Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS RADIOLOGI

DENTAL (MODUL 13)

GAMBARAN RADIOGRAFI
KISTA DENTIGEROUS

Pembimbing : drg. M. Novo Lubis,


Sp.RKG
ANGGI FEBRIANTI 040.08.011 / 041.211.040
MEGA ARTI UTAMI 040.09.127 /041.212.109
PENDAHULUAN
Pemeriksaan
Kelainan pada
gigi dan
klinis & rongga 
mulut
radiografi

D
ia
g
n
o
si
s
te
p
at
Rumusan Bagaimana membedakan karakteristik

kelainan patologis berupa kista melalui


intepretasi foto radiografis untuk
Masalah menentukan diagnosis?

Mengetahui tentang kista dentigerous,


Tujuan

diagnosa banding dan gambaran


radiografis kelainan lain yang serupa
TINJAUAN PUSTAKA

Kista Dentigerous


Kista yang terbentuk disekitar mahkota gigi yang belum erupsi.

Mulai terbentuk bila cairan menumpuk di dalam lapisan-lapisan epitel email yang
tereduksi atau diantara epitel dan mahkota gigi yang belum erupsi.

Tumbuh paling sering di regio posterior mandibula atau maksila dan umumnya
berkaitan dengan gigi molar ketiga.
Patogenesis
Kista dentigerous
Karena inflamasi dan
merupakan
infeksi yang
kista
Sisa-sisa sel
odontogenik
berkelanjutan, epitel
yang
sisa-sisa
terjadiini
sel biasa
akibat
epitel
disebut dengan
pembentukan
pembentuk gigi yangepitel
cairan antara malassez.
seharusnya
lapisan sisa sisa
Dengan
epitel
mengalami terbentuknya
enamel
reduksi
luar dan
dandalam
hilangkista
atau
akan
antara
lapisan
membentuk
sisa enamel
dentigerous jaringan sisa
baru
tersebut enamel
yang
gigiorgan dan
tidak
mahkota gigi yang
mengganggu pertumbuhan
telah terbentuk
gigi dan
dapat tumbuh
sempurna menjadi kista dentigerous
berkembang

Sisa-
sisa
mala
sses
yang
terbe
ntuk
mela
lui
frag
ment
asi
dari
ephit
helia
l root
sheat
h of
hert
wig.
Cair
an
kista
denti
gero
us
beras
al
dari
epite
l
emai
l
yang
tered
uksi
dan
emai
l
gigi.
Gejala Klinis


Tidak terlihat bila masih tahap awal.

Terlambatnya erupsi gigi semakin besar pula indikasi terjadinya kista dentigerous

Infeksi dapat menyebabkan gejala umum seperti bengkak yang membesar dan rasa sakit.

Kista dengan ukuran yang besar juga dapat disertai dengan pembengkakan intraoral,
ekstra oral maupun keduanya.

Juga dapat menyebabkan wajah yang menjadi asimetris, pergeseran gigi.
RADIOGRAFI
1. Kista dentigerous sentral


Kista mengelilingi mahkota secara asimetris, menggerakkan gigi kearah yang berlawanan
dengan erupsi normal.

2. Kista dentigerous lateral


Kista berkembang pada sisi mesial dan distal dari gigi dan meluas jauh dari gigi, hanya
menutupi sebagian mahkota gigi, menyebabkan miringnya gigi kearah yang tidak diliputi kista.

3. Kista dentigerous sirkumferensial


Seluruh organ enamel di sekitar servikal gigi menjadi kistik, sering menyebabkan gigi
bererupsi menembus kista sehingga menghasilkan gambaran seperti radikular
Radiografi


Kista dentigerous biasanya memiliki korteks yang berbatas jelas dengan outline
berbentuk kurca atau sirkuler.

Jika terjadi inflamasi korteksya hilang.Lesi berbentuk unilokular, namun efek
multilokular dapat dihasilkan  dari ridge dinding tulang.

Kista dentigerous biasanya soliter, bila terlihat multiple disertai sindrom nevoid
basal sel karsinoma.
 Gambar 1 (atas). Kista dentigerous
sebelum dilakukan pengobatan

 Gambar 2 (bawah). Kista


dentigerous dalam poros mandibula
setelah dekompresi-proyeksi aksial
 Gambar 3 (atas): Folikular
sebelum kista kistektomi.
 Gambar 4 (bawah) : setelah
ekstirpasi kista folikuler,
ekstraksi bedah gigi 48. Gigi
47 diperlakukan endodontik.
Gambaran Histopatologis


Epitel Squamos yang strafikasi.

Pada kista dentigerous yang tidak terinflamasi memiliki epitel lining yang tidak berkeratin
dan memiliki sel layers sebanyak empat hingga enam ketebalannya.

Ditemukan sel mukosa, sel siliasi, dan terkadang sel sebaceous pada epitelium lining.

Epitelium ini – perlekatan jaringan konektiv biasanya berbentuk datar, walaupun pada
kasus dengan second inflamasi, nampak adanya bercak – bercak.
Diagnosis Banding
 Odontogenik keratosis,
 Ameloblastoma,
 Tumor odontogenik.
 Transformasi ameloblastik dari dentigerous cyst lining
juga bisa menjadi diagnosa banding.
 Tumor odontogenik adenomatoid bisa menjadi
pertimbangan apabila ada radiolusensi perikoronal
anterior,
 dan fibroma ameloblastik apabila ada lesi yang terjadi di
rahang posterior pasien usia muda
KOMPLIKASI
 Kista yang terjadi  Kista yang terjadi
pada rahang atas dapat pada rahang bawah
menyumbat dan dapat menyebabkan
merubah posisi parestesi dan dapat
 maxillary antrum dan terjadi perubahan
rongga hidung, displastik
terutama kista yang
berukuran besar
Pengob
Kista dentigerous biasanya mudah

atan &

diangkat dengan cara enukleasi,


dimana pada gigi yang berhubungan
juga dilakukan ekstraksi

Prognos

Prognosis dari kista dentigerous ialah
baik dan jarang terjadi rekurensi
apabila kista diambil sempurna

is
Shape Condyl

Gambar 5. Struktur Sendi Temporomandibula


Shape Condyl

Gambar 6 . Tulang kranial dan Tulang Mandibula


Shape Condyl

Gambar 7. Posisi Normal Diskus Artkularis Adalah Posisi jam 12, Posisi Diskus Artikularis
Berhimpit dengan Puncak Kondilus pd Satu Garis Lurus
Teknik Panoramik untuk Mendeteksi Kelainan
TMJ

1. Asimetri Mandibula

Gambar 10. Klasifikasi Bentuk Kepala Kondilus


Teknik Panoramik untuk Mendeteksi Kelainan
TMJ

2. Perubahan Bentuk Kepala Kondilus


dalam arah sagital bentuk kepala kondilus dapat diklasifikasikan ke
dalam empat jenis :
(a) adalah bentuk yang normal didasarkan pada bentuk tulang
kortikal pada kepala kondilus tampak halus dan bersih.
(b) tampak terjadinya flattening, sehingga kepala kondilus tampak
menyudut dan tidak lagi berbetuk cembung.
(c) tampak terjadinya erosi yang ditandai tergerusnya sebagian daerah
kepala kondilus disertai penurunan densitas pada daerah tersebut.
(d) adalah bentuk osteophyte, yaitu tampak adanya pertumbuhan atau
penonjolan di bagian anterior dan atau superior dari permukaan
kepala kondilus.
Teknik Panoramik untuk Mendeteksi Kelainan
TMJ

3. Asimetri Posisi Kondilus.


Berdasarkan penilaian tingkat akurasi yang rendah,
radiograf panoramik tidak diindikasikan sebagai
bahan referensi untuk menganalisa posisi kondilus.
Walaupun demikian, gambaran yang dihasilkan
dapat dijadikan sebagai bahan pembanding untuk
melihat posisi kondilus pada kedua sisi
4. Perubahan Bentuk Eminensia Artikularis
5. Perubahan Bentuk Processus Styloideus
ABSES

Abses periapikal adalah kumpulan pus yang terlokalisir


dibatasi oleh jaringan tulang yang disebabkan oleh
infeksi dari pulpa dan atau periodontal.

Penyebab Abses Periapikal adalah Tubuh menyerang


infeksi dengan sejumlah besar sel darah putih; nanah
adalah sekumpulan sel darah putih dan jaringan yang
mati

21
ABSES

Hal inilah yang menyebabkan pada pemeriksaan


rontgen akan tampak gambaran radiolusen
berbatas difus di periapikal (isi dari abses= pus)

Patofisologi : Umumnya disebabkan oleh infeksi kuman dari proses


karies-> antigen dapat menyebabkan respons keradangan jaringan
pulpa. -> perluasan eksudat radang dan melalui saluran akar akan
menyebar ke jaringan periapikal membentuk abses periapikal akut

22
Periostisis
Serous periostitis adalah keradangan akut pada periosteum tulang rahang karena infeksi periapikal telah menembus
korteks tulang.

Keradangan yang terjadi berupa cairan serous diantara korteks dan periosteum, belum terbentuk nanah

Gejala subjektifnya  berupa rasa sakit selama 1-3 hari disertai pembengkakan, suhu badan meningkat.

EO tampak pembengkakan merata, warna agak kemerahan, palpasi peningkatan suhu dan sakit. IO tampak peninggian
buccal fold tapi tidak ada fluktuasi, terdapat gigi dengan karies profunda dan non vital (Gangren pulpa).

Adanya abses juga dapat menyebabkan periostitis.

Diagnosis bandingnya adalah mukositis


Mukositis
 Diagnosis banding dari Periostisis
 Normalnya dinding mukosa sinus normal tidak terlihat
pada gambaran radiologi.
 Akan tetapi jika terjadi inflamasi akibat infeksi dan
alergi, penebalan mukosa akan terjadi sehingga mukosa
dapat terlihat pada gambaran radiologi.
 Gambaran klinis mukositis adalah asimptomatik, pada
kasus ini tidak memerlukan terapi.
 Gambaran radiologi mukositis adalah gambaran lebih
opak yang mengikuti bentuk dari dinding sinus.
Klasifikasi Impaksi Gigi M3 Rahang Bawah

. Menurut Winter (1926)


·Vertikal                       
·Horizontal                  
·Inverted                     
·Unusual                      
·Mesioangular
·Distoangular
·Buccoangular
·Linguoangular
Klasifikasi Impaksi Gigi M3 Rahang Bawah

Menurut  Pell & Gregory (1933)


- Berdasarkan ruang antara ramus dan sisi distal M2 : à 3 klas
1.    Klas I à ruang cukup
2.    Klas II à ruang kurang
3.    Klas III à tdk ada ruang/M3 dalam ramus mandibula.

- Berdasarkan relasi antara ramus mandibula dan molar kedua


meliputi.
1. Posisi A à bagian tertinggi dari gigi terletak lebih tinggi atau sejajar
dengan garis oklusal gigi M2.
2. Posisi B à bagian tertinggi dari gigi terletak diantara garis oklusal dan
garis servikal gigi M2.
3. Posisi C à bagian tertinggi dari gigi terletak dibawah servikal line gigi
M2.
Dilaserasi Akar

Lengkungan dapat terbentuk Kelainan


Kelainan ini
ini bisa
bisa disebabkan
disebabkan karena
karena
adanya
adanya trauma selama masa
trauma selama masa pembentukan
pembentukan
kelainan bentuk pada gigi di bagian mana saja sepanjang gigi.
gigi. Biasanya
Biasanya trauma
trauma terjadi
terjadi pada
pada gigi
gigi
karena terjadinya gigi, kadang pada bagian leher sulung
sulung yang menyebabkan gigi tersebut
yang menyebabkan gigi tersebut
gigi, kadang pada bagian terdorong
terdorong dan
dan terdesak
terdesak masuk
masuk keke dalam
dalam
gangguan pada saat tulang.
tulang. Gigi sulung yang terdorong tadi
Gigi sulung yang terdorong tadi
tengah akar, mungkin juga di
pembentukan gigi, dapat
dapat mengenai
mengenai benih
benih gigi
gigi permanen
permanen yangyang
persambungan mahkota dan berada
berada di
di bawahnya.
bawahnya. Trauma
Trauma iniini
sehingga gigi melengkung akar, atau malah hanya pada menyebabkan
menyebabkan arah arah peletakan
peletakan mineral
mineral
(kalsifikasi)
(kalsifikasi) gigi
gigi permanen
permanen berubah
membentuk kurva atau ujung akar saja, tergantung sehingga
sehingga terbentuk
terbentuk gigi
berubah
gigi yang
yang
sudut pada bagian seberapa jauh pembentukan melengkung.
melengkung.
Akar
Akar gigi
gigi yang
yang dikatakan
dikatakan dilaserasi
dilaserasi akar
akar
mahkota atau akar. gigi telah berlangsung saat apabila
apabila akar
akar miring
miring derajat
derajat 22 atau
atau lebih
lebih
trauma terjadi. dari
dari 3030 derajat
derajat
Dens Bones Island

Merupakan lesi radiopak yang terdapat dibawah


bagian apikal gigi vital non-caries. Etiologinya
tidak diketahui.

Lesi ini tidak melekat pada akar gigi, besar dan


ukuran lesi bervariasi. Bagian marginal lesi
mempunyai batas irregular dan diffuse. Secara
klinis dijumpai gigi vital, asimtomatik
Struktur internal dense bone island radiopak tanpa
karakeristik, terkadang berbentuk patch. Pengaruh
struktur marginal lesi terkadang membuat ruangan
membran periodontal normal atau kadang-kadang
tertutup oleh bagian radiopak.
Radiografi Ekstraoral Panoramik

Sebuah teknik untuk menghasilkan


sebuah gambaran tomografi yang
memperlihatkan struktur fasial
mencakup rahang maksila dan mandibula
beserta struktur pendukungnya dengan
distorsi dan overlap minimal dari detail
anatomi pada sisi kontra lateral.
Gambar 5 (kiri). Gambar 6 (kanan). Hasil
Proyeksi foto panoramik foto panoramik
Prosessing radiografi
 Bila sinar X mengenai struktur jaringan keras :
Gigi, tambalan amalgam, tulang, yang karena
kepadatannya -> mengabsorsi sinar X yang banyak
dan sedikit sekali sinar X yang keluar dan jatuh pada
film -> akibat sedikitnya sinar X yang jatuh pada
film -> emulsi Ag Br pada film hanya sedikit yang
mengalami proses ionisasi menjadi Ag + + Br+ ->
developer akan melepaskan ion Br_ yang jumlahnya
sedikit-> tampak gambaran berwarna putih atau
radiopaque.
Prosessing radiografi
 Bila sinar X mengenai struktur jaringan lunak :
Gingiva, mukosa pipi, dan bibir yang kepadatannya
kurang -> sedikit sekali sinar X yang diabsorsi atau
banyak sinar X yang jatuh pada film -> sebagian
besar Ag Br pada film akan mengalami ionisasi
menjadi Ag+ + Br- ->developer akan melepaskan
Br_ dalam jumlah yang banyak -> tampak gambar
berwarna hitam atau radiolusen.
2 jenis prosessing dalam radiografi panoramik

1.  Automatic prosessing


Daylight processing.

True automatic processing

2. Manual prosessing


Meja basah

Meja kering

Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu : Developer ( pembangkitan ), Rinsing (
pembilasan ), Fixing ( penetapan),  Washing ( pencucian ),  dan Drying ( pengeringan ).
Laporan
Kasus
Identitas pasien

 Nama Pasien : H.S.N.S (initial)


 Jenis Kelamin : Wanita
 Tanggal Lahir :12 April 1961
 Usia : 54 tahun
 Status : Kawin
 Agama : Kristen
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Pendidikan : SMA
 Berat Badan : 40 kg , Tinggi Badan : 155cm
 Keinginan Pasien : Pasien ingin mencabut gigi atas kiri
belakang yang goyang.
Foto profil
 KELUHAN UTAMA : Seorang pasien wanita
usia 54 tahun datang ke RSGM(P) Usakti
dengan keluhan gigi atas kiri belakang yang
goyang, pasien ingin mencabut giginya dan
dibuatkan gigi palsu.
 Keluhan tambahan : Pasien ingin dibersihkan
karang giginya.

 Riwayat perawatan Gigi : Pernah dirawat :


pembersihan karang gigi rahang atas dan
rahang bawah 10 tahun yang lalu

 Kebiasaan buruk : tidak ada


Pemeriksaan Ekstra Oral

 Wajah : simetris
 Bibir : simetris

 Kelenjar getah bening

submandibula kiri dan kanan :


tidak teraba
Pemeriksaan Intraoral

 Debri : -
 Plak : regio 2,3,4

 Kalkulus : regio 2,3,4

 Gingiva : gingivitis marginalis regio

2,3,4
 Lain-lain
Radiografi Panoramik
INTERPRETASI
Kualitas radiologi :
 Kontras terlalu gelap -> kontras tidak baik
 Objek tercangkup TMJ di mandibula

 Kejelasan regio gigi anterior dan kondil kiri dan kanan

 Palatum durum dan bidang oklusi tidak terlalu datar

 Simetris, sudut mandibula kiri dan kanan jelas

 Tidak ada ghost image

 Posisi kepala tepat (tidak terlalu menunduk atau menengadah) ->

kurva bidang oklusi dan batas tulang basal mandibula tidak


cekung atau cembung
 Ada gambaran yang terpotong (1/3 bawah)
INTERPRETASI
Zona 1 (Dentoalveolar region)
 Terdapat dilaserasi akar 33-34
 Terdapat gambaran radiopak diduga tambalan di daerah oklusal meluas ke distal sedalam

dentin pada gigi 26


 Terdapat gambaran radiopak diduga tambalan di daerah oklusal sedalam email pada gigi 47

 Gigi missing pada 18 16 12 11 21 22 23 24 25 27 28 37 36 45 46 48

 Sisa akar 17 15 14 13

 Ada kerusakan horizontal di mesial dan distal gigi 35 34 33 32 31 41 42 43 sedalam 1/3

servikal
 Ada kerusakan horizontal di mesial dan distal gigi 26 sedalam 1/3 apikal

 Terdapat impaksi gigi 38

 Terdapat gambaran radiolusen batas tidak jelas diduga abses pada periapikal gigi 13 14 15

17 dan 44
 Periositis pada gigi 26

 Terdapat lesi radiopak berbatas tidak jelas diduga dens bone island pada periapikal gigi 35
INTERPRETASI
Zona 2 (Maxillary region)
 Tidak terdapat kelainan bentuk, gambaran

radiolusen/ radiopak pada tulang maksila


 Tidak terdapat kelainan bentuk dasar ,

radiolusen/ radiopak pada sinus maksilaris


 Tidak terdapat kelainan pada bagian nasal

cavity dan tulang palatal


INTERPRETASI

Zona 3 (Mandibular region)


 Tidak terdapat gambaran radiolusen/ radiopak
pada tulang mandibula
INTERPRETASI
Zona 4 (Temporomandibular joint region)
 Triangular shape kondil

 Tidak terdapat gambaran radiolusen/ radiopak

pada area TMJ


Intrepretasi Lesi Spesifik

Lesi radiolusen berbentuk bulat unilokular


dikelilingi gambaran radiopak berbatas jelas
dan tegas berukuran ±1,5 cm pada mahkota
mesial dan distal gigi 38 menyebabkan
impaksi
Ki A E

DIAGNOSIS BANDING
RADIODIAGNOSIS

RENCANA PERAWATAN
st ne
a m kl
de el ua
nt si
ig
o
da
er b n
ou la pe
s ng
sir st
a
ku o m
m
fe
m bi
la
re a n
ns u gi
ial
(K n gi
i
ist i m
a
fol k pa
ik is ks
ul i
ar
ti
) k
PEMBAHASA
N
PEM
BA
Kista dentigerous tampak berupa HA
gambaran radiolusen simetris, SA
unilokular, berbatas tegas, dan N
mengelilingi mahkota gigi yang
tidak erupsi (impaksi).

