Anda di halaman 1dari 37

PENATALAKSANAAN JANGKA PANJANG DARI OKLUSI

VENA SENTRAL RETINA NON-ISKEMIK DENGAN


IMPLAN INTRAVITREAL FLUOCINOLONE ACETONIDE
190 ΜG (ILUVIEN®)
IDENTITAS JURNAL

• Judul Artikel: Long-term management of non-


ischemic central retinal vein occlusion with
fluocinolone acetonide intravitreal implant 190 ug
(ILUVIEN)
• Tahun Terbit: 2019
• Penulis: Coelho, et al
• Jurnal: Therapeutic Advances in Ophtalmology
ABSTRAK
Pendahuluan
• Edema macula setelah oklusi vena retina sentral adalah
penyebab utama kebutaan.
• Peningkatan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)
telah terlibat dalam pathogenesis edema macula pada oklusi
vena retinal sentral
ABSTRAK
Laporan Kasus
• Para penulis melaporkan sebuah kasus dengan oklusi vena sentral retina
non-iskemik yang berhasil diobati dengan implan intravitreal fluocinolone
acetonide rilis tunggal yang berkelanjutan.
• Setelah serangkaian suntikan kortikosteroid kerja pendek, mata yang
terkena menunjukkan ketajaman visual 20/200 dan ketebalan foveal
subbidang sentral 587 µm.
• Setelah fluocinolone acetonide dalam implan intravitreal dan selama
periode tindak lanjut 12 bulan, peningkatan ketajaman visual terus
menerus dan berkelanjutan sampai 20/25 dengan perbaikan anatomi yang
signifikan dan profil keamanan yang dapat diterima telah diamati
ABSTRAK
Hasil ini, menunjukkan bahwa implan intravitreal
fluocinolone acetonide mungkin menjadi pilihan pengobatan
yang efektif dalam edema makula sekunder untuk oklusi vena
sentral retina non-iskemik
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Oklusi Vena Retina sentral/Central Retinal Vein Occlusion
(CRVO) adalah kondisi vaskuler retina yang mempengaruhi
ketajaman visual dengan berat, termasuk kebutaan mendadak
• CRVO sering terjadi karena edema makuler
• Diduga kadar VEGF (Vascular Endothelial rowth Factor) yang
meningkat dan tekanan vena meningkat adalah mekanisme
utama
• Menghambat VEGF tampak sebuah strategi rasional untuk
menangani RVO (Retinal Vein Occlusion)
CRVO (CENTRAL RETINAL VEIN BRVO (BRANCH RETINAL VEIN
OCCLUSION) OCCLUSION)
PENDAHULUAN
• Beberapa penelitian klinis menunjukkan kadar VEGF
menurun signifikan setelah injeksi agen anti-VEGF
• Beberapa opsi termasuk: ranibizumab, dan aalibercept
• Vitrektomi pada Internal Limiting Membrane (ILM) telah
diajukan sebagai penanganan edema makuler karena CRVO
• Vitrektomi dapat meringankan edema makuler karena
memperbaiki traksi dan oksigenasi kavitas vitreus dan retina
setelah menghilangkan mediator inflamasi, termasuk VEGF
CASE REPORT
CASE REPORT
• Tiga tahun yang lalu, seorang pria berusia 65 tahun, dengan riwayat
hipertensi arteri yang terkontrol dan tanpa riwayat oftalmologis masa
lalu, dirujuk ke klinik mata kami karena kehilangan penglihatan di mata
kiri. Dia telah didiagnosis dengan CRVO di mata kiri seminggu sebelumnya
dan segera diobati dengan deflazacort 30 mg dan nepafenac (1 mg / ml).
• Pada pemeriksaan kami, ketajaman visual terbaik (BCVA) pasien yang
dikoreksi terbaik adalah 20/100 di mata kiri dan 20/20 di mata kanan, uji
senter-ayun dilakukan normal-normal saja tanpa cacat pupil aferen
relatif. Tekanan intraokular (TIO) adalah 16 mmHg tanpa terapi. Pada saat
itu, dilatasi fundoskopi dan tomografi koherensi optik (OCT - Cirrus HD-
OCT, Carl Zeiss. Meditec Inc, Dublin, CA, USA) menunjukkan adanya
perdarahan peripapiler dan edema papiler dengan eksudat yang tersebar
CASE REPORT
• Fluorescein angiografi kemudian dilakukan menunjukkan pada mata
kiri adanya penundaan dalam waktu transit arteriovenous,
perdarahan retina, pewarnaan dinding pembuluh darah, dengan
perfusi di atas retina perifer dan tidak ada neovaskularisasi yang
terlihat
Fotografi Fundus
menunjukkan:

a. Adanya perdarahan
peripapiler dan edema
papiler dan eksudat
menyebar

(b-d). Angiografi
fluorescein
menunjukkan adanya
perdarahan retina
dengan perfusi di retina
perifer dan tidak adanya
neovaskularisasi
CASE REPORT
• Ketajaman visual berangsur-angsur membaik dalam 2 bulan
berikutnya dari 20/100 menjadi 20/20 dengan penurunan ketebalan
foveal pusat (CSFT) dari 608 μm menjadi 319 µm (Gambar 2 (a) dan
((b)). B) ). TIO di mata kiri meningkat dari 16 mmHg menjadi 30
mmHg pada bulan kedua setelah implan deksametason IV, tanpa
perubahan TIO di mata kanan.
• Tetes mata Bimatoprost + timolol (0,3 mg / ml + 5 mg / ml) kemudian
dimulai, pada bulan kedua setelah implan deksametason pertama, dan
TIO berhasil dikelola menurun menjadi 18 mmHg.
CASE REPORT
• Dilatasi fundoscopy mengungkapkan vena retina yang berliku dan
melebar dengan pengurangan edema makula yang signifikan pada
mata kiri. Tiga bulan kemudian, BCVA menurun lagi menjadi 20/200
dan CSFT meningkat menjadi 680 μm.
• Satu bulan kemudian, pasien menjalani vitrektomi dengan
pengelupasan ILM, menunjukkan pada kunjungan pasca operasi baik
perbaikan dalam anatomi makula dan ketajaman visual (20/32),
meskipun edema makula dapat ditemui pada berkas papiler papula.
CASE REPORT
• Tiga lebih banyak implan deksametason IV disuntikkan selama setahun
dengan interval rata-rata antara suntikan sekitar 3 bulan untuk
mengendalikan kekambuhan edema makula yang sering terjadi dan
hilangnya ketajaman visual terkait. Selama periode ini penglihatan
berkisar antara 20/32 dan 20/200, sesuai dengan adanya edema macula
• Fluktuasi konstan pada ketajaman visual ini sangat terbatas dan tidak
nyaman bagi pasien yang sering mengeluh. TIO cenderung meningkat
pada puncak efek implan deksametason IV, maksimum 24 mmHg, tetapi
dikelola dengan baik dengan tetes mata bimatoprost + timolol (0,3 mg /
ml + 5 mg / ml) tanpa pengobatan topik tambahan atau operasi
glaukoma.
Optic Coherence Tomography mata kiri sebelum (a) dan sesudah (b) 2 bulan
perbaikan setelah injeksi implant intravitreal deksametason, dan (c)
kambuhnya edema makuler setelah 3 bulan post-implant intravitreal
deksametason
CASE REPORT
• Pasien mengembangkan katarak kortikonuklear di mata kiri dengan
operasi katarak berikutnya yang berjalan lancar, 1 tahun dan 4 implan
deksametason setelah diagnosis CRVO Pada saat operasi katarak, obat
glaukoma topikal diganti dari bimatoprost + timolol (0,3 mg / ml + 5
mg / ml) menjadi brimonidine dan timolol (2 mg / ml + 6,8 mg / ml).
• Pengulangan konstan edema makula dan gangguan penglihatan diamati
meskipun diulang implan deksametason IV, di samping masalah
kepatuhan karena injeksi IV multipel. Setelah 20 bulan dan 6 implan
deksametason sejak diagnosis CRVO non-iskemik, setahun yang lalu
pasien menerima implan fluocinolone acetonide IV (ILUVIEN®, Alimera
Sciences Limited, UK), meskipun tidak memiliki lisensi untuk patologi ini.
CASE REPORT
• Setelah 12 bulan, ketajaman visual meningkat dari 20/200 menjadi
20/25 menjadi stabil sejak bulan pertama setelah injeksi implan
fluocinolone acetonide IV dengan penurunan progresif dalam CSFT
dari 578 µm menjadi 392 µm, tanpa perubahan signifikan sejak bulan
3.
• TIO tetap terkontrol di mata kiri selama follow-up implan fluocinolone
acetonide IV, dengan brimonidine dan timolol (2 mg / ml + 6,8 mg /
ml) karena implan fluocinolone acetonide IV, meningkat dari 16
mmHg sebelum implan fluocinolone acetonide IV hingga 18 mmHg
pada kunjungan terakhir, tanpa obat topik tambahan atau operasi
glaukoma
CASE REPORT
• Meskipun hasil fungsional dan anatomi yang baik diamati
pada bulan ke-12 tanpa terapi tambahan, masih mungkin
untuk mengamati edema makula residual pada OCT
• Namun, pasien senang dengan ketajaman visualnya saat ini,
stabil dan tidak tergantung pada injeksi IV untuk waktu
yang lama dengan peningkatan yang signifikan dalam
kualitas hidupnya, tidak tertarik dan menolak perawatan
tambahan apa pun.
Optic Coherence
Tomography mata kiri
(a)Sebelum injeksi
implant intravitreal
fluocinolone acetonide
(b)3 bulan setelah injeksi
(c)12 bulan setelah injeksi
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
• Pada kasus ini, penanganan dengan implant IV fluocinolone
acetonide tunggal efektif pada satu mata dengan edema
makuler kronis karena CRVO
• Perbaikan visual dan anatomis terus menerus dan
dipertahankan lebih dari 12 bulan
• Ketajaman visual membaik dari 20/200 hingga 20/25. CSFT
menurun dari 578 um hingga 392 um
PEMBAHASAN
• Diketahui bahwa pemberian steroid IV mempunyai peran
antiinflamasi, menurunkan permeabilitas vaskuler,
menghambat pergerakan leukosit
• Pada kasus ini, implant IV steroid (Deksametasone)
digunakan sebagai terapi lini pertama karena sifat non-
iskemik dan adanya perfusi pada retina perifer
• Steroid memberikan hasil yang baik, tetapi pasien tidak
menyukai harus injeksi setiap bulan anti-VEGF
PEMBAHASAN
• Edema makuler pada RVO adalah kondisi yang bertahan
lama, dan penanganan juga diperpanjag
• Monitoring dekat dibutuhkan untuk pasien ini
• Efektifitas dan keamanan implant IV deksametason pada
CRVO telah ditemukan pada berbagai penelitian lain
• Penelitian ini menunjukkan implant IV deksametason
membutuhkan penanganan berulang jangka panjang untuk
mengendalikan edema makula
KESIMPULAN
• Implan Fluocinolone acetonide IV (ILUVIEN®) ditemukan
efektif dan aman pada follow-up 12 bulan pada pasien
dengan edema makula kronis sekunder akibat CRVO non-
iskemik. Implan
• Fluocinolone acetonide IV mungkin menjadi pilihan
pengobatan yang efektif dalam edema makula sekunder
untuk CRVO non-iskemik. Diperlukan tindak lanjut yang
lebih lama untuk menilai durasi tindakan implan.
CRITICAL APPRAISAL
Pasien Dengan RVO (Retinal Vein Occlusion)
P
Implan intravitreal fluocinolone acetonide 190 μg
I
Tidak ada
C
Perbaikan ketajaman penglihatan dan perbaikan
O pada retina
JUDUL
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)

