Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

“PADA PASIEN DENGAN MENINGITIS,


ECHAPILITI, TETANUS DAN POLIO”

KELOMPOK 2
DIO KISSTI F0H019034
DWI DEBBY INDRYANNI F0H019016
NUR KARTIKA S F0H0190
RAHMATUL KHAIRANI F0H019044
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN MENINGITIS
Pengkajian keperawatan
 
 Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses
keperawatan. Diperlukan pengkajian cermat untuk
mengenal masalah pasien, agar dapat memberikan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam
tahap pengkajian (Muttaqin,2008).
a. Identitas
1. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
perkerjaan dan alamat.
2. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan
dengan klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.

b. Riwayat kesehatan
 Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam,


sakit kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan
tingkat kesadaran
 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan


dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan
fisik pasien secara PQRST.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajianpenyakit yang pernah dialami pasien yang
memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi
keluhan sekarang meliputi pernah kah pasien mengalami
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, anemia sel sabit
dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat
trauma kepala. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan
kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk produktif dan
pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang
sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberkulosa.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di
dalam keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan
yang dapat memacu terjadinya meningitis.
c. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien


meningitis biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor,
dan semikomatosa
 Tanda- Tanda Vital

TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis


normal atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK ( N = 90- 140 mmHg).
Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini
akan lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan
suhu tubuh lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C –
37,4°C).
Pemeriksaan head to toe d) Telinga
a) Kepala Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien
Biasanya pasien dengan meningitis meningitis adanya tuli konduktif dan tuli
mengalami nyeri kepala. persepsi.
 
b) Mata e) Mulut
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam
pupil pada pasien meningitis yang batas normal, wajah simetris
tidak disertai penurunan kesadaran Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi
biasanya tanpa kelainan. Nerfus V : pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
Refleks kornea biasanya tidak ada pengecapan normal.
kelainan.
f) Leher
c) Hidung Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena
Nerfus I : Biasanya pada klien jugularis. Palpasi : Biasanya teraba distensi
meningitis tidak ada kelainan pada vena jugularis.
fungsi penciuman Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien
  meningitis kemampuan menelan kurang baik
Nerfus XI : Biasanya pada pasien
meningitis terjadinya kaku
 
g) Dada
1) Paru
I: Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan pola nafas
Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan sama
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi pada klien
dengan meningitis tuberkulosa.

2) Jantung
I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula
sinistra RIC IV.
P: Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5
midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
h) Ekstremitas
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi (khusunya
lutut dan pergelangan kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan
kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.

i) Rasangan Meningeal a. Kaku kuduk c. Tanda Brudzinski


Adanya upaya untuk fleksi kepala  
mengalami kesulitan karena adanya spasme Tanda ini didapatkan jika leher pasien
otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat. difleksikan, terjadi fleksi lutut dan
b. Tanda kernig positif pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada
  ekstremitas bawah pada salah satu
Ketika pasien dibaringkan dengan paha sisi, gerakan yang sama terlihat pada
dalam keadaan fleksi kea rah abdomen, sisi ekstermitas yang berlawanan.
kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
d. Pola Kehidupan Sehari-hari e. Data Penujang menurut
  Hudak dan Gallo(2012):
1) Aktivitas / istirahat  
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu 1. Fungsi lumbal dan kultur
tubuh CSS: jumlah leukosit (CBC)
meningkat, kadar glukosa darah
2) Eliminasi  mrenurun, protein meningkat,
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume glukosa serum meningkat
pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan 2. Kultur darah, untuk
perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. menetapkan organisme
penyebab
3) Makanan / cairan  3. Kultur urin, untuk
Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu menetapkan organisme
mual dan muntah disebabkan peningkatan asam lambung. penyebab
Pemenuhan nutrisi pada pasien meningitis menurun 4. Elektrolit serum, meningkat
karena anoreksia dan adanya kejang. jika anak dehidrasi: Na+ naik
dan K+turun
4) Hygiene  5. MRI, CT-Scan
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri karena penurunan kekuatan otot.
Kemungkinan diagnose keperawatan yang g. Ketidakseimbangan nutrsi
muncul pada pasien dengan penyakit kurang dari kebutuhan tubuh
Meningitis, yaitu: berhubungan dengan ketidak
mampuan untuk makan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak h. Hipertermi berhubungan dengan
berhubungan dengan hambatan aliran peningkatan laju metabolism
darah ke otak. i. Kekurangan volume cairan
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
berhubungan dengan penumpukan secret diaphoresis
pada saluran nafas j. Resiko cedera berhubungan
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoksia jaringan
dengan peningkatan kerja otot pernafasan  
d. Hambatan komunikasi verbal
berhubungan dengan gangguan fisiologis
e. Nyeri berhubungan dengan agen cedera
biologisf.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan
imunosupresi
POLIO
 1. Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat
imunitas
 2. Pemeriksaan Fisik

a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
 Diagnosa Keperawatan
 Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia, mual dan muntah.
 Hipertermi b/d proses infeksi.

 Resiko ketidakefektifan pola nafas dan

ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.


 Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.

 Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis


Intervensi
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d 2. Hipertermi b/d proses infeksi.
anoreksia, mual dan muntah. intervensi:
intervensi: Pantau suhu tubuh.
a) Kaji pola makan anak. Jangan pernah menggunakan usapan
b) Berikan makanan secara adekuat. alcohol saat mandi/kompres.
c) Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan Hindari mengigil.
mineral. Kompres mandi hangat durasi 20-30
d) Timbang berat badan. menit.
e) Berikan makanan kesukaan anak. rasional:
f) Berikan makanan tapi sering. Untuk mencegah kedinginan tubuh
rasional: yang berlebih
1. Mengetahui intake dan output anak. Dapat menyebabkan efek neurotoksi.
2. Untuk mencakupi masukan sehingga output Mengurangi penguapan tubuh.
dan intake seimbang. Dapat membantu mengurangi demam.
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan
seimbang.
4. Mengetahui perkembangan anak.
5. Menambah masukan dan merangsang anak
untuk makan lebih banyak.
6. Mempermudah proses pencernaan.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan 4. Nyeri b/d proses infeksi yang
ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis menyerang syaraf.
otot. intervensi:
intervensi: Lakukan strategi non farmakologis
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan untuk membantu anak mengatasi nyeri.
kedalaman. Libatkan orang tua dalam memilih
2. Auskultasi bunyi nafas. strategi.
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan Ajarkan anak untuk menggunakan
pada posisi duduk tinggi atau semi fowler. strategi non farmakologis khusus
4. Berikan tambahan oksigen. sebelum nyer
  Minta orang tua membantu anak
rasional: dengan menggunakan srtategi selama
Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi nyeri.
dapat mencegah komplikasi. Berikan analgesic sesuai indikasi.
Mengetahui adanya bunyi tambahan.  
Merangsang fungsi pernafasan atau rasional:
ekspansi paru. Teknik-teknik seperti relaksasi,
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru. pernafasan berirama, dan distraksi
dapat membuat nyeri dan dapat
lebih di toleransi
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis. 6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d
intervensi: kondisi penyakit.
Tentukan aktivitas atau keadaan fisik intervensi:
anak. Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan
Catat dan terima keadaan kelemahan keluarga tingkat ansietas (mis.renda,
(kelelahan yang ada). sedang, parah).
Indetifikasi factor-faktor yang Nyatakan retalita dan situasi seperti apa
mempengaruhi kemampuan untuk aktif yang dilihat keluarga tanpa menayakan
seperti pemasukan makanan yang tidak apa yang dipercaya.
adekuat Sediakan informasi yang akurat sesuai
Evaluasi kemampuan untuk melakukan kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
mobilisasi secara aman. Hindari harapan –harapan kosong mis ;
  pertanyaan seperti “ semua akan berjalan
rasional: lancar”.
Memberikan informasi untuk
mengembangkan rencana perawatan bagi rasional:
program rehabilitasi. Respon keluarga bervariasi tergantung
pada pola kultural yang dipelajari.
TETANUS

 Tetanus yang juga dikenal sebagai lockjaw (kejang mulut),

merupakan infeksi termediasi-eksotoksin akut yang disebabkan oleh


basilus anaerobik pembentuk spora, Clostridium tetani. Tetanus
bersifat fatal pada hampir 60% orang yang tidak terimunisasi,
biasanya dalam 10 hari setelah serangan. Komplikasinya antara lain
atelektasis, pneumonia, emboli pulmoner, ulser gastrik akut,
kontraktur fleksi dan aritmia kardiak. Jika gejala berkembang dalam
waktu 3 hari setelah paparan, prognosisnya buruk. Setelah masuk ke
tubuh, Clostridium tetani menyebabkan infeksi lokal dan nekrosis
jaringan. Clostridium tetani memproduksi toksin yang menyebar
menuju jaringan sistem saraf pusat. (Tim Indeks, 2011)
 Etiologi

Tetanus disebabkan oleh basil gram positif, Clostridium tetani. Bakteri ini terdapat
dimana-mana, dengan habitat alamnya di tanah, tetapi dapat juga diisolasi dari
kotoran binatang peliharaan dan manusia.

 Patofiologi

Organisme mengeluarkan dua toksin yaitu tetanospasmin/neurotoksin yang


merupakan toksin kuat, dapat menyebabkan ketegangan otot dan mempengaruhi
sistem saraf pusat serta tetanolysin yang merupakan toksin sekunder.

Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi
dinetralkan oleh antitoksik spesifik (Zulkoni, 2011 ; 167)
ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Muttaqin dalam bukunya yang berjudul 2. B 2 (Blood)
“Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan
Gangguan Sistem Persarafan”.Pemeriksaan fisik syok hipolemik. Tekanan darah normal, peningkatan
sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan heart rate, adanya anemis karena hancurnya eritrosit.
fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3
3. B 3 (Brain)
(Brain) yang terarah dan di hubungkan dengan
a) Tingkat kesadaran
keluhan-keluhan dari klien.
Compos mentis, pada keadaan lanjut mengalami
 1. B 1 (Breathing)
penurunan menjadi letargi, stupor dan semikomatosa.
Inspeksi ; apakah klien batuk, produksi
b) Fungsi serebri
sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas

dan peningkatan frekuensi pernafasan. Mengalami perubahan pada gaya bicara, ekspresi
wajah dan aktivitas motorik.
Palpasi ; taktil premitus seimbang kanan dan

kiri.

Auskultasi ; bunyi nafas tambahan seperti ronkhi

karena peningkatan produksi secret.


 d) Sistem motorik  4. B 4 (Bladder)

Kekuatan otot menurun, kontrol Penurunan volume haluaran urine


keseimbangan dan koordinasi berhubungan dengan penurunan perfusi
mengalami perubahan.
dan penurunan curah jantung ke ginjal.
 e) Pemeriksaan refleks  5. B 5 (Bowel)
Refleks dalam, pengetukan pada tendon,
Mual muntah karena peningkatan asam
ligamentum, atau periosteum derajat
lambung, nutrisi kurang karena anoreksia
refleks pada respon normal.
dan adanya kejang (kaku dinding perut /
 f) Gerakan involunter
perut papan. Sulit BAB karena spasme
Tidak ditemukan tremor, Tic, dan
otot.
distonia. Namun dalam keadaan tertentu
 6. B 6 (Bone)
terjadi kejang umum, yang
berhubungan sekunder akibat area fokal Gangguan mobilitas dan aktivitas sehari-

kortikal yang peka. hari karena adanya kejang


DIAGNOSA KEPERAWATAN

 a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, keadaan kejang abdomen,
trismus
 b. Gangguan pemenuhan eliminasi BAB; konstipasi
berhubungan dengan spasme pada abdomen
 c. Gangguan Activity Daily Living (ADL)
berhubungan dengan kejang umum dan kelemahan fisik

(Muttaqin A, 2008 ; 226)


INTERVENSI KEPERAWATAN

 Pada Gangguan eliminasi adalah kaji eliminasi dalam 24 jam, anjurkan

pemenuhan hidrasi cairan via oral, anjurkan konsumsi makanan dengan tinggi
serat dan yakinkan pola diet biasanya/ pilihan makanan.

 Pada gangguan activity daily leaving adalah pantau kemampuan


melakukan perawatan diri secara mandiri, pantau penyesuaian penggunaan
alat personal hygiene, toileting, dan makan, bantu penerimaan ketergantungan
terhadap orang lain, Sediakan bantuan hingga dapat melakukan perawatan
pribadi secara penuh, penuhi kebersihan linen dan tempat tidur klien.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
 Mengkaji kemampuan dalam menelan, batuk dan adanya scret, mengkaji
alergi makanan, memberikan pengertian tentang pentingnya nutrisi,
memberikan makanan dengan cara meninggikan kepala dan selagi hangat.
Pada Gangguan eliminasi adalah kaji eliminasi dalam 24 jam, menganjurkan
pemenuhan hidrasi cairan via oral dan konsumsi makanan dengan tinggi
serat serta yakinkan pola diet biasanya/ pilihan makanan.
 Pada gangguan activity daily leaving adalah memantau kemampuan
melakukan perawatan diri secara mandiri, penyesuaian penggunaan alat
personal hygiene, toileting, dan makan, membantu penerimaan
ketergantungan terhadap orang lain, menyediakan bantuan hingga dapat
melakukan perawatan pribadi secara penuh, memenuhi kebersihan linen dan
tempat tidur klien.
EVALUASI
 Hasil Evaluasi dari pemberian asuhan keperawatan selama 3x24 jam

didapati dari 3 diagnosa yang ditegakkan; masalah eliminasi teratasi secara

tuntas, masalah nutrisi teratasi sebagian dan masalah Activity Daily

Leaving (ADL) belum teratasi.


F. SIMPULAN DAN SARAN

 Berdasar dari pengkajian yang sudah dilakukan dan teori perjalanan klinis menurut
Ismanoe (2009), dapat diketahui bahwa klien dapat di golongkan pada tetanus
derajat I (ringan). Klien hanya mengalami trismus tanpa gangguan pernafasan. Juga
tidak didapati spasme atau disfagia.
 Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada;
1. Klien; menjadikan pengalaman sakit yang sedang di derita sekarang agar lebih
berhati-hati untuk hari-hari kedepannya. Dan sekiranya dapat menuntaskan
pengobatan demi penyembuhan yang maksimal.
2. Keluarga; agar lebih sabar dalam membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari selama klien pada masa penyembuhan.
3. Perawat atau tenaga medis lainya; kolaborasi yang maksimal akan mempercepat
penyembuhan pada klien. Dan menggunakan sistem penanganan pasien tetanus
terbaru akan memaksimalkan kriteria hasil yang dicapai.
4. Instansi medis/rumah sakit; mengutamakan kesembuhan tanpa
mengesampingkan keinginan klien akan membuat bertambahnya tingkat
kepercayaan dalam berobat.
MENINGITIS

Meningitis adalah radang pada meningen


(membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau
organ-organ jamur. Meningitis merupakan infeksi
akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus).
ETIOLOGI
1) Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis
bacterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang
padat, spt: asrama, penjara. Klien yang mempunyai
kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau
sickle sell anemia yang dapat meningkatkan
kemungkinan terjadi meningitis.
2) Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen;
cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri.
3) Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang
mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien dengan
AIDS.
Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari meningitis antara lain.


a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
c. Nyeri/ kenyamanan
d. Eliminasi
e. Makanan atau cairan
f. Higeine
g. Integumen
H. Neurosensori
i. Pernapasan
Patofisiologi

Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara


hematogen/langsung menyebar di nasofaring, paru-paru
(pneumonia, bronkopneumonia) dan jantung
(endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan
organ / jaringan di dekat selaput otak misalnya abses otak,
otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus.
Invasi kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus
influenza, streptokok) ke dalam ruang subaraknoid
menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
dan sistem ventrikulus.
ASUHAN KEPERAWATAN
A) Pengkajian  Riwayat Penyakit Dahulu
 Keluhan Utama Pengkajian penyakit yang pernah dialami
klien yang menjadi predisposisi keluhan
Keluhan utama yang sering menjadi sekarang meliputi pernahkah klien
alasan klien atau orang tua membawa mengalami campak, cacar air, herpes, dan
anaknya untuk meminta pertolongan bronkopneumonia.
kesehatan adalah kejang disertai  Pemeriksaan Fisik
penurunan tingkat kesadaran
TTV: Suhu > 39-41C. Keadaan ini biasanya
 Riwayat penyakit Saat Ini
dihubungkan dengan proses inflamasi dan
Pada pengkajian klien ensefalitis supurasi di jaringan otak yang sudah
biasanya didapatkan keluhan yang mengganggu pusat pengatur suhu tubuh.
berhubungan dengan akibat dari Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan
dengan tanda-tanda peningkatan TIK.
infeksi peningkat TIK. Keluhan
Apabila disertai frekuensi napas sering
gejala awal yang sering adalah sakit
berhubungan dengan peningkatan laju
kepala dan demam. Sakit kepala metabolisme umum dan adanya infeksi dari
disebabkan ensefalitis yang berat dan sitem pernapasan sebelum mengalami
sebagai akibat iritasi selaput otak. ensefalitis. Tekanan darah biasanya normal
Demam umunya ada dan tetap tinggi atau meningkat karena tanda-tanda
selama perjalanan penyakit. peningkatan TIK.
 B1 (breathing): Palpasi taktil  B4 (bladder): Berkurangnya
premitus seimbang kanan dan volume urine berhubungan
kiri. Auskultasi bunyi napas dengan penurunan perfusi dan
tambahan seperti ronkhi pada curah jantung ke ginjal.
klien ensefalitis berhubungan  B5 (Bowel): Mual sampai
dengan akumulasi sekret dari muntah dihubungkan dengan
penurunan kesadaran. peningkatan produksi asam
 B2 (Blood): Pengkajian sistem
lambung. Pemenuhan nutrisi
kardiovaskuler didapatkan pada klien menurun karena
renjatan (syok) hipovolemik anoreksia dan kejang.
yang sering terjadi pada klien  B6 (Bone): Penurunan kekuatan
ensefalitis.
otot dan penurunan tingkat
 B3 (Brain): Tingkat kesadaran
kesadaran menurunkan
biasanya berkisar antara letargi,
mobilitas klien secara umum.
stupor, dan semikomantosa.
Klien lebih banyak dibantu
Perubahan status mental.
orang lain.
Pemeriksaan saraf kranial.
Kekuatan otot menurun.
B) Diagnosa Keperawatan  5.Gangguan pertumbuhan dan
 1.Potensial komplikasi perkembangan berhubungan
peningkatan tekanan intrakranial pembesaran kepala.
berhubungan dengan akumulasi  6.Resiko tinggi infeksi
cairan serebrospinal. berhubungan dengan
 2.Gangguan persepsi sensori pemasangan drain/shunt.
berhubungan dengan penekanan  7.Ketidakseimbangan nutrisi
lobus oksipitalis karena kurang dari kebutuhan tubuh
meningkatnya TIK. yang berhubungan dengan
 3.Kurang pengetahuan orang tua muntah sekunder akibat
berhubungan dengan penyakit kompresi serebral dan
yang di derita oleh anaknya. iritabilitas.
 4.Resiko ketidakefektifan pola
nafas yang berhubungan dengan
penurunan refleks batuk.
 C) Intervensi Keperawatan  2.Pantau terus tingkat kesadaran
 Potensial komplikasi peningkatan
anak
tekanan intrakranial berhubungan dengan  3.Pantau terus adanya
akumulasi cairan serebrospinal.
 a. Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK
perubahan TTV
 4 Berkolaborasi dengan dokter
 b. Kriteria Hasil:

 1.Kesadaran Komposmetis
untuk melakukan pembedahan,
 2.Tidak terjadi nyeri kepala
untuk mengurangi peningkatan
 5.Kaji pengalaman nyeri pada
 3.TTV norma

 4.Tampak rileks, tidak meringis kesakitan anak, minta anak menunjukkan


 c. Intervensi :
area yang sakit dan menentukan
 1.Observasi ketat tanda-tanda
peringkat nyeri dengan skala
peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah,
nyeri 0-5 (0=tidak nyeri,
lethargi, lelah, apatis, perubahan 5=nyeri sekali) bantu anak
personalitas, ketegangan dari sutura mengatasi nyeri seperti dengan
cranial dapat terlihat pada anak berumur memberikan pujian kepada anak
10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi untuk ketahanan dan
penglihatan perifer strabismus, memperlihatkan bahwa nyeri
Perubahan pupil). telah ditangani dengan baik.
d. Rasional :
1.Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
2.Penurunan keasadaran menandakakan adanya
peningkatan TIK
3.Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan aliran
oksigen ke otak
4.Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan cairan
cerebrospinal berkurang, sehingga TIK menurun, tidak
terjadi penekanan pada lobus oksipitalis dan tidak terjadi
pembesaran pada kepala
5.Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.
6.Pujian yang diberikan akan meningkatkan kepercayaan
diri anak untuk mengatasi nyeri dan kontinuitas anak
untuk terus berusaha menangani nyerinya dengan baik.
Kesimpulan

Meningitis adalah peradangan pada meningeal


otak dan sumsum tulang belakang, paling
sering disebabkan oleh bakteri atau virus,
dapat juga disebabkan oleh jamur, protozoa,
atau paparan racun.

Anda mungkin juga menyukai