Kista dentigerous pada molar Rongga kista dentigerous berbentuk


tiga rahang atas dapat meluas ke bulat dan unilokular namun terkadang
distal dan superior, kadangkala ditemukan trabekula dari dinding
berhubungan dengan ruang sinus tulang sebagai pseudolokulasi. Pada
maksilaris kasus ini gigi yang tidak erupsi
biasanya tidak berada pada tempatnya.

Kista dentigerous yang multiple


harus dirawat secara adekuat
untuk menghindari komplikasi
52
seperti sindrom odontogenik
keratocyst cell nevus-bifid rib
PEMBAHASAN

Kista dentigerous memiliki potensi untuk membesar, menyebabkan


kerusakan medulla tulang dan ekspansi rahang. Kista dentigerous
juga dapat meluas ke prosesus koronoideus dan leher kondil.

Pada mandibula, molar tiga dapat tertekan ke inferiornya. Kista


juga dapat meresorbsi akar gigi didekatnya yang sudah erupsi.

Kista dentigerous berukuran besar jarang terjadi, kebanyakan lesi yang


secara radiografis diduga sebagai kista dentigerous yang besar, sering kali
terbukti merupakan suatu kista keratosis odontogenik atau ameloblastoma.

53
Kista dentigerous yang berukuran kecil biasanya secara
klinis tidak terdeteksi sama sekali dan hanya akan
ditemukan pada pemeriksaan rdiografis rutin atau pada
pemerikasaan radiografis yang digunakan untuk mendeteksi
adanya kelainan pada gigi yang akan erupsi.

Di antara 37% gigi molar tiga yang impaksi pda mandibula


dan 15% gigi molar tiga yang impaksi pada maksila yang
memperlihatkan radiolusen pada daerah perikoronal, hanya
11% yang keungkinan besar diduga sebagai kista
dentigerous
Kemungkinan Radiolusensi pada gigi 38 :

 Salah satu diagnosis banding  Pada kista unilokular,


dari kista folikular adalah ditemukan lapisan yang rata
ameloblastoma pada gigi serta adanya sel ameloblastik
impaksi yaitu ameloblastoma pada lapisan basal di beberapa
unikistik. area dan tidak terdapat
infiltrasi sel neoplasma pada
dinding penyokong kista.
 Ameloblastoma unikistik
digambarkan suatu rongga
kistik tunggal yang
memperlihatkan suatu
transformasi sel ameloblastik
pada lapisan dinding kista
Secara histopatologis, pada ameloblastoma unikistik terlihat
ruang kistik yang besar atau ruang yang dibatasi lapisan
epitel tipis dengan sel-sel basal yang berjejer. Juga terdapat
invaginasi epitel ke jaringan ikat penyokong dan kadang-
kadang terlihat pulau-pulau mural yang berisi sel
ameloblastoma.

Selain itu, terjadi perubahan karakteristik spongiosa pada


lapisan epitel dan kadang-kadang hialinisasi epitel.
Beberapa lesi menunjukkan adanya komponen
intraluminal, biasanya pada tipe pleksiform.
Gambaran lain yang ditemukan dalam radiografi
panoramik tersebut

Triangular shape condyl


Perubahan bentuk yang terjadi ini menunjukkan terjadinya tekanan berlebih di area tertentu
dari kepala kondilus pada saat gerakkan fungsional, sehingga apabila terjadi dalam jangka
waktu yang lama dapat berdampak pada perubahan bentuk kepala kondilus.

Abses Periapikal
Abses periapikal adalah kumpulan pus yang terlokalisir dibatasi oleh jaringan tulang yang disebabkan oleh
infeksi dari pulpa dan atau periodontal. Abses periapikal umumnya berasal dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan
yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-
sel yang terinfeksi

Periostisis
Merupakan keradangan akut pada periosteum tulang rahang karena infeksi periapikal
telah menembus korteks tulang. Keradangan yang terjadi berupa cairan serous diantara
korteks dan periosteum, belum terbentuk nanah.

57
Gambaran lain yang ditemukan dalam radiografi
panoramik tersebut

Dilaserasi Akar
Suatu angulasi akar yang abnormal terhadap aksis memanjang dari mahkota
gigi. Umumnya deviasi angulasi terlihat sangat tajam, hampir tegak lurus.
Trauma adalah merupakan salah satu penyebab sehingga mahkota bergeser
dan akar memutar atau bengkok setelah terjadinya trauma.

Dens Bones Island


Merupakan lesi radiopak yang terdapat dibawah bagian apical gigi
vital non-caries. Etiologinya tidak diketahui. Lesi ini tidak melekat
pada akar gigi, besar dan ukuran lesi bervariasi. 9 Bagian marginal lesi
mempunyai batas irregular dan diffuse.

58
Kesimpulan

Kista dentigerous
o us mengelilingi mahk
en t i ge r ota
K is t a d ut gigi yang belum
d i s e b
i a s a j uga erupsi dan meleka
t
b i k is ta pada gigi sepanjan
seb a g a g
r k a r e na servikal, keadaan in
folikule i organ yang membedakan
i
e r a sa l da r
b
a u f o l i kel antara kista
t
em a il a i dentigerous denga
n
gig kista primordial
Kesimpulan

i a g n o s is
h s a t u d
Sal a k i st a
d a r i
Terapi pada kis
ta banding us adalah
dentigerous ad e n t ig e ro a da
al a h d o m a p
dengan enukle e l o b l ast
asi am k s i y a itu
p a
terhadap gigi im toma
keseluruhan ki e l o b l as
st a am
k
unikisti
Kesimpulan

Selain kista
dentigerous, dari
gambaran radiografi
panoramik diatas juga
ditemukan adanya
triangular shape
condyl, abses,
periostisis, dilaserasi
akar serta ditemukan
dens bones island.
DAFTAR PUSTAKA
 Neville BD, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and Maxillofacial
Pathology. 3rd ed. St. Louis (MO): W.B. Saunders. 2009: 678-740

 MacDonald D. Oral and Maxillofacial Radiology. 2011: 106-107.


 
 Margono G. Radiografi Intraotral Teknik Prosesing Intepretasi
Radiogram. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2013: 19-22.
 
 Haring JI, Howerton LG. Dental Radiography: Principles and Techniques.
Ed. ke-3. St.Louis: Saunders Elsevier; 2006: 94-109.
 
 Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. Ed. ke-3.
New York: Churchill Livingstone; 2003: 75-94,172.
DAFTAR PUSTAKA
 Birnbaum W, Stephen M. Dunne. Diagnosis Kelainan dalam Mulut. Ed
ke-1 EGC: Jakarta; 2009: 218.

 Sudiono, Janti. Kista Odontogenik. EGC: Jakarta; 2011: 22-37.


 
 Anna Gadewa, Ewa Jach, Tomasz Tomaszewski, Jolanta Wojciechowicz.
Treatment of the follicular cyst of the mandible in a pregnant woman.
Journal of Pre- Clinical and Clinical Research, 2011.Vol 5; No 1: 38-40.
 
 Syafriadi, Mei. Patologi Mulut. Penerbit Andi: Yogyakarta; 2008: 14
 
 Shear, Mervyn. Kista Rongga Mulut. Ed ke-3. Penerbit Buku Kedokteran :
Jakarta; 2012; 59-68.

Anda mungkin juga menyukai