1 Jumlah kata dalam judul, < 12 kata +

2 Deskripsi Judul Menggambarkan isi utama penelitian


dan tanpa singkatan
3 Daftar penulis sesuai aturan jurnal +

4 Korespondensi penulis +
5 Tempat & waktu penelitian dalam judul Tempat (-), Waktu (-)
ABSTRAK
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)

1 Abstrak 1 paragraf +
2 Mencakup IMRC -
3 Secara keseluruhan informatif +
4 Tanpa singkatan selain yang baku +
5 Kurang dari 250 kata +
PENDAHULUAN
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)
1 Terdiri dari 2 bagian atau 2 paragraf
-
2 Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan
+
penelitian
3 Paragraf ke 2 menyatakan hipotesis atau tujuan
-
penelitian
4 Didukung oleh pustaka yang relevan
+
5 Kurang dari 1 halaman
+
Bahan dan Metode
No Kriteria Ya(+), Tidak (-)
1 Jenis dan rancangan penelitian +
2 Waktu dan tempat penelitian Waktu +/tempat -
3 Populasi Sumber +
4 Teknik sampling -
5 Kriteria inklusi -
6 Kriteria eksklusi -
7 Perkiraan dan perhitungan besar sempel -
8 Perincian cara penelitian +
9 Blind -
10 Uji Statistik +
11 Program komputer -
12 Persetujuan subjektif +
HASIL PENELITIAN
No. Kriteria Ya (+) Tidak (+)
1 Jumlah Subjek +
2 Tabel Karakteristik -
3 Tabel Hasil Penelitian -
4 Komentar dan Pendapat Penulis ttg hasil -

5 Tabel Analisis data dengan Uji -


Kesimpulan dan Daftar Pustaka
No. Kriteria Ya (+) Tidak (+)

1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah +

2 Pembahasan dan kesimpulan di paparkan dengan +


jelas
3 Pembahasan mengacu dari penelitian +
sebelumnya
4 Pembahasan sesuai dengan landasan teori +

5 Keterbatasan Penelitian +
6 Simpulan berdasarkan penelitian +
7 Saran Penelitian +
8 Penulisan Daftar Pustaka sesuai aturan +
CRITICAL APPRAISAL CASE REPORT
Pertanyaan Ya/Tidak/Ti
dak Relevan
• Were patient’s demographic characteristics clearly described? Ya

• Was the patient’s history clearly described and presented as a timeline? Ya

• Was the current clinical condition of the patient on presentation clearly Ya


described?

• Were diagnostic tests or methods and the results clearly described? Ya


CRITICAL APPRAISAL CASE REPORT
Pertanyaan Ya/Tidak/
Tidak
Relevan
• Was the intervention(s) or treatment procedure(s) clearly described? Ya

• Was the post-intervention clinical condition clearly described? Ya

• Were adverse events (harms) or unanticipated events identified and Y


described?

• Does the case report provide takeaway lessons? Ya


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai