Anda di halaman 1dari 20

ASKEP GAWAT DARURAT PADA

PASIEN TENGGELAM
Oleh Kelompok 3 :
Afnida Trisnawati ( 2018’1358 )
Aprilia Dewi Astuti ( 2018’1363 )
Ayuk Anjarwati ( 2018’1364 )
Baharudin Reza Fahlefi ( 2018’1368 )
Defi Nur Afifah ( 2018’1373 )
Devi Sukmana( 2018’1375 )
Dimas Alda Yoga P ( 2018’1378 )
Eka Desi Ratna Sari ( 2018’1379 )
Fina Andriani ( 2018’1386 )
Puji Lestari ( 2018’1398 )
TENGGELAM/ DROWING
 Drowning atau tenggelam adalah proses masuknya cairan ke dalam
saluran nafas atau paru-paru yang menyebabkan gangguan
pernafasan sampai kematian. Definisi tenggelam mengacu pada
adanya cairan yang masuk hingga menutupi lubang hidung dan
mulut, sehingga tidak terbatas  pada kasus tenggelam di kolam
renang, atau perairan seperti sungai, laut, dan danau saja, tetapi juga
pada kondisi terbenamnya tubuh dalam selokan atau kubangan
dimana bagian wajah berada di bawah permukaan air (Putra, 2014).
 Near drowning didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang
masih bertahan hidup setelah mengalami sufokasi (kekurangan
napas) akibat tenggelam dalam air atau cairan lain. Sedangkan
drowning sendiri didefinisikan sebagai kematian sekunder karena
asfiksia (sesak nafas) saat tenggelam dalam cairan, biasanya air,
dalam 24 jam setelah kejadian (Banerjee dalam Rauuf (2008))
KLASIFIKASI
Tenggelam menurut Levin (dalam Arovah, 2009) adalah :

1 ) Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban:


 Typical Drowning : Kondisi ketika cairan masuk ke dalam saluran pernapasan

saat korban tenggelam.


 Atypical Drowning

 Dry Drowning : Cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan hanya sedikit

bahkan tidak ada.


 Immersion Syndrom : Terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air

dingin (suhu < 20°C), menyebabkan terpicunya reflex vagal sehingga


mengakibatkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah
kapiler dan mengarah ke terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
 Submersion of the Unconscious : Sering terjadi pada korban yang menderita

epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau


peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air.
LANJUTAN KLASIFIKASI

2 ) Berdasarkan Kondisi Kejadian


 Tenggelam (Drowning) : Penderita meneguk air

dalam jumlah yang banyak hingga air masuk ke


dalam saluran pernapasan. Bagian apiglotis akan
mengalami spasme yang mengakibatkan saluran
nafas menjadi tertutup dan hanya dapat dilalui oleh
udara yang sangat sedikit.
 Hampir Tenggelam (Near Drowning) : Kondisi

korban masih bernafas dan membatukkan air keluar.


ETIOLOGI

Terdapat beberapa penyebab tenggelam antara lain


(Levin dalam Arovah, 2009) :
1) Kemampuan fisik yang terganggu akibat
pengaruh obat
2) Ketidakmampuan fisik akibat hipotermia, syok,
cedera, atau kelelahan
3) Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika
berenang
PATOFISILOGI

Hipoksia merupakan hal utama yang terjadi setelah


seorang individu tenggelam. Keadaan terhambatnya jalan
nafas akibat tenggelam menyebabkan
adanya gasping dan kemudian aspirasi, dan diikuti
dengan henti nafas (apnea) volunter dan laringospasme.
Hipoksemia d an asidosis yang persisten dapat
menyebabkan korban beresiko terhadap henti jantung
dan kerusakan sistem syaraf pusat. Laringospasme
menyebabkan keadaan paru yang kering, namun karena
asfiksia membuat relaksi otot polos, air dapat masuk ke
dalam paru dan menyebabkan edema paru.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIK
 Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal
sampai apneu.
 Syanosis
 Peningkatan edema paru
 Kolaps sirkulasi
 Hipoksemia
 Asidosis
 Timbulnya hiperkapnia
 Lunglai
 Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
 Koma dengan cedera otak yang irreversible
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pasien dengan drowning harus melakukan X-ray
dada dan monitoring saturasi oksigen.Radiografi
dada mungkin menunjukkan perubahan akut,
seperti infiltrasi alveolar bilateral.Selain itu,
pemeriksaan sistem saraf pusat, EKG, dan
analisis gas darah juga diperlukan (Elzouki,
2012).
PENATALAKSANAAN
1) Bantuan Hidup Dasar
Penanganan ABC merupakan hal utama yang
harus dilakukan, dengan fokus utama pada
perbaikan jalan nafas dan oksigenesasi buatan.
Penilaian pernapasan dilakukan dengan tiga
langkah, yaitu :
 Look yaitu melihat adanya pergerakan dada

 Listen yaitu mendengar suara nafas

 Feel yaitu merasakan ada tidaknya hembusan

nafas
LANJUTAN PENATALAKSAAN
2) Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu
pemberian oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang
dapat dilakukan dengan BVM (Bag Valve Mask) atau
tabung oksigen.
Dalam Raoof (2008), penatalaksanaan pasien dengan
neardrowning umumnya terbagi menjadi tiga fase, antara
lain :
 perawatan prehospital,

 perawatan unit gawat darurat,

 penatalaksanaan rawat inap.


KOMPLIKASI
 Menurut Flags (2008) dan Szpilman (2012), setelah
kejadian near-drowning, seorang pasien beresiko terjadinya
komplikasi seperti :
1. Hipoksia atau iskemik injuri cerebral

2. ARDS (acute respiratory distress syndrome)

3. Kerusakan pulomal sekunder akibat respirasi

4. Cardiak arrest

5. Anoksia

6. Shock

7. Myoglubinuria

8. Insufisiensi ginjal

9. Infeksi Sistemik dan intravaskuler koagulasi juga dapat terjadi


selama 72 jam pertama setelah resusitasi.
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
 Pengkajian
 Identitas Klien : meliputi nama, umur, pekerjaan, jenis kelamin, alamat
 Keluhan Utama : Kaji hal yang dirasakan klien saat itu, biasanya klien mengeluh
sesak nafas
 Riwayat Penyakit Sekarang : Bagaimana awal mula klien dibawa ke pelayanan
kesehatan sampai munculnya keluhan yang dirasakan klien
 Riwayat Penyakit Dahulu : Kaji apakah sebelumnya klien pernah tenggelam, dan
kaji apakah klien mempunyai penyakit asma
 Primary Survey
 Airway : Kaji adanya sumbatan jalan nafas akibat paru-paru yang terisi cairan.
Manajemen : Kontrol servikal, bebaskan jalan nafas
 Breathing : Periksa adanya peningkatan frekuensi nafas, nafas dangkal dan cepat,
klien sulit bernafas. Manajemen : Berikan bantuan ventilasi
 Circulation : Kaji penurunan curah jantung. Manajemen : Lakukan kompresi dada
 Disability : Cek kesadaran klien, apakah terjadi penurunan kesadaran.
Manajemen : Kaji GCS, periksa pupil dan gerakan ektremitas
 Exposure : Kaji apakah terdapat jejas.
LANJUTAN
 Pengkajian Fisik
 Keadaan Umum : Klien biasanya tampak lemah, pucat, sesak, dan

kesulitan bernafas.
 Pemeriksaan per system B1-B6 :

1) B1 : Klien mengeluh sesak dan sulit bernafas, pernafasan cepat dan


dangkal, RR meningkat
2) B2 : Tekanan darah klien menurun, klien tampak pucat, sianosis dan nadi
meningkat (takikardi)
3) B3 : Klien mengalami penurunan kesadaran, GCS menurun
4) B4 : Tidak ditemukan kelainan
5) B5 : Tidak ditemukan kelainan
6) B6 : Kaji adanya fraktur karena terbentur benda keras
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan


supresi reflek batuk sekunder akibat aspirasi air ke dalam paru
 Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan hipoksia akibat
penurunan kadar oksigen dalam tubuh
 Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan refraktori
dan kebocoran interstitial pulmonal / alveolar pada status cedera
kapiler paru
 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan
dengan kurangnya suplai oksigen
 Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan peningkatan
kerja ventrikel
INTERVENSI KEPERAWATAN
 Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas yang berhubungan dengan supresi reflek
batuk sekunder akibat aspirasi air ke dalam paru
 Tujuan             : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1×24 jam bersihan jalan
nafas efektif
 Kriteria Hasil :
 Jalan nafas paten
 Tidak terjadi aspirasi
 Sekresi encer dan mudah dibersihka
NEXT
Intervensi
 Kaji status pernafasan klien
 Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas

tambahan bila perlu


 Berikan fisioterapi ada misalnya: postural drainase, perkusi

dada/vibrasi jika ada indikasi


 Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan

lakukan suction bila ada indikasi


 Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui

adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan adanya bunyi


tambahan
 Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Pola nafas
berhubungan dengan hipoksia akibat penurunan
kadar oksigen dalam tubuh
 Tujuan   : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1×24 jam, pola nafas klien adekuat dan
efektif.
 Kriteria Hasil   :
 RR dalam batas normal 16-22x/menit
 Nafas reguler
NEXT
 Intervesi
1. Pantau adanya pucat dan sianosis
2. Posisikan klien dengan posisi semi fowler
3. Identifikasi perlunya dilakukan insersi jalan
nafas
4. Gunakan oral atau nasofaringeal air way sesuai
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai