Anda di halaman 1dari 16

BLADDER TRAINING PADA

KLIEN DENGAN GANGGUAN


ELIMINASI URINE
Nama kelompok 2:
1.Wahyu Agus Sunaryo
2.Miftakhul Hasanah
3.Ike Adelia Pratama
4.Siti Nur Kholifatus S
5.Nadhirotul Umami
6.Herfiana Okta Natasha
PENGERTIAN
 Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel
(feses).
 Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi.
 Kandung kemih tidak dapat terisi dan berkontraksi
pada saat terpasang kateter, hal ini menyebabkan
kapasitas kandung kemih menurun atau hilang
(atonia).
 Menurunya rangsangan berkemih terjadi akibat
pemasangan kateter tetap dalam waktu yang lama
sehingga mengakibatkan kandung kemih tidak akan
terisi dan berkontraksi dalam waktu yang lama pula.
PENGERTIAN
 Bladder training adalah salah satu upaya
untuk mengembalikan fungsi kandung kemih
yang mengalami gangguan ke keadaan
normal atau ke fungsi optimal neurogenik
(potter & perry, 2005).
 Bladder training dapat dilakukan dengan
latihan menahan kencing (menunda untuk
berkemih).
TUJUAN
 melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih. (AHCPR, 1992 dalam buku
fundamental keperawatan vol. 2 karangan Potter dan Perry).
 Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri.
 memperpanjang interval berkemih yang normal dengan
berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi (LIVAIT
JEDDAHWATI, 2012)
 Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang
lama.
 Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang
sementara waktu tidak ada karena pemasangan kateter.
 Klien dapat mengontrol berkemih
 Klien dapat mengontrol buang air besar
 Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
 Menghindari isolasi sosial bagi klien
EFEKTIFITAS TEKNIK BLADDER
TRAINING
 Menurut Ni Wayan Oktaviani (2014), teknik
bladder training sangat efektif untuk
mengembalikan fungsi otot-otot detrusor akibat
pemasangan kateter terlalu lama.
 Menurut Wibowo (2019) teknik bladder training:
delay urinationterbukti efektif dalam mencegah
inkontinensia urin pada pasien BPH pasca operasi
TVP (p value = 0,091).
 Menurut Agustin (2014) bladder training
berpengaruh dalam mencegah inkontinensia urin
dengan P value 0,038 atau nilai P value < 0,05.
POLA BERKEMIH PASCA OPERASI

 Kemampuan klien untuk berkemih bergantung


pada adanya rasa desakan untuk berkemih,
kemampuan mengontrol sfingter uretra, dan
kemampuan untuk rileks selama berkemih
(Wartonah, 2004).
 Dalam waktu 6 sampai 8 jam setelah anestesi,
klien mendapatkan kontrol fungsi berkemih
secara volunter, bergantung pada jenis
pembedahan anestesi epidural atau spinal
menyebabkan klien tidak dapat merasakan
distensi atau penuhnya kandung kemih.
TERDAPAT TIGA MACAM
METODE BLADDER TRAINING

 kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan


otot-otot dasar panggul) merupakan aktifitas fisik yang
tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara
berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh.
 Delay urination (menunda berkemih)
 scheduled bathroom trips (jadwal berkemih)
Suhariyanto (2008).
 INDIKASI
 Klien yang dilakukan pemasangan kateter
cukup lama.
 Klien yang akan di lakukan pelepasan dower
kateter.
 Klien yang mengalami inkontinensia urin
 Klien post operasi.
 Orang yang mengalami masalah dalam hal
perkemihan
 Klien dengan kesulitan memulai atau
menghentikan aliran urin.
KONTRAINDIKASI

 Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal


ginjal. karena akan terdapat batu ginjal,yang
di observasi hanya kencingnya. Jadi tidak
boleh di bladder training
PROSEDUR
Penyuluhan
Memberikan pengertian kepada klien tentang
tata cara latihan bledder training yang baik,
manfaat yang akan dicapai dan kerugian jika tidak
melaksanakan bladder training dengan baik.
1. Persiapan pasien
 Sampaikan salam
 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
2. persiapan alat
 Jam
 Klem
 Air minum dalam tempatnya
 Obat deuritik jika diperlukan
PELAKSANAAN
Masih dalam kateter
terdapat dua prosedur yaitu,
Prosedur 1 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari

jam07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi


minum,catheter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai

jam 08.00 s.d. jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka.


 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka

(tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti


pada siang hari.
 Prosedur  tersebut diulang  untuk

hari  berikutnya  sampai program tersebut berjalan lancar dan


berhasil
Prosedur 2 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari
jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum,
catheter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai
jam 09.00 s.d jam 21.00 dengan cara klem catheter
dibuka.
 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka
(tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan
seperti padasiang hari.
 Prosedur  tersebut  diulang untuk  hari
berikutnya  sampaiprogram tersebut berjalan lancar dan
berhasil.
Bebas kateter
 Prosedur ini dilakukan setelah prosedur masih dengan kateter sudah
dilakukan
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d.
jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan.
 Kemudian catheter dilepas.
 Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi
BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan
lakukan pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan
menggunakan urinal.
 Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh  
diberi   minum sampai   jam    07.00    pagi    untuk menghindari
klien dari basahnya urine pada malam hari.
 Beritahu   klien   bahwa   pengosongan   kandung   kemih selanjutnya
dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan    BAK   
sebelum    2    jam    klien    diharuskan menahannya
 Buatlah    sebuah   jadwal   bagi    pasien    untuk    mencoba
mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan urinal.
Langkah langkah Bladder training dengan teknik latihan dasar panggul.
1. Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3
jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam
hari.
2. Berikan klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
berkemih
3. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika
rangsangan berkemihnya tidak dapat ditahan.
4. Klien disuruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang
telah ditentukan 2-3 jam sekali.
5. 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan,
mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.
a. latihan 1
- intruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
- Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali
- Praktikkan setiap kali berkemih
b. latihan 2
- minta klien untuk mengambil posisi duduk atau berdiri.
- Instruksikan klien mengencangkan otot - otot disekitar anus.
c. Latihan 3
- Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan
otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat.
- Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan.
- Ulangi latihan empat jam sekali, saat bangun tidur selama tiga bulan.
d. Latihan 4
- Apabila memungkinkan anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut ditekuk)
kepada klien. 
e. Evaluasi
- Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali.
- Klien merasa senang dengan prosedur.
6 .Bila tindakan point 5 seperti tersebut dirasakan belum optimal atau terdapat
gangguan :
a. Maka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan dari
eksternal misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam
b. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung
kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.
c. Mengindari minuman yang mengandung cafein
d. Minum obat deuritik yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan
deuritik
7. Sikap
- Jaga privasi klien.
- Lakukan prosedur dengan teliti.
- Pemberian umpan balik positif
- Memberikan penghargaan atas apa yang telah dilakukannya, dan memberikan
penghargaan atas keberhasilannya dalam melaksanakan program bladder training.

Anda mungkin juga menyukai