1,
nebulizer ventolin 1 rsp + 2 cc NS. Kemudian pasien dipindahkan ke ruang
inap anak. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan.
Riwayat imunisasi anak lengkap, keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
menular seperti hepatitis, HIV dan keluarga memiliki riwayat penyakit
keturunan yaitu hipertensi dan diabetes.
SUBJEKTIF
Pasien masih batuk berdahak dan sesak nafas
OBJEKTIF
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, BB: 17 kg, TB :110 cm, N : 125
x/menit, R : 36 x/ menit, T: 37,6 oC, sklera tidak ikterik, ada pernafasan cuping hidung,
terdengar suara nafas ronchi akitbat dahak, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid
dan vena jugularis, ada tarikan dinding dada dan terpasang infus RL 16 tpm.
ANALISA
An. A usia 5 tahun dengan Pneumonia
PENATALAKSANAAN :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan orang tua pasien bahwa keadaan umum anaknya masih
lemah, pernapasan anak masih cepat yaitu 36 x/menit sedangkan normal pernapasan pada anak 20-30 x/menit,
terdengar nafas ronchi pada anak dikarenakan dahak di saluran nafas anak. Orang mengerti
2. Mengatur posisi tidur anak dengan posisi setengah duduk agar pernapasan anak menjadi lebih nyaman.
3. Memberikan terapi sesuai dengan anjuran dokter :
a. O2 1-2 LPM
b. Injeksi IV Ceftriaxone 2 x 800 mg, sebagai antibiotik.
c. Injeksi IV Antrain 200 Mg k/p, sebagai penurun panas dan anti nyeri.
d. Injeksi IV Dexametason 3 X 2 mg, untuk mengatasi peradangan
e. Per Oral Puyer Batuk 3 X 1.
f. Ambroxol syrup 3 X 1 cth, sebagai pengencer dahak.
g. Nebulizer Ventolin 2 X 1 rsp + 2 cc NS, untuk mengencerkan sputum.
4. Memberitahukan keluarga pasien untuk kompres hangat anaknya jika suhu tubuh meningkat yaitu lebih dari 37,5.
CATATAN PERKEMBANGAN I
Data Subjektif
Orang tua mengatakan anaknya
masih terlihat sesak dan batuk PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan keluarga mengenai keadaan anaknya saat ini
Data Objektif bahwa keadaan anaknya masih lemah.
Keadaan umum lemah, esadaran 2. Memberi panjelasan pada keluarga mengenai masalah yang
dihadapi anaknya kini adalah pneumonia yaitu penyakit saluran
compos mentis, N :110 x/menit,
pernapasan dan radang paru.
R : 38x/ menit, S : 36,4°C,
terpasang infus RL 16 tpm. 3. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter :
• Injeksi IV Ceftriaxone 800 mg, sebagai antibiotik.
Data Objektif
Keadaan umum lemah,
kesadaran compos mentis, N :
PENATALAKSANAAN
115 x/menit, R : 35x/ menit, S :
36,3°C, terpasang infus RL 16 1. Memberitahukan keluarga mengenai keadaan anaknya saat ini
tpm. bahwa keadaan anaknya masih lemah.
2. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter :
3. Injeksi IV Dexametason 2 mg, untuk mengatasi peradangan.
Analisa
4. Per Oral Puyer Batuk.
An. A dengan Pneumonia
5. Memonitor cairan infuse.
CATATAN PERKEMBANGAN III
Data Subjektif
Orang tua mengatakan anaknya
masih batuk
Data Objektif
Kesadaran compos mentis,
keadaan umum sedang, N :112 PENATALAKSANAAN
x/menit, R : 34x/ menit, S :
36,1°C, BB: 17 kg terpasang 1. Memberitahukan keluarga mengenai hasil pemeriksaan.
infus RL 16 tpm. O2 TERLEPAS 2. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter :
• Injeksi IV Dexametason 2 mg, untuk mengatasi
peradangan.
Analisa
• Per Oral Puyer Batuk.
An. A dengan Pneumonia
3. Memberikan terapi nebul sesuai anjuran dokter yaitu
ventolin 1 rsp + 2 cc NS. Terapi telah diberikan.
PEMBAHASAN
Pada kasus anak dengan pneumonia yang kami kaji, kami
mendapati bahwa ada beberapa gejala yang menguatkan
diagnosa bahwa anak tersebut menderita pneumonia. Gejalanya
meliputi batuk berdahak, napas cepat dan dangkal, napas
berbunyi, retraksi dinding dada. Dari gejala yang kami sebutkan
tadi sesuai dengan konsep manifestasi klinik dari Maryunani,
(2010). Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan thorax dan hasilnya anak positif pneumonia.
Dari hasil laboratorium menunjukkan bahwa leukosit dan
haemoglobin anak normal, sedangkan dalam konsep dasar
menurut Mansjoer, (2000) pemeriksaan darah menunjukkan
leukositosis dengan predominarn PMN atau dapat ditemukan
leukopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat pula
ditemukan anemia ringan atau sedang. Hal ini yang menjadi
kendala kami untuk mencocokkan hasil pemeriksaan penunjang
dengan teori yang ada.
Faktor yang kemungkinan menyertai sehingga anak tersebut menderita pneumonia
yang pertama adalah polusi udara yang didapat dari lingkungan keluarga yang
ayahnya seorang perokok, kemudian kebakaran hutan yang terjadi didaerah sekitar
tempat tinggal.
Faktor berikutnya adalah masalah nutrisi pada anak, disini anak mengalami
kekurangan gizi karena berat badan anak tidak sesuai dengan yang seharusnya dan
anak terlihat kurus. Dari hasil IMT anak mendapatkan nilai 14,05 yang menandakan
anak tersebut mengalami malnutrisi, disebabkan dari anak yang menyukai makanan
ringan yang mengandung bahan kimia dan pengawet, dan anak tidak menyukai
makanan sehat seperti sayur sehingga membuat anak mengalami kekurangan gizi.
Pnemonia adalah infeksi saluran perafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru. Pnemonia pada anak dibedakan menjadi :
• pnemonia lobaris
• premonia interstisial ( bronkioloitis )
• bronkopnemonia
• Pnemonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang
terbanyak kasusnya sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas
bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia. Diperkirakan
pnemonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan
penderita pnemonia dapat menurunkan angka kematian anak.
Saran