Anda di halaman 1dari 27

REFARAT

PEMERIKSAAN NARKOBA
Oleh:
Achmad Rizaldy
Julianto Rizal T

Pembimbing Klinik
Dr.dr.Hj.Annisa Anwar Muthaher, S.H.,M.Kes.,Sp.F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
PENDAHULUAN
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah Diperkirakan pengguna narkoba antara 153-300 juta

1
keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana jiwa, sekitar 15,5 juta jiwa sampai dengan 38,6 juta
hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia jiwa dari pengguna adalah pecandu berat. Menurut
baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, data terakhir dari Badan Narkotika Nasional (BNN)
intravena, dan lain sebagainya. Narkoba dibagi dalam tahun 2012, jumlah pecandu narkotika yang
3 jenis : Narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya. mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi

4
diseluruh Indonesia sebanyak 14.510 orang.
Sumber: Kurniawan, J, 2008. Arti Definisi & Pengertian Sumber: Andriyani, T. Upaya Pencegahan Tindak Penyalahgunaan
Narkoba Dan Golongan/Jenis Narkoba Sebagai Zat Terlarang.

2
Narkoba di Kalangan Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya. Jurnal
Ilmiah Orasi Bisnis. 2011

INSIDENSI DI KOTA PALU

3
PEMERIKSAAN NARKOBA
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Palu
Pemeriksaan narkoba seringkali dilakukan
kasus penyalahgunaan narkotika di Kota Palu pada
menggunakan berbagai spesimen biologis seperti
tahun 2012 berjumlah 85 Kasus. Berbeda dengan
darah, urine, cairan oral, dll. Urine merupakan
kasus pada tahun 2012, angka ini menurun menjadi 49
spesimen yang paling sering digunakan untuk
kasus pada tahun 2013. Namun, hingga bulan
pemeriksaan narkoba rutin.
November Tahun 2014 jumlah kasus penyalahgunaan
Sumber: Indrati AR. 2015. Pemeriksaan Labotatorium Patologi Klinik narkotika justru bertambah menjadi 55 kasus.
Narkoba. Bandung: Dept.Patologi Klinik Universitas Padjadjaran
Sumber: Aidil M. 2015. Efektifitas penerapan undang-undang nomor 35
Tahun 2009 tentang narkotika di Kota Palu.
DEFINISI
Narkotika

• Narkotika berasal dari bahasa yunani Narkosis ialah setiap


obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menyebabkan suatu keadaan stupor

Psikotropika

• Adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan


narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk
mengobati gangguan jiwa

Zat Adiktif

• Adalah suatu zat yang resiko pemakaiannya dapat


Sumber: FKUI. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas ketergantungan psikologis yang panjang.
Indonesia
EPIDEMIOLOGI
Penyalahgunaan NAPZA di dunia sekitar 153-300 juta jiwa dan terus mengalami kenaikan dimana hampir 12%
NIA
(15,5 juta jiwa sampai dengan 36,6 juta jiwa) dari pengguna adalah pecandu berat. Menurut World Drug Report
tahun 2012, ganja menduduki peringkat pertama yang disalahgunakan di tingkat global dengan angka pravalensi
U

2,3% dan 2,9% per tahun.


DID

Berdasarkan survei Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2019 menunjukkan bahwa angka prevalensi penyalahguna
IA

narkoba di Indonesia mencapai 1,80% atau sekitar 3.419.188 jiwa atau bisa dikatakan 180 dari 10.000 Penduduk
ES

Indonesia berumur 15 – 64 tahun terpapar memakai narkoba selama satu tahun terakhir. Narkoba yang paling
banyak digunakan adalah shabu (4.697 orang), selanjutnya secara berurutan adalah jenis ganja (4.175 orang),
ON

heroin (3. 455 orang), ekstasi (1.536 orang) dan opiat (736 orang). Angka kematian karena narkotika dan obat
terlarang di Indonesia mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Dalam sehari, jumlahnya mencapai 40-50 orang.
IND

Kasus Narkoba Di Kota Palu berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Palu pada tahun 2012
U

berjumlah 85 Kasus, angka ini menurun menjadi 49 kasus pada tahun 2013. Namun, pada Tahun 2014
L

jumlah kasus penyalahgunaan narkotika justru bertambah menjadi 55 kasus.


PA

Sumber:
• Andriyani, T. Upaya Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Mahasiswa Politeknik
Negeri Sriwijaya. Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis. 2011
• Aidil M. 2015. Efektifitas penerapan undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika di Kota Palu.
LANDASAN HUKUM UTAMA KASUS
PENYALAAHGUNAAN NARKOBA

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika
KLASIFIKASI
Narkotika

Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :


• Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling
berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan
ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan
apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni
berupa bubuk.
• Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : Morfin, petidin dan turunannya,
benzetidin, betametadol.
• Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan
dan penelitian. Contoh: kodein dan turunannya

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika


Psikotropika
Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :
• Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya
seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu
(berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).
• Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan Sindroma
ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : ampetamin dan
metampetamin.
• Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam.
• Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam
Sumber: Martono. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka
Zat adiktif juga termasuk dalam golongan narkoba yang dikategorikan menjadi 3 :
• Sedative-Hipnotik merupakan penekan susunan saraf pusat. Contohnya antara lain : sedatin/pil BK,
rohypnol, magadon, valium dan mandrax (MX), yg paling banyak disalah gunakan adalah golongan
Benzodiazepin
• Amfetamin (Stimulan) adalah suatu bahan sintetik (buatan) yang tergolong perangsang susunan
saraf. Ada tiga jenis amfetamin yaitu laevoamfeamin (benzedrin), dekstroamfetamin (deksedrin),

Zat adiktif dan metilamfetamin (metedrin). Golongan amfetamin yang banyak disalahgunakan adalah MDMA
(3,4, metilan-di-oksi met-amfetamin) atau lebih dikenal dengan ekstasi dan metamfetamin (shabu-
shabu).
• Halusinogen berpengaruh terhadap persepsi bagi penggunanya. Orang yang mengkonsumsi obat
tersebut akan menjadi orang yang sering berhalusinasi. Halusinogen alami antara lain ganja,
kecubung, meskalin yang berasal dari kaktus Liphophora williamsii dan psilocybin yang berasal dari
jamur Psilocybe mexicana dan halusinogen sintetik antara lain adalah LSD (Lysergic acid
Diethylamide).
Sumber: Ramlawati. Zat Aditif Dan Adiktif Serta Sifat Bahan Dan
Pemanfatannya.
Gambar Narkoba

Ganja Ekstasi Heroin

Shabu-Shabu Opioid LSD


Gambar Narkoba

Kecubung Opium Putau

Jamur kotoran sapi (Magic Mushroom)


Tembakau gorila
PEMERIKSAAN NARKOBA
Uji Skrining
Merupakan pemeriksaan awal obat pada golongan yang besar atau
metobolitnya dengan hasil presumptif positif atau negatif. Pemeriksaan
skrining, metode yang sering digunakan adalah immunoassay.

Uji Konfirmasi
Untuk menentukan pemakaian
Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif narkoba pada seorang individu,
pemeriksaan narkoba seringkali
pada pemeriksaan skrinig. Pemeriksaan konfirmasi menggunakan dilakukan menggunakan
metode yang sangat spesifik. berbagai spesimen biologis
seperti darah, urine, cairan oral,
keringat ataupun rambut.

Indrati AR. 2015. Pemeriksaan Labotatorium Patologi Klinik Narkoba. Bandung: Dept.Patologi Klinik Universitas Padjadjaran
UJI SKRINING

Tes immunoassay
Reaksi Warna
(Strip test)
Prinsip pemeriksaannya Utk Gol.Narkotika dan Psikotropika
a. Metode Marquis
adalah reaksi antigen dan b. Metode Mecke
antibodi secara kompetisi. c. MetodeFrohde
d. Metode Simon
e. Metode Braton Masrhall
f. Metode Liebermann Untuk golongan
g. Metode Fast Blue B benzodiazepin reaksi
h. Tes Duquenois warna tidak dianjurkan
untuk dipakai karena
Utk Pemeriksaan Alkohol jenis zat dalam golongan
ini yang sangat beragam,
a. Kalium Bikromat pemeriksaan yang
b. Mikrodifusi dianjurkan adalah
c. Metanol Kromatografi Lapis Tipis
(KLT).
d. Aseton

Sumber: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, Psikotropika Dan Obat Berbahaya. Badan Narkotika Nasional
Bekerjasama Dengan Departemen Kesehatan Tahun 2008
Pada pemeriksaan dengan metode immunoassay dapat menyebabkan positif
palsu karena reaksi silang dengan substansi lain. Berbagai substansi yang dapat
menyebabkan reaksi silang pada pemeriksaan skrining disampaikan pada tabel
berikut:

Indrati AR. 2015. Pemeriksaan Labotatorium Patologi Klinik Narkoba. Bandung: Dept.Patologi Klinik Universitas Padjadjaran
Metode Marquis
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang
diperiksa dengan formaldehid dalam suasana asam
sulfat pekat

Metode Mecke

Prinsip-Prinsip Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang


diperiksa dengan asam selenius dalam suasana
pada Reaksi asam sulfat pekat

Warna Metode Frohde


Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang
diperiksa dengan asam molibdat/natrium molibdat
dalam suasana asam sulfat pekat

Metode Simon
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang
Sumber: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, diperiksa dengan Reagen Simon dalam suasana
Psikotropika Dan Obat Berbahaya. Badan Narkotika Nasional basa
Bekerjasama Dengan Departemen Kesehatan Tahun 2008
Metode Braton Marshall

Pembentukan senyawa berwarna violet dengan natrium


nitrit dan asam sulfamat dalam suasana asam

Metode Liebermann
Sampel yang diperiksa setelah diekstraksi dengan eter
Prinsip-Prinsip pada pH 3-4 (HCl 2 N), bereaksi dengan NaNO2 dalam
suasana H2SO4 pekat membentuk senyawa berwarna.
pada Reaksi
Warna Metode Garam Fast Blue B
Sampel diekstraksi dengan petroleum eter dan atau
kloroform kemudian direaksikan dengan Garam Fast
Blue B membentuk senyawa berwarna

Tes Duquenois
Cuplikan bereaksi dengan asetaldehid/vanilin dalam
suasana asam sehingga terjadi perubahan warna yang
Sumber: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika,
Psikotropika Dan Obat Berbahaya. Badan Narkotika Nasional
larut dalam kloroform.
Bekerjasama Dengan Departemen Kesehatan Tahun 2008
Hasil Tes Warna Beberapa Metode

Sumber: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, Psikotropika Dan Obat Berbahaya. Badan Narkotika Nasional
Bekerjasama Dengan Departemen Kesehatan Tahun 2008
Hasil Tes Warna Utk Derivat Amfetamin

Sumber: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, Psikotropika Dan Obat Berbahaya. Badan Narkotika Nasional
Bekerjasama Dengan Departemen Kesehatan Tahun 2008
UJI KONFIRMASI

Metode-Metode yang digunakan


a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
b. Kromatografi Gas
c. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KC-KT)
d. Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM)

Sumber: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, Psikotropika Dan Obat Berbahaya. Badan Narkotika Nasional
Bekerjasama Dengan Departemen Kesehatan Tahun 2008
PRINSIP UJI
KONFIRMASI

KLT
Sampel diekstraksi dengan metanol, elusi menggunakan eluen tertentu, sehingga terbentuk noda dengan Rf tertentu. Noda
discanning dengan spektrodensitometer, sehingga terbentuk spektrum serapan sinar ultraviolet sebelum akhirnya noda pada
pelat disemprot menggunakan penyemprot tertentu. Rf spektrum serapan sinar ultraviolet dan warna noda hasil
penyemprotan dari sampel dibandingkan terhadap baku pembanding

Kromatografi Gas
Residu hasil ekstraksi yang dilanjutkan dengan derivatisasi dilarutkan dengan pelarut kloroform methanol disuntikkan ke
dalam kromatografi gas dengan kondisi tertentu sehingga diketahui waktu retensi (R), luas area dan puncak kromatogram
yang dihasilkan.

Sumber: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, Psikotropika Dan Obat Berbahaya. Badan Narkotika Nasional
Bekerjasama Dengan Departemen Kesehatan Tahun 2008
LANJUTAN...
KG-SM
Metabolit senyawa opiat dalam bentuk glukoronida di pecah/ hidrolisis dengan enzim β-glukuronida (H. Pomatia)
dengan cara inkubasi 55º C selama 2 jam menjadi senyawa opiat bebas yang kemudian dilanjutkan ditarik dengan
cara ekstrkasi padat-cair dengan teknik SPE (solid phase extraction) dan mengubahnya menjadi senyawa yang
mudah menguap (diderivatisasi) agar segera menjadi fasa gas pada waktu diinjeksikan ke GC-MS dan untuk
menaikkan sesitivitas atau memperbaiki resolusi (KNNAP, 1979).

KC-KT
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi, kemudian dideteksi dengan detektor
menghasilkan spektrum dengan waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku
pembanding.

Sumber: Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, Psikotropika Dan Obat Berbahaya. Badan Narkotika Nasional
Bekerjasama Dengan Departemen Kesehatan Tahun 2008
Pada tabel berikut disampaikan kadar metabolit minimal
pemeriksaan narkoba untuk skrining maupun konfirmasi

Indrati AR. 2015. Pemeriksaan Labotatorium Patologi Klinik Narkoba. Bandung: Dept.Patologi Klinik Universitas Padjadjaran
Pengambilan darah dan urine untuk Uji Laboratorium
DUGAAN URINE DARAH/SERUM

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No.923 tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Laboratorium Pemeriksa Narkotika dan
Psikotropika Projustitia
Kondisi Normal Urine
Berat Jenis
Berat jenis urine berkisar antara 1,002-
1,020

pH Kreatinin
pH urine normal berkisar Konsentrasi kreatinin lebih

3
antara 4,5-8 dari 20mg/dL

2 5
Suhu Warna
Suhu urine harus dicatat

1 6
Tampilan urine normal
dalam waktu 4 menit
(tidak berbusa, keruh,
sesudah pengambilan
berwarna gelap atau
sampel dengan suhu di
sangat jernih dan kuning
antara 32-38ºC dan tetap
muda)
di atas 33ºC dalam waktu
15 menit.

Indrati AR. 2015. Pemeriksaan Labotatorium Patologi Klinik Narkoba. Bandung: Dept.Patologi Klinik Universitas Padjadjaran
Pencegahan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya

1. Penyebaran informasi mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya
2. Pemberiaan edukasi dini kepada peserta didik melalui satuan pendidikan mengenai bahaya penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
3. Peningkatan peran aktif masyarakat untuk ikut mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
4. Peningkatan koordinasi lintas lembaga pemerintah dan masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap setiap
kegiatan yang berpotensi terjadi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
5. Memberikan penanganan khusus bagi pemakai narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya

Refrence: Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 1 Tahun 2018 Tentang pencegahan dan penanggulangan terhadap penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
Sasaran Pencegahan
a) Keluarga
b) Lingkungan masyarakat
c) Satuan pendidikan
d) Organisasi kemasyarakatan
e) Instansi pemerintah di daerah, lembaga pemerintah di daerah, DPRD, badan usaha, tempat usaha,
hotel/penginapan dan tempat hiburan
f) Pemondokan dan asrama
g) Media massa
h) Tempat ibadah

Refrence: Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 1 Tahun 2018 Tentang pencegahan dan penanggulangan terhadap
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
Kesimpulan
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi
seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam
tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik,
intravena, dan lain sebagainya. Narkoba dibagi dalam 3 jenis : Narkotika,
psikotropika, zat adiktif lainnya. Jumlah kasus penyalahgunaan narkotika
semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pemeriksaan urine pada skrining narkoba merupakan pemeriksaan
yang banyak dilakukan karena cepat, sederhana dan terpercaya dengan
spesimen yang dapat diperoleh secara tidak invasif. Kekurangan penggunaan
spesimen urine adalah mudahnya dilakukan pemalsuan spesimen, sehingga
dibutuhkan pengawasan saat dilakukan pengambilan sampel.
THANK YOU
BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Anda mungkin juga menyukai