KELOMPOK 2
DIO KISSTI F0H019034
DWI DEBBY INDRYANNI F0H019016
NUR KARTIKA S F0H0190
RAHMATUL KHAIRANI F0H019044
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN MENINGITIS
Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses
keperawatan. Diperlukan pengkajian cermat untuk
mengenal masalah pasien, agar dapat memberikan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam
tahap pengkajian (Muttaqin,2008).
a. Identitas
1. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
perkerjaan dan alamat.
2. Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan
dengan klien, pendidikan, prkerjaan dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
2) Jantung
I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula
sinistra RIC IV.
P: Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5
midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
h) Ekstremitas
Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi (khusunya
lutut dan pergelangan kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan
kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia, mual dan muntah.
Hipertermi b/d proses infeksi.
Tetanus disebabkan oleh basil gram positif, Clostridium tetani. Bakteri ini terdapat
dimana-mana, dengan habitat alamnya di tanah, tetapi dapat juga diisolasi dari
kotoran binatang peliharaan dan manusia.
Patofiologi
Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi
dinetralkan oleh antitoksik spesifik (Zulkoni, 2011 ; 167)
ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Muttaqin dalam bukunya yang berjudul 2. B 2 (Blood)
“Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan
Gangguan Sistem Persarafan”.Pemeriksaan fisik syok hipolemik. Tekanan darah normal, peningkatan
sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan heart rate, adanya anemis karena hancurnya eritrosit.
fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3
3. B 3 (Brain)
(Brain) yang terarah dan di hubungkan dengan
a) Tingkat kesadaran
keluhan-keluhan dari klien.
Compos mentis, pada keadaan lanjut mengalami
1. B 1 (Breathing)
penurunan menjadi letargi, stupor dan semikomatosa.
Inspeksi ; apakah klien batuk, produksi
b) Fungsi serebri
sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas
dan peningkatan frekuensi pernafasan. Mengalami perubahan pada gaya bicara, ekspresi
wajah dan aktivitas motorik.
Palpasi ; taktil premitus seimbang kanan dan
kiri.
pemenuhan hidrasi cairan via oral, anjurkan konsumsi makanan dengan tinggi
serat dan yakinkan pola diet biasanya/ pilihan makanan.
Berdasar dari pengkajian yang sudah dilakukan dan teori perjalanan klinis menurut
Ismanoe (2009), dapat diketahui bahwa klien dapat di golongkan pada tetanus
derajat I (ringan). Klien hanya mengalami trismus tanpa gangguan pernafasan. Juga
tidak didapati spasme atau disfagia.
Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada;
1. Klien; menjadikan pengalaman sakit yang sedang di derita sekarang agar lebih
berhati-hati untuk hari-hari kedepannya. Dan sekiranya dapat menuntaskan
pengobatan demi penyembuhan yang maksimal.
2. Keluarga; agar lebih sabar dalam membantu klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari selama klien pada masa penyembuhan.
3. Perawat atau tenaga medis lainya; kolaborasi yang maksimal akan mempercepat
penyembuhan pada klien. Dan menggunakan sistem penanganan pasien tetanus
terbaru akan memaksimalkan kriteria hasil yang dicapai.
4. Instansi medis/rumah sakit; mengutamakan kesembuhan tanpa
mengesampingkan keinginan klien akan membuat bertambahnya tingkat
kepercayaan dalam berobat.
MENINGITIS
1.Kesadaran Komposmetis
untuk melakukan pembedahan,
2.Tidak terjadi nyeri kepala
untuk mengurangi peningkatan
5.Kaji pengalaman nyeri pada
3.TTV norma