Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU DAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBRANGAN BAGI PEJALAN


KAKI DI RUAS JALAN DEPAN RUSUN OTORITA MUKA KUNING
(STUDI KASUS JALAN LETJEND SUPRAPTO DI KOTA BATAM)

MELKI MAINAKI
14.07.0.013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi terjadi karena adanya perpindahan Berdasarkan survey dan pengamatan kondisi existing
manusia dan barang. Oleh sebab itu fasilitas pada ruas jalan Letjend Suprapto depan rusun Otorita Muka
pendukung laju perpindahan tersebut harus Kuning tersebut, adanya sebuah permasalahan yaitu konflik
memenuhi persyaratan keselamatan orang, terutama antara penyeberang pejalan kaki yang menuju ke rusun Otorita
bagi pejalan kaki. Adanya pejalan kaki yang Muka Kuning dengan arus lalu lintas pada jam-jam sibuk.
menyeberang pada ruas jalan dapat menimbulkan Pada ruas jalan Letjend Suprapto sudah ada fasilitas
konflik dengan aliran kendaraan sehingga diperlukan peyeberangan berupa zebra cross namu fasilitas tersebut
penanganan khusus untuk kelancaran arus lalu-lintas. kurang memadai, sehingga perlu penaganan untuk
Fasilitas pejalan kaki merupakan suatu hal yang memciptakan kondisi keamanan, keyamanan dan ketertiban
sangat penting guna memberikan pelayanan bagi bagi penyeberang pejalan kaki maupun arus lalu lintas, pada
pejalan kaki sehingga dapat miningkatkan kelancaran, ruas jalan Letjend Suprapto depan rusun Otorita Muka Kuning.
keamanan, kenyamanan dan keselamatan bagi Maka dari itu penulis ingin menganalisis perilaku dan
pejalan kaki. penyediaan kebutuhan fasilitas penyeberangan, bagi pejalan
Keberadaan penyeberangan jalan pada waktu kaki di ruas jalan Letjend Suprapto depan rusun Otorita Muka
tertentu akan mengakibatkan konflik yang tajam Kuning untuk mengetahui jenis fasilitas penyeberangan jalan
dengan arus kendaraan yang pada gilirannya apa yang tepat.
berakibat pada tundaan dan memungkinkan terjadinya
kecelakaan lalu-lintas. Pergerakan para penyeberang
jalan dan perilaku arus kendaraan perlu diamati untuk
memperoleh data perencanaan sehingga konflik
antara penyeberang jalan dengan jenis kendaraan
dapat dikurangi, sehingga memberikan keamanan
bagi penyeberang serta meminimalkan durasi tundaan
lalu-lintas.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah fasilitas penyeberangan pejalan kaki yang berada di depan rusun
Otorita Muka Kuning berupa zebra cross menimbulkan beberapa persoalan seperti : rasa takut saat menyeberang jalan,
ketidaknyamanan penyeberang jalan, terganggunya arus lalu lintas di depan rusun Otorita Muka Kuning.

Dari beberapa persoalan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapakah volume dan kecepatan penyeberang jalan dan lalu lintas di depan rusun Otorita Muka Kuning ?

2. Sudah tepatkah penempatan fasilitas penyeberangan di depan rusun Otorita Muka Kuning? Jika belum jenis fasilitas
penyeberangan apa yang paling layak ditempatkan di depan rusun Otorita Muka Kuning, sehingga keamanan dan
kenyamanan tanpa menggangu arus lalu-lintas yang ada.
C. Batasan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Penelitian hanya dilakukan pada ruas jalan Letjend Suprapto di depan rusun Otorita Muka Kuning.
2. Penelitian dilakukan pada jam-jam sibuk yang mewakili hari kerja dan di hari libur.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Menghitung volume dan kecepatan penyeberang jalan dan lalu lintas di depan rusun Otorita Muka Kuning.
2. Menentukan tipe fasilitas penyeberangan yang paling tepat digunakan di ruas jalan Letjend Suprapto depan rusun
Otorita Muka Kuning pada jam-jam sibuk (peak hour).
E. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini :


1. Mengetahui jenis fasilitas penyeberangan yang layak digunakan di depan rusun Otorita Muka Kuning, berdasarkan
pada keamanan dan kenyamanan bagi penyeberang jalan.
2. Meminimalisir konflik yang terjadi terhadap pejalan yang menyeberangi ruas jalan letjend suprapto di depan rusun
Otorita Muka Kuning dengan arus lalu lintas.
3. Dalam bidang akademis diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi mahasiswa/mahasiswi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PEJALAN KAKI

1. Definisi
Menurut surat keputusan (Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97), pejalan kaki adalah orang
yang melakukan aktifitas berjalan kaki dan merupakan salah satu unsur pengguna jalan. Pejalan kaki harus berjalan pada bagian
jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki, atau pada bagian pejalan kaki, atau pada bagian jalan yang paling kiri apabila tidak
terdapat bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki (PP No. 43 , 1993).

2. Keragaman Pejalan Kaki


Penyeberang jalan dengan kondisi fisik yang mendapat perhatian khusus dapat dibagi menjadi 3 (Dewar R dalam ITE 4th
edition, 1992), yaitu :
a. Penyeberang yang cacat fisik
Adalah pengguna jalan/penyeberang yang cacat fisiknya atau mempunyai keterbatasan fisiknya, oleh karena itu perlu diberikan
fasilitas khusus.
b. Penyeberang anak-anak
Adalah penyeberang pada usia anak-anak (0-12 tahun) yang sering terjadi kecelakaan dibanding dengan golongan lainnya.
c. Penyeberang usia lanjut
Penyeberang usia lanjut lebih cenderung mengalami kecelakaan daripada usia yang lainnya disebabkan oleh :
1) Kelemahan fisik
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyeberang (karena faktor usia).
3. Perilaku Pejalan Kaki

Karateristik pejalan kaki menurut Shane dan Roess (1990) secara umum meliputi :
a. Volume pejalan kaki v (pejalan kaki/menit/meter)
b. Kecepatan menyeberang S (meter/menit)
c. Kepadatan D (pejalan kaki/meter persegi).
B. PENGERTIAN FASILITAS PENYEBERANGAN

Pada hakikatnya, aktivitas pejalan kaki bertujuan untuk menempuh jarak sesingkat mungkin antara satu tempat
dengan tempat lain dengan nyaman dan aman dari gangguan. (Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan : Dirjen Penataan Ruang, 2000), sehingga dibutuhkan sarana tersebut yaitu
fasilitas penyeberangan. Fasilitas penyeberangan adalah fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan. (Keputusan
Direktur Jendral Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97). Fasilitas penyeberangan dibagi dalam 2 kelompok
tingkatan yaitu :

1. Penyeberangan Sebidang (At – Grade)


Penyeberangan sebidang terdiri atas 2 macam yaitu :
a. Penyeberangan Zebra (zebra cross)
b. Penyeberangan Pelican

2. Penyeberangan Tidak Sebidang (Elevated/Underground)


Penyeberangan tidak sebidang terdiri atas 2 kategori yaitu :
a. Elevated/Jembatan
b. Underground/Terowongan
3. Kriteria Pemilihan Penyeberangan
Kriteria pemilihan penyeberangan untuk sebidang dan tidak sebidang berdasarkan pada :

a. Penyeberangan Sebidang

1) Didasarkan pada rumus empiris (PV) , dimana P adalah arus pejalan kaki yang
menyeberang ruas jalan sepanjang 100 m tiap jam-nya (pejalan kaki/jam) dan V adalah
arus kendaraan tiap jam dalam 2 (dua) arah (kendaraan/jam).

2) P dan V merupakan arus rata-rata pejalan kaki dan kendaraan pada 4 jam sibuk, dengan
rekomendasi awal seperti tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Rekomendasi pemilihan fasilitas penyeberangan
V (Kendaraan/Jam) Rekomendasi
P.V2 P (Orang/Jam)

> 108 500 - 1100 300 - 500 Zebra Cross

 
Zebra Cross dengan
> 2 x10 8
500 - 1100
Pelindug
400 - 750

> 108 500 - 1100 > 500 Pelican Crossing

> 108 > 1100 > 500 Pelican Crossing

 
Pelican Crossing
> 2 x10 8
500 - 1100
dengan Pelindung
> 700

Pelican Crossing
> 2 x10 8
> 1100 > 400 dengan Pelindung

(Sumber : DPU Direktorat Jenderal Bina Marga, (1995))


a. Penyeberangan Tidak Sebidang

1) PV2 lebih dari 2 x 108, arus pejalan kaki (P) lebih dari 1.100 orang/jam, arus kendaraan 2
arah (V) lebih dari 750 kendaraan/jam, yang diambil dari arus rata-rata selama 4 (empat)
jam sibuk.

2) Pada ruas jalan dengan kecepatan rencana 70 Km/Jam.

3) Pada kawasan strategis, tetapi tidak memungkinkan para penyeberang jalan untuk
menyeberang jalan selain jembatan penyeberangan.
4. Analisa Kapasitas Jalan

Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCc……………………..………….(2.1)

Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaiaan lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaiaan pemisah arah (Hanya untuk jalan tak terbagi
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kerb
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Berdasarkan persamaan dasar tersebut, dilakukanlah langkah-langkah perhitungan berikut ini :

a. Kapasitas Dasar (Co)


Kapasitas dasar didapatkan nilainya dari tabel di bawah ini :

Tabel 2.2
Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan

Tipe jalan Kapasitas dasar Catatan

Empat – lajur terbagi


1650 Per lajur
atau jalan satu arah

Empat – lajur tak -


1500 Per lajur
terbagi

Dua – lajur tak -


2900 Total dua arah
terbagi

(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997))


b. Faktor Penyesuaian Lebar Jalan (FCw)
Faktor penyesuaian lebar jalan didapatkan dari tabel di bawah ini :
Tabel 2.3
Nilai Faktor Penyesuaian Lebar Jalan
Lebar Jalaur Lalu lintas Efektif
Tipe Jalan FCW
(WC) (m)
Per lajur  

3.00 0,92

Empat – lajur terbagi 3.25 0,96


atau jalan satu arah 3.50 1,00

3.75 1,04

4.00 1,08
Per lajur  

3.00 0,91

3.25 0,95
Empat – lajur tak -
3.50 1,00
terbagi
3.75 1,05

4.00 1,09
Total dua arah  

5 0,56

6 0,87

7 1,00
Dua – lajur tak - terbagi
8 1,14

9 1,25

10 1,29

11 1,34

(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997))


c. Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (FCsp)

Faktor penyesuaian dipakai hanya untuk jalan yang tak terbagi. Nilainya
didapatkan dari tabel berikut ini :

Tabel 2.4
Nilai Faktor Penyesuaian Pemisah Arah

 
 
65- 70-
Pemisah Arah SP % - % 50-50 55-45 60-40
35 30
 
 

Dua-lajur
1,00 0,97 0,94 0,91 0.88
FCsp 2/2

  Empat-lajur 0,95
1.00 0.985 0.97 0,94
4/2 5

(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997))

Untuk jalan terbagi dan satu arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah
arah tidak ditetapkan dan sebaiknya dimasukan nilai 1,0.
d. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FCsf)
Untuk nilai faktor penyesuaian hambatan samping dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Jalan dengan bahu
Untuk jalan dengan bahu, faktor penyesuaian kapasitasnya berdasarkan lebar bahu efektif
(Ws) dan kelas hambatan samping (SFC). Nilainya yaitu :

Tabel 2.5 Nilai Faktor Penyesuaian Hambatan Samping Untuk Jalan Dengan Bahu Tipe Jalan
Kelas Hambatan Samping
Faktor Penyesuaian Untuk Hambatan Samping
dan Lebar Bahu
Kelas FCsf
Hambatan Lebar Bahu Efektif Ws
Tipe Jalan
Samping
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0

VL
0,96 0,98 1,01 1,03
L
0,94 0,97 1,00 1,02
M
0,92 0,95 0,98 1,00
4/2D
H
0,88 0,92 0,95 0,98
0,84 0,88 0,92 0,96
VH
VL
0,96 0,99 1,01 1,03
L
0,94 0,97 1,00 1,02
M
0,92 0,95 0,98 1,00
4/2UD
H
0,87 0,91 0,94 0,98
0,80 0,86 0,90 0,95
VH
VL
0,94 0,96 0,99 1,01
L
0,92 0,94 0,97 1,00
2/2UD atau M
0,89 0,92 0,95 0,98
jalan satu arah
H
0,82 0,86 0,90 0,95

(Sumber : Manual
VH Kapasitas
0,73
Jalan Indonesia
0,79 0,85
(1997))
0,91
2) Jalan dengan kereb
Nilai faktor penyesuaian hambatan samping dengan kereb didapatkan berdasarkan jarak
antara kereb dan penghalang trotoar Wk. Nilainya didapat dari tabel berikut ini :

Tabel 2.6 Nilai Faktor Penyesuaian Hambatan Samping Untuk Jalan Dengan Kereb
Faktor Penyesuaian Untuk Hambatan Samping
dan Lebar Bahu
Kelas FCsf
Tipe
Hambatan Lebar Bahu Efektif Ws
Jalan Samping
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0

VL 0,96 0,97 0,99 1,01


L 0,94 0,96 0,98 1,00
M 0,92 0,93 0,95 0,98
4/2D
H 0,86 0,89 0,92 0,95
0,81 0,85 0,88 0,92
VH
VL 0,95 0,97 0,99 1,01
L 0,93 0,95 0,97 1,00
M 0,90 0,92 0,95 0,97
4/2UD
H 0,84 0,87 0,90 0,93
0,77 0,81 0,85 0,90
VH
VL 0,93 0,95 0,97 0,99
2/2UD L 0,90 0,92 0,95 0,97
atau
M 0,86 0,88 0,91 0,94
jalan
satu H 0,78 0,81 0,84 0,88
arah 0,68 0,72 0,77 0,82
VH

(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997))


e. Faktor penyesuaian FCsf untuk jalan enam lajur
Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enam lajur dapat ditentukan dengan menggunakan
nilai FCsf untuk jalan empat lajur, sebagaimana ditunjukkan pada persamaan berikut :

FC6sf : 1 - 0,8 (1 - FC4s)


Dimana :
FC6sf : faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enam lajur
FC4sf : faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan empat lajur

f. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs)


Nilai faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota berdasarakan ukuran kota (jumlah
penduduk). Nilainya didapatkan dari tabel dibawah ini :

Tabel 2.7Nilai Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota


Ukuran Kota (Juta Faktor Penyesuaian Untuk
Penduduk) Ukuran Kota
< 0,1 0,86
0,1 - 0,5 0,90
0,5 - 1,0 0,94
1,0 - 3,0 1,00
> 3,0 1,04

(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997))


g. Derajat Kejenuhan (DS)

Untuk melihat kepadatan lalu lintas dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :DS = Q / C
Dimana :

Q : volume lalu lintas (smp/jam)

C : kapasitas jalan (smp/jam)


4. Parameter Efektifitas Jembatan Penyeberangan

Terdapat berbagai parameter yang dapat diukur untuk menentukan efektifitas jembatan
penyeberangan antara lain :

a. Volume Pejalan Kaki


b. Volume Lalu Lintas
c. Kecepatan Lalu Lintas
d. Kesesuaian Persyaratan Desain dan Lokasi
e. Ketentuan Pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. LOKASI PENELITIAN

Gambar 3.1 Lokasi Rusun otorita muka kuning


B. PENGUMPULAN DATA

1. Pengumpulan Data Primer


Proses pengumpulan data pada studi transportasi pada dasarnya bukan merupakan
prosedur yang sembarangan, tetapi merupakan sekumpulan langkah-langkah yang saling
terkait satu dengan yang lainnya dengan hasil akhir untuk memperoleh data-data yang
diinginkan.
Sebelum melakukan survey, perlu disusun rencana pelaksanaan terlebih dahulu seperti
berikut :
a. Menentukan jadwal pelaksanaan survey
b. Menentukan jumlah surveyor
c. Menentukan peralatan apa saja yang akan dipakai dalam melakukan survey
d. Formulir data volume arus lalu lintas kendaraan
f. Data geometrik jalan.
g. Peralatan penelitian

2. Pengumpulan Data Sekunder


Data yang diperlukan yaitu lebar dan panjang jalan dan gambar sketsa kondisi existing
lokasi penelitan, serta Panduan Perencanaan Fasilitas Penyeberangan Jalan di Perkotaan
dari Bina Marga Tahun 2019.
C. SURVEY PENDAHULUAN

Survey pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui data awal mengenai pola arus lalu lintas, lokasi
survey yang akan dipilih dan jam-jam sibuk atau puncak dan juga kondisi lingkungan. Adapun tujuan diadakan
survey pendahuluan yaitu :
1. Penempatan tempat atau titik lokasi survey yang memudahkan pengamat.
2. Penentuan arah lalu lintas dan jenis kendaraan yang disurvey.
3. Pengambilan foto kondisi existing ruas jalan.
4. Memahami kesulitan yang memungkinkan muncul pada saat pelaksanaan survey dan
melakukan revisi sesuai dengan keadaan di lapangan serta kondisi yang mungkin
dihadapi.

D. SURVEY KECEPATAN

Survey ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas pada ruas jalan pada
jam sibuk di hari senin, sabtu dan minggu pada pukul 06.30-08.30dan 17.00-19.00. Hasil dari survey ini akan
disesuaikan dengan kriteria kecepatan pada fasilitas penyeberangan jalan.
E. SURVEY PENYEBERANG JALAN

Survey ini dilakukan untuk menghitung volume orang yang menyeberang jalan Letjend Suprapto depan rusun Otorita Muka
Kuning. Pengamat berjumlah 2 orang (1 orang mengamati dari arah Barat-Timur dan 1 orang mengamati dari arah Timur-Barat).
Penyeberang jalan yang diamati dan dicatat hanya mencakup jarak sepanjang 100 m tiap jamnya pada ruas jalan, diluar jarak
tersebut tidak dihitung.

F. SURVEY GEOMETRI RUAS JALAN DAN MEDIAN JALAN

Survey geometri ini dilakukan pada tiap-tiap ruas jalan dan median jalan. Survey ini dilakukan dengan cara mengukur lebar
ruas jalan dan median jalan dengan menggunakan alat survey yaitu meteran /Roll Meter.

G. ANALISIS PENENTUAN FASILITAS PENYEBERANGAN

Dalam hal menentukan fasilitas penyeberangan peneliti menggunakan metode berdasarkan rumus empiris PV2, dimana P ialah
volume penyeberang jalan dan V adalah volume arus lalu lintas. Untuk mengetahui fasilitas yang dibutuhkan peneliti harus melakukan
beberapa survey terlebih dahulu sebagai berikut :
1. Melakukan survey arus lalu lintas
2. Melakukan survey penyeberang jalan
3. Setelah melakukan kedua survey pada point (1) dan (2), dilanjutkan dengan menganalisis dengan perhitungan
dengan menggunakan rumus PV2.Setelah didapatkan hasil dari PV2, dilanjutkan dalam tahap rekomendasi
untuk penentuan fasilitas penyeberangan sesuai hasil dari PV 2.
H. ALUR PENELITIAN

Adapun urutan tahapan penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir berikut ini:

Mulai

Identifikasi masalah

Pengumpulan data

Data primer :
Data jalan lebar dan panjang Data sekunder :
Sketsa daerah lokasi Volume penyeberang pejalan kaki
Arus pejalan kaki
Kecepatan berjalan
Ruang pejalan kaki
Pengelolahan data Volume lalu lintas

Hasil analisis dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Mulai

Gambar 3.2 Alur penelitian


TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai