Anda di halaman 1dari 43

Strategi Komunikasi efektif

dengan anak
Komunikasi efektif
 Salah satu tantangan sebagai orang tua adalah bisa berkomunikasi
secara efektif dengan anak-anak mereka. Meskipun orangtua sudah
berusaha untuk membangun jalur komunikasi dua arah dan jujur ​
dengan anak - anak, namun komunikasi bisa tidak berhasil

 Anak-anak secara alami mudah terganggu dan tidak selalu


responsif terhadap lingkungan mereka. adalah tanggung jawab
orang tua untuk menekankan pola positif dalam berkomunikasi dan
memastikan anak belajar bahwa mengabaikan komunikasi tidak
dapat diterima
 Komunikasi yang baik merupakan keterampilan
yang penting dalam pengasuhan terhadap anak,
sehingga orang tua dapat berkomunikasi secara
efektif dengan anak-anak mereka. Komunikasi
yang baik adalah kunci untuk membangun harga
diri serta rasa saling menghormati.
Definisi komunikasi efektif
Adalah

proses pertukaran ide dua arah antara dua atau


lebih orang , dimana semua pihak merasa
dipahami , dihormati, diterima, dan nyaman untuk
bebas berbagi ide dan menciptakan serta
memelihara hubungan yang harmonis
Tujuan komunikasi efektif

1. Dapat membangun hubungan dengan


oranglain
2, Supaya pesan yang disampaikan dapat
dimengerti dan diterima oranglain
3. Dapat menggerakan orang lain untuk
melakukan sesuatu
4. Dapat berkomunikasi dengan menyadari
kebutuhan oranglain
5. Bebas mengekspresikan ide –ide dan berbicara
dengan tetap memahami perasaan, rasa
hormat pada oranglain
Faktor yang mempengaruhi
komunikasi
Faktor yang mempengaruhi
komunikasi
Komunikator
 Penguasaan teknik
komunikasi
 Penguasaan bahasa
 Pengetahuan dan
pendidikan
 Pengalaman
 Latar belakang sosial
budaya
Media dan pesan

 Isipesan sistematis dan


mudah dipahami
 Tertulis
 Audio visual
 Penguasaan perangkat
media
Penerima pesan
 Persepsi
 Latar belakang
sosial dan budaya
 Nilai
 Sikap
 Pengetahuan dan
pendidikan
 Hambatan fisik
 Lingkungan
PRINSIP KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF:
REACH
R : RESPECT
E : EMPATHY
A : AUDIBLE
C : CLARITY
H : HUMBLE
RESPECT

 memberikan perasaan positif atau penghormatan


diri kepada lawan bicara

 Pada dasarnya semua orang ingin dihargai dan


dihormati,
EMPATHY
 kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau
kondisi yang dihadapi orang lain.
 mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
 Dengan begitu kita akan lebih mudah melakukan
komunikasi dengan  baik sesuai dengan kondisi
psikologis lawan bicara. 
 Untuk memiliki empati yang tinggi Anda harus
menempatkan diri sebagai pendengar yang baik,
AUDIBLE
 pesan harus dapat didengarkan dan dapat dimengerti.
 Untuk bisa menjalankan prinsip ini ada beberapa hal yang
harus dilakukan yaitu:
1. pesan harus mudah dipahami, menggunakan bahasa yang
baik dan benar sesuai dengan pemahaman lawan bicara
2. sampaikan yang penting. Tidak usah bertele-tele dalam
menyampaikan pesan
3. gunakan bahasa tubuh. Mimik wajah, kontak mata, gerakan
tangan dan posisi badan bisa dengan mudah terbaca oleh
lawan bicara.
4. Keempat, gunakan  ilustrasi atau contoh.
CLARITY
 kejelasan dari pesan yang disampaikan.
 Salah satu penyebab munculnya salah paham
antara satu orang dengan yang lain adalah
informasi yang tidak jelas yang mereka terima.
 akibatnya jika penafsirannya salah, bisa
menimbulkan masalah
 Langkah terbaik sebelum melakukan komunikasi
adalah dengan menetapkan tujuan secara jelas dan
perjelas intonasi suara.
HUMBLE
 rasa menghormati orang lain, biasanya didasari
oleh sikap rendah hati
 Rendah hati dalam komunikasi akan menumbulan
respect.
 Artinya, rasa hormat yang ditunjukkan dengan
kerendahan hati akan mengakibatkan lawan bicara
kita hormat dan menghargai diri kita
Aspek – aspek yang perlu dipahami dalam
membangun komunikasi yang effektif

Menurut Lestari dan Maliki (tahun 2006) antara lain


Kejelasan (Clarity): bahasa maupun informasi yang
disampaikan harus jelas.
Ketepatan (accuracy): bahasa dan informasi yang disampaikan
harus betul-betul akurat atau tepat. Bahasa yang digunakan
harus sesuai dan informasi yang disampaikan harus benar
( artinya sesuai dengan apa yang sesungguhnya ingin
disampaikan).
lanjutan
• Konteks (contex): bahasa dan informasi yang
disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
• Alur (flow): alur bahasa dan informasi yang runtut
akan sangat berarti dalam menjalin komunikasi
yang efektif.
• Budaya (Culture): dalam berkomunikasi tidak
hanya memperhatikan bahasa dan informasi, tetapi
juga tatakrama atau etika.
Strategi
membangun
komunikasi yang
tepat:

a. Ketahui mitra bicara (Audience)


b. Ketahui Tujuan
c. Perhatikan Konteks
d. Pelajari Kultur
Teknik Berkomunikasi dengan Anak
•Pengucapan kata harus jelas
•Penyampaian tidak tergesa-gesa
•Membaca bahasa tubuh anak
•Mendengarkan perasaan anak
•Hindari 12 Gaya Populer
•Mendengarkan aktif
•Tentukan masalah siapa
•Gunakan “pesan saya
Tehnik komunikasi
dengan bayi
 bersikaplah dengan
tenang, penuh
kelembutan, suara tenang
tidak mengejutkan atau
menakutkan bayi, dan
langsung berespon
mendengar tangisan bayi
tangisan.
 melakukan vokalisasi
artinya bayi akan meniru
suara atau apa yang
diucapkan oleh orang
dewasa, berbicaralah
dengan teratur tidak
terlalu terburu-buru,
menggunakan
pendekatan bertahap
sehingga bayi akan
mengenal anda. (James
dkk, 2013, hal 44).
Tehnik
berkomunikasi
dengan anak Toddler
 sebelum melakukan komunikasi dengan anak usia toddler
ini, sebaiknya berikan kesempatan pada anak untuk merasa
nyaman, kemudian hindari posisi maju yang tiba-tiba dengan
cepat, tersenyum lebar, kontak mata yang terlalu lama, atau
gerakan tubuh lain yang dapat dilihat sebagai tindakan
mengancam pada anak, bicara dulu dengan orang tua jika
awal berinteraksi anak merasa malu
 menggunakan bahasa yang sederhana, kalimat
yang pendek, dan menggunakan istilah yang biasa
dikenalnya
 Pada saat berbicara gunakanlah posisi tubuh yang
baik yaitu jongkok, ikut duduk dikursi kecil, atau
berlutut sehingga pandangan mata kita sejajar
dengan anak.
lanjutan
 Tehnik komunikasi yang lain dengan bermain, karena bermain
merupakan salah satu cara komunikasi yang efektif juga dengan
anak.
 Menggambar
 Berkomunikasi dengan objek transisi, seperti menggunakan boneka.
 Memberikan pujian atas keberhasilan anak
Komunikasi
dengan anak Usia
prasekolah
 Tehnik komunikasi yang dapat dilakukan adalah
berbicara dengan bahasa yang sederhana,
kalimatnya yang pendek, atur posisi mata sejajar
dengan anak dengan cara duduk dikursi atau
jongkok.
 Berbicara dengan suara yang tenang, tidak tergesa-
gesa, percaya diri, jujur pada anak artinya jangan
pernah membohongi anak.
 Berikan kesempatan kepada anak
untuk mengungkapkan masalah dan
ketakutan mereka.
 Berikan kesempatan pada anak yang
lebih besar kesempatan untuk
berbicara tanpa kehadiran orang tua.
 Tehnik yang lain dapat menggunakan
tehnik orang ketiga, tehnik bercerita
dengan anak, menggambar,
bibliotherapy , dan bermain
(Hockenberry, 2009, hal 106-107,
Mundakir, 2006).
Tehnik komunikasi

 Usiasekolah
pada usia ini anak akan lebih terfokus pada
kelompok teman sebaya sebagai tolak ukur dan
role model, dampak yang muncul akibat dari
penggunaan teman sebaya sebagai role model
menjadikan anak sedikit demi sedikit
meninggalkan aturan-aturan dalam keluarga yang
dianggap sudah tidak sesuai dengan dirinya,
 Anak usia sekolah sudah mampu membaca dan
berfikir dan rasa ingin tau yang sangat tinggi,
meskipun demikian dalam melakukan komunikasi
harus tetap menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh anak.
Tehnik komunikasi yang efektif pada anak usia
sekolah :
 Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti.
  Jelaskan tujuan dan rasional
 Gunakan kata-kata motivasi
 Jangan menggunakan ancaman
Usia remaja
 Usia remaja merupakan tahapan dimana anak
memasuki kondisi perubahan dari anak-anak
menuju dewasa, meskipun remaja cenderung
menjadikan teman sebaya sebagai role model
namun tetap membutuhkan dan bergantung pada
keluarga (orang tua) untuk mencapai status dewasa
 Remaja mimiliki kondisi yang fluktuatif sehingga
tidak bisa diterapkan satu metode secara konsisten,
dalam melakukan komunikasi pada remaja orang
tua harus meluangkan waktu khusus, lebih banyak
mendengarkan, hindari menghakimi, berikan
harapan yang jelas, hindari membahas topik yang
memunculkan konflik (Wong, 2009)
Pembahasan kasus
 Kasus
 Metode A :
 Yani : “Daag, saya mau berangkat ke sekolah.”
 Orang tua : “Hari hujan sayang, kenapa kau tidak memakai jas
hujan?”
 Yani : “Saya tidak memerlukannya.”
 Orang tua : “Tidak memerlukannya? Nanti kau basah kuyup,
pakaian mu akan jadi kotor, dan kamu akan masuk angin.”
 Yani : “Yah, hanya gerimis.”
 Orang tua: “cukup deras.’
lanjutan
 Orang tua: “Tapi sayang, kamu akan lebih hangat dan kering bila
mengenakannya. Ayolah ambil.”
 Yani : “Saya benci jas hujan itu, saya tidak mau mengenakannya.”
 Orang tua : “Cepat kembali ke kamar mu dan ambil jas hujan! Saya
tidak akan mengijinkan mu ke sekolah tanpa mengenakan jas hujan
pada hari seperti ini.”
 Yani : “Tapi saya tidak menyukainya.”
 Orang tua : “tidak pakai “tapi-tapi” apabila kamu tidak mau
mengenakannya kami akan memaksamu.”
 Yani (marah) : “ Baik, Bapak menang! Saya akan memakai jas
hujan keparat itu!”
pembahasan
1 Model A
 Pada Kasus A komunikasi yang orang tua gunakan tidak efektif, karena
orang tua menggunakan gaya komunikasi popular yang merupakan
hambatan dalam komunikasi yaitu:
 gaya memerintah :
 ” Cepat kembali ke kamar mu dan ambil jas hujan!”
 “ Ayolah ambil.”
 gaya mengancam :
 “Saya tidak akan mengijinkan mu ke sekolah tanpa mengenakan jas
hujan pada hari seperti ini.”
 “tidak pakai “tapi-tapi” apabila kamu tidak mau mengenakannya kami
akan memaksamu.”
 gaya menasehati : “Tapi sayang, kamu akan lebih hangat dan kering bila
mengenakannya.”
lanjutan
 Tujuan orang tua tercapai, masalah cepat selesai, tetapi anak melaksanakan
secara terpaksa sehingga jika terjadi kasus yang sama pada waktu yang
berlainan dan orang tua tidak ada, anak tidak akan menggunakan jas hujan.
Bahkan bisa saja anak akan melepas jas hujan ketika orangtua tidak ada
karena anak tidak memahami pentingnya menggunakan jas hujan.
 Anak merasa orang tua tidak memahami dan menghargai keinginan anak,
tidak dimengerti dan diterima perasaannya, emosiya tidak tersalurkan, kesal,
tidak dipercaya. Hal ini terlihat dari respon anak yaitu:
 “Saya tidak mau mengenakan jas hujan, saya benci memakainya.”
 “ Saya tidak menyukainya.”
 “ Baik, Bapak menang! Saya akan memakai jas hujan keparat itu!”.
 Orang tua tidak mengkaji lebih jauh mengapa anak tidak mau menggunakan
jas hujan.
Metode B
 Yani : “Daag, saya mau berangkat ke sekolah.”
 Orang tua : “Hari hujan sayang, kenapa kau tidak pakai jas hujan
mu?”
 Yani : “Saya tidak memerlukannya.”
 Orang tua : “Tidak memerlukannya? Nanti kau basah kuyup, pakaian
mu akan jadi kotor, dan kamu akan masuk angin.”
 Yani : “Hanya gerimis saja.”
 Orang tua : “ Saya ingin kamu memakainya.”
 Yani : “ Saya membenci jas hujan itu. Saya tidak mau
mengenakannya. Jika bapak memaksa saya, saya akan marah”
 Orang tua: “baiklah, saya menyerah! Pergilah ke sekolah tanpa jas
hujan mu, saya tidak igin bertengkar dengan mu lebih lama lagi –
kau menang”
pembahasan
 Pada kasus B komunikasi tidak efektif, tujuan komunikasi tidak
tercapai karena orang tua tidak mampu mengarahkan anak untuk
mencapai tujuan dan orang tua merasa masalahnya ingin cepat
selesai. Hal ini berdampak pada kepatuhan anak terhadap aturan
yang ada, karena orang tua dianggap tidak berdaya dan mengetahui
kelemahan orang tua untuk mendapatkan apa yang anak inginkan.
Hal ini terlihat dari respon orang tua “baiklah, saya menyerah!
Pergilah ke sekolah tanpa jas hujan mu, saya tidak ingin bertengkar
dnegan mu lebih lama lagi – kau menang.”
 Pada kondisi yang lain anak akan menggunakan gaya komunikasi
yang sama, untuk mendapatkan keinginannya.
Metode 3
 Yani : “Daag, saya pergi ke sekolah.”
 Orang tua : “Hari hujan sayang, kenapa tak memakai jas hujan?”
 Yani : “Saya tidak memerlukannya.”
 Orang tua : “Saya pikir hujannya cukup deras dan saya khawatir
kamu akan basah kuyup atau menjadi pilek, dan ini akan
mempengaruhi kami semua.”
 Yani : “ Ah saya tidak mau mengenakan jas hujan itu.”
 Orang tua : “ Kamu kelihatannya sungguh-sungguh tidak mau
mengenakan jas hujan itu.”
 Yani : “ Ya betul saya membencinya.”
 Orang tua : “ Kamu benar-benar benci sama jas hujan itu?”
 Yani : “ Ya, jas hujan itu kotak-kotak.”
lanjutan
 Orang tua : “ Jadi sesuatu yang kotak-kotak itu kamu benci ya?”
 Yani : “Ya, di sekolah tidak seorang pun mengenakan jas hujan
kotak-kotak.”
 Orang tua : “kamu tak mau menjadi satu-satunya orang yang
mengenakan sesuatu yang berbeda.”
 Yani : “jelas tidak, semua orang memakai jas hujan putih polos,
hijau atau biru.”
 Orang tua : “ Kalu begitu, baiklah kita benar-benar tidak sepakat
untuk hal ini. Kamu tidak mau memakai jas hujanmu yang kotak-
kotak dan saya tidak mau menambah pekerjaan untuk mencuci
pakaianmu yang nanti kotor terkena hujan dan saya pun merasa
tidak senang jika nanti kamu menjadi pilek. Dapatkah kamu
memikirkan pemecahannya yang sama-sama dapat kita sepakati?”
lanjutan
 Yani : “diam sejenak. Mungkin dapat meminjam jas hujan ibu saat
ini.”
 Orang tua : “ Bagaimana coraknya, apakah putih polos?”
 Yani : “Ya, putih.”
 Orang tua : “Apakah kamu berfikir ibu akan mengijinkanmu untuk
meminjam?
 Yani : “saya akan menanyakannya.” (Yani menjumpai Ibu dan
mendapat ijin)
 Orang tua : “Kamu senang dengan jas itu?”
 Yani : “Tentu, ini bagus.”
 Orang tua : “ Ya, saya yakin kamu akan tetap kering. Jadi kalau
kamu senang dengan cara pemecahan ini saya juga demikian.”
 Yani : “Ya, daag.”
 Orang tua : “ Daag, selamat bersekolah.”
pembahasan
 Pada kasus B komunikasi yang digunakan orang
tua efektif, tujuan orang tua tercapai. Anak merasa
dihargai, dimengerti dan diterima perasaannya.
Anak tau bahwa mengenakan jas hujan adalah
masalah anak. Orang tua mendengarkan dengan
aktif keinginan dan perasaan anak.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai