Anda di halaman 1dari 9

sintren

-Alfitra Dwi Noviandi

-afdi bintang

-asmi afipah

-Erick nazal

-farah fauziah danopa

-M.Fadly Arifinanda
Asal usul Keunikan
sintren sintren

Pengertian Sintren di
sintren SINTREN majalengka

Alat music
Sejarah
dan tembang
dibalik tarian
Fungsi pengiring
ritual sintren
kesenian pada sintren
sintren
Pengertian
sintren

Sintren adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa,


khususnya di Cirebon. Kesenian ini terkenal di pesisir utara
Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu,
Cirebon, Subang utara, Majalengka, Jatibarang, Brebes,
Pemalang, Tegal, Banyumas, Kuningan, dan Pekalongan
Asal usul Nama
Sintren

Dari segi asal usul bahasa atau etimologi, “sintren” merupakan gabungan dua suku
kata “Si” dan “tren”. Si dalam bahasa Jawa berarti “ia” atau “dia” dan “tren” berarti
“tri” atau panggilan dari kata “putri” (Sugiarto, 1989:15). Sehingga Sintren adalah
”Si putri” yang menjadi objek pemeran utama dalam pertunjukan kesenian sintren
ini.
Keunikan sintren

– Dalam pementasannya, nggak sembarang orang bisa menjadi penari Sintren, lho. Ada beberapa syarat
khusus yang harus dipenuhi untuk menjadi penari utamanya. Penari Sintren harus masih lajang dan nggak
pernah tersentuh oleh laki-laki (masih perawan). Penari tersebut juga harus melakukan puasa terlebih
dahulu sebelum pementasan agar benar-benar suci dan bersih. Hal ini bertujuan agar roh yang memasuki
penari nanti nggak kesulitan untuk merasuki tubuh penari.
– Ketika alunan musik bernuansa mistis tersebut mulai dimainkan, kemudian sang pawang mulai beraksi
dengan membacakan doa-doa. Penari sebelumnya menggunakan pakaian putih dan kacamata hitam
dengan kondisi terikat oleh tali. Setelah itu pawang memasukkannya ke dalam kurungan tertutup dan
memberikan kostum khusus. Kostum ini hampir mirip dengan kostum yang digunakan untuk wayang
orang, Sahabat.
– Nah, ini yang membuat penasaran banyak orang. Dalam kondisi tubuh terikat dan di dalam kurungan yang
gelap, tiba-tiba penari sudah terlepas dari tali dan mengenakan pakaian saat kurungan dibuka oleh
pawang.
Sejarah dibalik tarian ritual sintren

– Sintren adalah kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya, merupakan sebuah tarian yang berbau
mistis / magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dan Raden Sulandono. Tersebut dalam kisah bahwa Raden
Sulandono adalah putra Ki Bahurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantansari.
Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut
tidak mendapat restu dari Ki Bahurekso. Akhirnya Raden Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.
Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung melalui alam goib. Pertemuan tersebut
diatur oleh Dewi Rantansari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula Raden Sulandono yang
sedang bertapa dipanggil rohnya untuk menemui Sulasih, maka terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan Raden
Sulandono.
Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya. Sintren
diperankan seorang gadis yang masih suci (perawan), dibantu oleh pawangnya dan diiringi gending 6 orang.
Pengembangan tari sintren sebagai hiburan rakyat, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan pelawak. ***
Fungsi kesenian sintren

– FUNGSI KESENIAN SINTREN


– 1. Sebagai sarana hiburan masyarakat.
2. Apresiasi seni dan nilai-nilai estetik masyarakat.
3. Digunakan untuk keperluan upacara-upacara ritual seperti : bersih desa,
sedekah laut, upacara tolak bala, nadzar, ruwatan dan pernikahan.
4. Untuk memeriahkan peringatan hari-hari besar, seperti hari ulang tahun
kemerdekaan, hari jadi.
Alat musik dan tembang pengiring pada sintren

– Pada awal munculnya kesenian sintren, alat musik yang digunakan untuk mengiringi adalah alat musik tetekan
sebagai ritme dan melodi, bumbung besar (bambu dipotong) sebagai gong dan kendang.
– Setelah alat musik gamelan membudaya di kalangan masyarakat, kesenian sintren tidak lagi menggunakan alat
musik tetekan dan bumbung besar melainkan menggunakan instrumen gamelan khas laras slendro.

--Jenis tembang yang biasanya digunakan mengiringi kesenian sintren adalah tembang a). sulasih sulandono laras
slendro pathet manyuro; b). tembang turun- turun sintren, laras slendro pathet manyuro ; c).tembang pitik
walik, laras slendro pathet manyuro; d). tembang kembang laos, laras slendro pathet manyuro.
– Menurut fungsinya tembang pengiring sintren digolongkan menjadi 5 (lima) bagian yaitu :
– 1. Iringan proses pembentukan sintren
2. Iringan penyajian hiburan
– 3. Iringan permohonan dan puji rahayu (pengruwatan)
4. Iringan penyajian akrobat
– 5. Iringan Penutup
Sintren di majalengka
– Pertunjukan sintren diawali lagu lagu dari majalengka oleh kelompok music diatas panggung,di depnnya
2 perempuan menari.
– Perhatian penonton akan beralih ketika pawang pertunjukn,mengambil salah satu gadis dari kerumunan
penonton,untuk ikut terlibat.Pawang kemudan menghipnotis perempuan itu.Tubuhnya direbahkan dan
dibungkus kain kafan berlapis tikar,doa di rapal oleh pang,ketika tikar dibuka perempuan itu tidak ada
pindah kedalam kurungan ayam didekat gulungan tikar.
– Ketika kurungan ayam dibuka gadis yang tadinya biasa saja,berubah menggunakan kostum
penari,kemudian dipakaikan kacamata hitam,gadis itu jadi pemeran utama
– Klimaksnya,tubuh penari kerasukan oenguasa pantai utara,Dewi lanjar .di cerita jawa diceritakan
bahwaada seorang gadis namanya dewi sulasihyang pacaran dengan pangeran sulandomo,namun cinta
keduanya tidak direstui,dewi sulasih kemudian menjelma menjadi penari pertunukan demi bisa bertemu
dengan pangeran selondono yang dating sebagai penpnton,hinngga tubuhnya dirasuki dewi lanjar.

Anda mungkin juga menyukai