PENDAHULUAN
Hukum Acara Perdata
Dr.Rachmi Sulistyarini, SH, MH ©
ASAS- ASAS
HUKUM ACARA
KUASA HUKUM SURAT GUGATAN SENDIRI PERDATA DALAM
PRAKTEK
menjawab jawab
PENGGUGAT TERGUGAT
PEMBUKTIAN
PUTUSAN HAKIM
UPAYA HUKUM
DARI PARA PIHAK
EKSEKUSI 2
A. Definisi, Sifat, dan Fungsi Hukum
Acara Perdata
Hukum Perdata ada 2 macam:
Perdata Materiil
Perdata Formil Acara Perdata
Hubungan antara HUKUM ACARA PERDATA dan
HUKUM PERDATA adalah:
HUKUM ACARA PERDATA HUKUM PERDATA
(hukum formil) (hukum materiil)
5
Definisi Hukum Acara Perdata menurut UU
No 14 Tahun 1970 tentang Pokok- pokok
Kekuasaan Kehakiman,yaitu:
Hukum yang mengatur cara- cara yang
dipergunakan untuk melaksanakan hukum perdata
materiil oleh/ dengan perantara hakim.
Tuntutan hak mempunyai pengertian yang
lebih luas dari pada gugatan.
Tuntutan hak: tindakan meminta perlidungan
hukum dari pengadilan
Kegunaanya untuk menghindari tindakan main
hakim sendiri
6
Tuntutan hak dibedakan menjadi dua jenis:
Tuntutan hak yang mengandung sengketa, dikenal
dengan istilah GUGATAN terdapat dua pihak,
tergugat dan penggugat
Tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa,
dikenal dengan istilah PERMOHONAN hanya
ada satu pihak.
Berdasarkan 2 macam tuntutan hak tersebut,
maka peradilan dibedakan menjadi 2 macam:
Peradilan: Pelaksanaan hukum dalam hal konkrit
manakala ada tuntutan hak (untuk proses
pemeriksaan perkara di pengadilan).
Pengadilan: Lembaga yang berfungsi
melaksanakan peradilan.
7
Peradilan ada 2 macam:
1. Contentieuse jurisdictie
Disebut juga peradilan sesungguhnya atau
peradilan yang sebenarnya, adalah peradilan
yang diperuntukkan bagi tuntutan hak yang
mengandung sengketa, cirinya:
terdapat dua pihak
Tuntutan diajukan dengan cara gugatan
Peradilan terbuka untuk umum
Ketentuan- ketentuan pembuktian baik dalam HIR
ataupun dalam buku IV BW dilaksanakan sepenuhnya
Hasil akhir berupa putusan atau vonis
Hakim betul- betul berfungsi sebagai lembaga
yudikatif, memeriksa dan mengadili perkara
Contoh: perkara pembagian waris, perkara utang- piutang
8
2. Voluntaire jurisdictie
Disebut juga peradilan semu atau peradilan yang
tidak sesungguhnya, adalah peradilan yang
diperuntukkan bagi tuntutan hak yang tidak
mengandung sengketa, cirinya:
Diajukan dengan cara permohonan
Peradilan tertutup
Ketentuan- ketentuan mengenai pembuktian tidak
diperlukan sepenuhnya, karena tidak ada sengketa
Hasil akhir berupa penetapan atau beschikking
Hakim lebih bersifat administratif
Contoh: pengangkatan anak, penetapan wali
9
Tahap- tahap tindakan Hukum Acara Perdata
1. Pendahuluan
Karena mendahului pemeriksaan perkara, tahap
yang dilakukan sebelum pemeriksaan perkara.
terdiri dari:
a. Pencatatan (pencatatan gugatan)
b. Penetapan biaya (biaya perkara)
Perkara tidak akan dicatat oleh panitera
pengadilan apabila belum membayar biaya perkara
c. Penetapan hari sidang oleh ketua majelis
d. Pemanggilan para pihak atas perintah ketua majelis oleh
juru sita
e. Sita jaminan:
Pada tahap pendahuluan
Pada tahap pemeriksaan perkara sedang berlangsung
Pada tahap tingkat banding 10
2. Penentuan/ pemeriksaan
Hal penting:
a. Hakim menjatuhkan putusan gugur dan verstek
b. Perdamaian
c. Jawaban, rekonvensi, eksepsi
d. Perubahan gugatan
e. Kumulasi gugatan
f. Pembuktian
g. Putusan: bukan merupakan akhir dari proses,
hanya merupakan akhir dari tahap 2 (penentuan/
pemeriksaan)
11
3. Pelaksanaan putusan
a. Aanmaning
b. Sita eksekutorial
c. Pelaksanaan
12
B. Sumber Hukum Acara Perdata
Adalah segala sesuatu (ketentuan- ketentuan di
mana hukum acara perdata tersebut )berasal.
Karena belum ada hukum acara perdata yang
permanen, maka selama ini sumber hukum
acara perdata diperoleh dari berbagai sumber.
Akan dijelaskan beberapa sumber hukum
acara perdata, yaitu:
13
1. H.I.R (Het Herziene Indonesisch Reglement)
R.I.B (Reglemen Indonesia Baru)
Dulunya HIR bernama I.R. (Irlands Reglement), krn
adanya peraturan tahun 1848, maka sejak itu telah
mengalami perubahan. Tetapi perubahan yang drastis
terjadi pada tahun 1941, awal perang dunia II.
Pada awalnya kejaksaan adalah pegawai dari
departemen dalam negeri, kemudian terjadi
perubahan, kejaksaan berdiri sendiri, maka I.R.
berubah menjadi H.I.R.
H.I.R./ R.I.B. hanya diperuntukkan untuk Jawa dan
Madura.
14
2. R.Bg (Rechts Reglement Buitengewesten)
R.Bg untuk daerah seberang, selain Jawa dan Madura.
Sebenarnya prinsipnya sama, dipisahkan karena ada hal- hal
yang khusus untuk luar Jawa yang tidak diatur dalam H.I.R.
3. Buku ke IV B.W.
4. UU no. 4 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman
UU no. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum jo UU no
8/2004
UU no. 14 tahun 1985 tentang MA jo UU 5/2004
UU no. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo UU no
3/2006
UU no. 5 tahun 1986 tentang PTUN jo UU no 9/2004
15
5. UU no. 20 tahun 1947 tentang
Banding untuk Jawa dan Madura
6. UU no. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan, serta PP no 9 tahun
1975.
Perkawinan dan perceraian
merupakan perkara khusus, yang
bersifat tertutup, ketentuan-
ketentuannya khusus. 16
7. B.Rv/ R.V. (Burgerlijke Rechtsvordering)
Pasal 131 yo 163 IS penggolongan penduduk.
Akibat dari pembagian golongan ini maka hukum
juga dibedakan:
a. Raad van Justitee, pengadilan untuk orang
Eropa atau yang disamakan dengan orang
Eropa, berlaku hukum acara perdata B.Rv/ R.V.
b. Land Raad, pengadilan untuk bumiputera,
berlaku hukum acara perdata H.I.R.
Ketentuan dalam H.I.R. disesuaikan untuk
kepentingan bumiputera yang dianggap bodoh.
Apabila tidak diatur dalam H.I.R. tapi dibutuhkan
dalam praktek maka menggunakan R.V.
Setelah merdeka, Raad van Justitee tidak ada lagi.
Land Raad menjelma menjadi Pengadilan Negeri 17
dengan sumber H.I.R.
8. Ilmu Pengetahuan
9. Jurisprudentie
18
C. Asas- asas Hukum Acara Perdata
Hal- hal yang paling prinsip dalam beracara:
1. Hakim bersifat menunggu- inisiatif mengajukan
tuntutan hukum diserahkan sepenuhnya kepada para
pihak.
Terdapat suatu adagium berbunyi “Nemo judex sine
actore” (apabila tidak ada perkara maka hakim tidak
ada).
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan
mengadili suatu perkara yang ditujukan dengan dalih
bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib
untuk memeriksa dan mengadilinya.
19
Pasal 16 (1) UU No 4 tahun 2004:
hakim sebagai organ pengadilan dianggap
memahami hukum pencari keadilan, andaikata
ia tidak menemukan hukum tertulis, ia wajib
menggali hukum tidak tertulis untuk
memutuskan berdasarkan hukum sebagai
seorang yang bijaksana dan bertanggung jawab
penuh kepada Tuhan YME, diri sendiri,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Ius Curia Novit: hakim dianggap tahu akan
hukum. Apabila tidak ada hukumnya, hakim
harus melakukan penemuan hukum.
Ahli dipanggil hakim untuk membantu
memecahkan suatu masalah.
20
2. Hakim bersifat pasif
a. Di dalam gugatan, isi gugatan ada
3 hal, yaitu:
Identitas
Posita: dasar dalam mengajukan
gugatan
Petitum: apa yang diminta oleh
penggugat untuk diputus
oleh hakim.
21
b. Hakim bersifat pasif dalam hal mengakhiri
sengketa.
Apabila para pihak sepakat mengakhiri sengketa, maka
hakim tidak dapat menghalangi.
c. Pasal 178 HIR, pasal 189 (2,3) R.Bg
Pasal 178 HIR:
1) Waktu musyawarah, hakim berwajib, karena
jabatannya, mencukupkan segala alasan hukum, yang
tidak dikemukakan oleh kedua belah pihak.
2) Hakim itu wajib mengadili segala bagian tuntutan.
3) Ia dilarang akan menjatuhkan putusan atas perkara yang
tiada dituntut, atau akan meluluskan lebih dari pada
yang dituntut.
Hakim dilarang menjatuhkan putusan tentang hal- hal
yang tidak dimohon atau tidak dituntut oleh para pihak,
sehingga putusan hakim:
Putusan terhadap gugatan boleh dikabulkan semua
Putusan terhadap gugatan tidak boleh ditambah
Putusan terhadap gugatan boleh dikurangi/ tidak dikabulkan
semua 22
d. Hakim bersifat pasif dalam hal apakah para
pihak banding atau tidak, tergantung dari
para pihak.
dalam HIR tidak sepenuhnya hakim bersifat
pasif, tetapi pada prinsipnya hakim bersifat
pasif.
Selaku pimpinan sidang hakim aktif:
Pasal 119 HIR: memberikan pertolongan
Pasal 132 HIR: memberikan nasihat
Pasal 195 HIR: memimpin eksekusi
Hal ini berbeda dengan B.Rv, dalam B.Rv
hakim benar- benar bersifat pasif, karena yang
berperkara menurut B.Rv harus pengacara atau
advokad.
23
3. Sidang terbuka untuk umum
Setiap sidang boleh disaksikan oleh
semua orang, untuk memungkinkan
masyarakat mengontrol jalannya
persidangan sehingga hakim berlaku
pobyektif sosial kontrol
Pasal 19(1)(2) UU No 4 tahun 2004,
pasal 179 (1), 317 HIR, pasal 190
R.Bg, mensyaratkan bahwa apabila
sidang tidak terbuka untuk umum,
maka “batal demi hukum.”
24
Pasal 19 UU 4/ 2004:
1) Sidang pemeriksaan pengadilan adalah
terbuka untuk umum, kecuali apabila
undang- undang menentukan lain.
2) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam
ayat (1) mengakibatkan batalnya
putusan menurut hukum.
3) Rapat permusyawaratan hakim bersifat
rahasia
25
Pasal 19UU 4/ 2004:
Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai
kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum.
Pasal 179 HIR:
Setiap putusan hakim/ pengadilan harus dibacakan di muka
persidangan yang dibuka untuk umum.
Di dalam hukum acara perdata, terdapat beberapa
perkecualian, tahapan- tahapan tertentu yang tertutup untuk
umum.
Dalam hal- hal tertentu, boleh dilakukan sidang tertutup,
tapi harus sesuai dengan asas, yaitu sidang terbuka kemudian
dilakukan secara tertutup. Misalnya untuk kasus perceraian
dengan alasan perzinahan, hal ini dimaksudkan agar para
pihak tidak malu mengemukakan pendapat atau alasannya.
Walaupun bersifat terbuka untuk umum, namun ada
beberapa peraturan sidang, antara lain: tidak boleh merokok
dalam ruang sidang, membawa senjata tajam, makanan, dan
lain sebagainya. Tujuannya adalah agar hakim dalam
mengadili benar- benar obyektif.
26
4. Mendengarkan kedua belah pihak
Pasal 5 (1) UU no 4 tahun 2004: pengadilan
mengadili menurut hukum dengan tidak
membeda- bedakan orang.
Pengadilan dalam mengadili perkara harus
memberikan kesempatan yang sama bagi kedua
belah pihak untuk mengemukakan pendapat.
Audi Et Altera Parte: hakim tidak boleh
membenarkan pernyataan satu pihak sebelum
mendengarkan pihak yang lain.
Kedua belah pihak yang bersangkutan harus
diperlakukan sama oleh hakim, karena hakim
mengadili perkara berdasarkan hukum asas
obyektivitas, hal ini untuk menjamin hak- hak
asasi manusia yang mendapatkan perlindungan.
27
5. Putusan disertai alasan
Dasar mengadili: pasal 25 UU No 4 tahun 2004,
pasal 184 (1), Pasal 319 HIR, pasal 195 R.Bg.
Setiap putusan hakim harus memuat alasan- alasan
dan pertimbangan yang cukup dan sempurna.
Pasal 25 UU 4/ 2004:
Segala putusan pengadilan selain harus memuat
alasan- alasan dan dasar- dasar putusan itu, juga
harus memuat pula pasal- pasal tertentu dari
peraturan- peraturan yang bersangkutan atau
sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar
untuk mengadili.
Alasan/ argumentasi: sebagai pertanggungjawaban
hakim atas putusannya. 28
6. Dikenakan biaya
Ps. 4 (2), Ps. 5 (2) UU 4/ 2004, Ps. 121, 182, 183
HIR, Ps. 145 (4), Ps. 192- 194 R.Bg.
Ps. 182 HIR – Penggunaan biaya
Disebutkan dalam putusan
Ps. 237 HIR, 273 R.Bg. Cuma- Cuma
7. Tidak ada Keharusan Mewakilkan
Pemeriksaan secara langsung
Ps. 123 HIR, 147 R.Bg kuasa
Kuasa khusus
Pen. Kuasa tidak boleh gugat lisan
29
D. BADAN- BADAN PERADILAN
Ps. 10 (2) UU 4/ 2004
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan:
Peradilan umum
Peradilan agama
Peradilan militer
Peradilan tata usaha negara
Ps. 11 (1)
MA adalah pengadilan negeri tertinggi
Ps. 14
Susunan kekuasaan serta acara …. diatur dalam UU
tersendiri 30
SUSUNAN
Ps. 3 (1) UU 2/ 1986
Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan
umum dilaksanakan oleh:
Pengadilan negeri
Pengadilan tinggi
Ps. 3 (2)
Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan
umum berpuncak pada MA sebagai pengadilan
negara tertinggi.
31
COMPETENTIE
Kompetensi absolut
Attribute van rechsmacht
Kompetensi relatif
Distibutuie van rechsmacht
Kuasa Khusus
Diberikan kepada orang tertentu
Melaksanakan perbandingan tertentu
Lawan orang tertentu
Mengenai hal tertentu
Di pengadilan tertentu
32