TAKBERWUJUD
Akuntansi Instrumen Keuangan/ Smt2/ Sesi 1/ IK
ASET TETAP & ASET TAKBERWUJUD
Tahap 1
Apakah barang yang
dibeli bersifat jangka
panjang?
TIDAK Investasi
Tahap 2
Apakah aset
digunakan untuk
YA tujuan produktif?
YA Aset tetap
Karakteristik Aset Tetap
Menggolongkan Biaya
Biaya yang telah terjadi dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap, investasi, atau beban.
Penggolongan biaya melibatkan tahap-tahap sbb.
Tahap 1. Apakah barang yang dibeli mempunyai masa manfaat yang panjang?
Jika ya, barang tsb dicatat sbg aset dlm laporan posisi keuangan, baik sbg aset tetap ataupun investasi.
Lanjut ke Tahap 2.
Jika tidak, barang tersebut diklasifikasikan dan dicatat sebagai beban.
Tahap 2. Apakah aset digunakan dalam kegiatan normal operasi?
Jika ya, aset diklasifikasikan dan dicatat sebagai aset tetap.
Jika tidak, aset diklasifikasikan dan dicatat sebagai investasi.
NB: Investasi adalah aset jangka panjang yang tidak digunakan dalam kegiatan normal operasi dan dimiliki untuk dijual
kembali di masa mendatang.
Biaya Perolehan Aset Tetap
Dalam tambahan pada harga pembelian, biaya untuk memperoleh aset tetap mencakup seluruh jumlah yang dikeluarkan untuk
mendapatkan aset hingga siap untuk digunakan.
Pengembangan
Gedung Mesin & Peralatan Tanah Tanah
• Honor arsitek • Pajak penjualan • Harga pembelian
• pohon dan semak-
• Honor insinyur • Ongkos kirim • Pajak penjualan
• Biaya asuransi yang timbul selama semak
• Pemasangan • Pengurusan izin dari badan pemerintah • Pagar
pembangunan • Perbaikan (pembelian peralatan bekas) • Komisi untuk makelar
• Bunga dari pinjaman untuk mendanai • Penerangan luar
• Pemulihan kondisi (pembelian peralatan • Biaya survei •
pembangunan Pengerasan area
bekas) • Pajak properti
• Jalan ke dan sekeliling gedung parkir
• Asuransi saat barang dalam perjalanan • Pengurusan sertifikat kepemilikan
• Pajak penjualan • Pemasangan komponen • Penghancuran atau pemindahan gedung
• Perbaikan (perbaikan gedung yang • Modifikasi untuk penggunaan yang tidak diinginkan, dikurang hasil
sudah ada) • Pengujian untuk penggunaan penjualan puing
• Pemulihan kondisi (pembelian gedung • Pengurusan izin dari badan pemerintah • Pengubahan kontur tanah
yang sudah ada) • Pembuatan trotoar sebagai pembatas
• Modifikasi untuk penggunaan tanah
• Pengurusan izin dari badan pemerintah
Biaya Perolehan Aset Tetap
3. Estimasi biaya pembongkaran aset dan pemulihan lahan 3. Pencurian yang tidak diasuransikan
yang ditempati aset jika kewajiban untuk mengeluarkan 4. Kerusakan selama membuka kemasan mesin dan
biaya tsb ada ketika aset diperoleh. pemasangannya
5. Denda karena tidak mmemperoleh izin
Pengeluaran Pendapatan dan Modal
Ketika aset tetap telah diakusisi dan ditempatkan untuk jasa, biaya dapat terjadi untuk pemeliharaan dan
perbaikan. Untuk tambahan, biaya mungkin terjadi untuk meningkatkan aset atau untuk perbaikan besar yang
menambah masa manfaat aset. Biaya yang bermanfaat hanya pada periode saat ini disebut pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure). Biaya yang meningkatkan aset atau menambah masa manfaat disebut
pengeluaran modal (capital expenditure).
Akuntansi untuk Pengeluaran Pendapatan dan Pengeluaran Modal
Mendebit Beban
Bermanfaat hanya Perbaikan &
PENGELUARAN Perbaikan &
utk periode berjalan Perawatan Biasa
PENDAPATAN Perawatan
Mendebit Aset
Biaya Peningkatan Aset Menambah Nilai Tetap
Jasa Aset
Bermanfaat untuk
periode berjalan & PENGELUARAN
masa depan MODAL
Revisi Penyusutan
utk periode berjalan
dan masa depan
Penyewaan Aset Tetap
Sewa (lease) adalah perjanjian atas penggunaan aset selama periode tertentu. Sewa sering kali digunakan dalam bisnis. Sbg
contoh, kendaraan, komputer, peralatan, kesehatan, gedung, pesawat.
Dua pihak dalam perjanjian sewa adalah sbb.
1. Pemberi sewa (lessor) adalah pihak yang memiliki aset.
2. Penyewa (lessee) adalah pihak yang diberi hak oleh pemberi sewa untuk menggunakan aset.
Penyewa dapat menjelaskan kontrak sewa dengan satu dari dua cara tergantung bagaimana kontrak sewa digolongkan. Kontrak
sewa dapat digolongkan sbb.
3. Sewa modal (capital lease) atau
4. Sewa operasi (operating lease)
Akuntansi untuk Penyusutan
Seiring dengan berjalannya waktu, aset tetap selain tanah, kehilangan kemampuannya untuk memberikan jasa. Akibatnya,
biaya peralatan, gedung, dan pengembangan tanah perlu dipindahkan ke akun beban secara sistematis selama masa
manfaatnya. Pemindahan biaya ke beban secara berkala semacam ini disebut penyusutan atau depresiasi. Oleh karena tanah
memiliki kemampuan yang tidak terbatas, tanah tidak terdepresiasi.
Jurnal penyesuaian untuk mencatat penyusutan adalah mendebit Beban Penyusutan dan mengkredit Akumulasi
Penyusutan.
Depresiasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau fungsional.
1. Penyusutan fisik terjadi karena penggunaan dan disebabkan oleh cuaca.
2. Penyusutan fungsional terjadi saat aset tetap tidak lagi dapat menyediakan jasa pada tingkat yang diharapkan. Cth,
peralatan dapat menjadi kuno akibat perubahan teknologi.
Akuntansi untuk Penyusutan
Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap tahun selama masa manfaat aset.
Sebagai ilustrasi, asumsikan jika peralatan dibeli pada tanggal 1 Januari sbb.
Biaya perolehan awal Rp24.000.000
Masa manfaat yang diharapkan 5 tahun
Estimasi nilai sisa Rp2.000.000
Penyusutan
garis lurus tahunan sebesar Rp4.400.000 dihitung sbb.
Penyusutan Tahunan = = Rp4.400.000
Jika aset hanya digunakan selama beberapa waktu dalam satu tahun, maka penyusutan tahunan dihitung secara
proporsional. Sbg cth, diasumsikan peralatan di atas dibeli dan menyediakan jasa pada tanggal 1 Okt. Penyusutan utk tahun
berakhir 31 Desember adalah sebesar Rp1.100.000, dihitung sbb.
Penyusutan utk Tahun Fiskal Pertama = Rp4.400.000 x 3/12 = Rp1.100.000
Metode Garis Lurus
(Straight Line Method)
Perhitungan penyusutan garis lurus dapat disederhanakan dengan mengubah penyusutan tahunan menjadi persen atas
biaya penyusutan. Persentase garis lurus ditentukan dengan membagi 100% atas jumlah tahun masa manfaat yang diharapkan,
seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Masa Manfaat yang Diharapkan Persentase Garis Lurus
5 tahun 20%(100%/5)
8 tahun 12,5%(100%/8)
10 tahun 10%(100%/10)
20 tahun 5%(100%/20)
25 tahun 4%(100%/25)
Utk peralatan sebelumnya, penyusutan tahunan sebesar Rp4.400.000 dapat dihitung dengan mengalikan biaya depresiasi
sebesar Rp22.000.000 dengan 20% (100%/5).
Ketika pendapatan atas aset hampir sama dari satu periode ke periode lainnya, metode garis lurus memberikan
penyesuaian yang baik atas beban penyusutan dengan pendapatan atas aset.
Metode Garis Lurus
(Straight Line Method)
Metode unit produksi menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap unit yang diproduksi atau setiap unit
kapasitas yang digunakan oleh aset. Tergantung dengan asetnya, metode unit produksi dapat dinyatakan dalam jam, mil, atau
jumlah kuantitas produksi. Sbg cth, unit produksi truk normalnya dinyatakan dalam mil. Untuk aset manufaktur, metode unit
produksi sering dinyatakan dalam jumlah produk.
Metode unit produksi diaplikasikan dalam dua tahap.
Tahap 1. Menentukan penyusutan per unit:
Penyusutan per Unit =
Tahap 2. Menghitung beban penyusutan:
Beban Penyusutan = Penyusutan per Unit x Total Unit Produksi yang Digunakan
Metode Unit Produksi
(Units-of-production method)
Sbg ilustrasi, asumsikan jika peralatan pada contoh sebelumnya diharapkan mempunyai masa manfaat selama 10.000 jam
operasi. Sepanjang tahun, peralatan tsb beroperasi selama 2.100 jam. Penyusutan unit produksi untuk tahun ini adalah
Rp4.620.000 seperti berikut ini.
Tahap 1. Menentukan penyusutan per unit:
Penyusutan per Unit = = = Rp2.200 per jam
Tahap 2. Menghitung beban penyusutan:
Beban Penyusutan = Penyusutan per Unit x Total Unit Produksi yang Digunakan
Beban Penyusutan = Rp2.200 per Jam x 2.100 Jam = Rp4.620.000
Metode unit produksi sering digunakan ketika aset tetap menyediakan jasa waktu yang bervariasi dari tahun ke tahun.
Dalam kasus seperti ini, metode unit produksi menyesuaikan beban penyusutan dengan pendapatan aset.
Metode Unit Produksi
(Units-of-production method)
Metode saldo menurun ganda menghasilkan beban periodik yang semakin menurun selama estimasi masa manfaat aset.
Metode saldo menurun ganda diaplikasikan dalam tiga tahap.
Tahap 1. Menentukan persentase garis lurus, menggunakan masa manfaat yang diharapkan.
Tahap 2. Menentukan saldo menurun ganda dengan mengalikan tarif garis lurus dari Tahap 1 dengan 2.
Tahap 3. Menghitung beban penyusutan dengan mengalikan tariff saldo menurun ganda dari Tahap 2 dengan nilai buku aset.
Sbg ilustrasi, peralatan yang dibeli di cth sebelumnya digunakan utk menghitung penyusutan saldo menurun ganda. Utk
tahun pertama, penyusutan sebesar Rp9.600.000 seperti di bawah ini.
Tahap 1. Persentase garis lurus = 20% (100%/5)
Tahap 2. Tarif saldo menurun ganda = 40% (20% x 2)
Tahap 3. Beban penyusutan = Rp9.600.000 (Rp24.000.000 x 40%)
Metode Saldo Menurun Ganda
(double-declining-balance method)
Untuk tahun pertama, nilai buku aset adalah biaya perolehan awal sebesar Rp24.000.000. Setelah tahun pertama, nilai
buku ([book value] biaya dikurangi akumulasi penyusutan) aset menurun, akibatnya penyusutan juga menurun. Penyusutan
saldo menurun ganda tahunan untuk 5 tahun masa manfaat peralatan ditunjukkan sbb.
Tahun Biaya Akumulasi Nilai Buku pada Awal Tingkat Penyusutan Nilai Buku pada
Penyusutan pada Tahun Saldo Akhir Tahun
Awal Tahun Menurun
Ganda
1 Rp24.000.000 Rp24.000.000 x 40% Rp9.600.000 Rp14.400.000
2 24.000.000 Rp9.600.000 14.400.000 x 40% 5.760.000 8.640.000
3 24.000.000 15.360.000 8.640.000 x 40% 3.456.000 5.184.000
4 24.000.000 18.816.000 5.184.000 x 40% 2.073.600 3.110.400
5 24.000.000 20.889.600 3.110.400 - 1.110.400 2.000.000
Metode Saldo Menurun Ganda
(double-declining-balance method)
Saat metode saldo menurun ganda digunakan, estimasi nilai sisa tidak dipertimbangkan. Akan tetapi, aset tidak perlu
disusutkan di bawah estimasi nilai sisanya. Dalam contoh di slide sebelumnya, estimasi nilai sisa adalah Rp2.000.000. Jadi,
penyusutan tahun kelima adalah Rp1.110.400 (Rp3.110.400 – Rp2.000.000), bukan Rp1.244.160 (40% x Rp3.110.400).
Seperti penyusutan garis lurus, jika aset hanya digunakan selama beberapa waktu dalam satu tahun maka penyusutan
tahunan dihitung secara proporsional. Sbg cth, asumsikan jika peralatan sebelumnya dibeli dan menyediakan jasa pada tanggal
1 Okt. Penyusutan pada akhir tahun 31 Desember adalah sebesar Rp2.400.000, dihitung sbb.
Penyusutan Tahun Pertama Parsial = Rp9.600.000 x 3/12 = Rp2.400.000
Penyusutan utk tahun kedua akan menjadi Rp8.640.000 dihitung sbb.
Penyusutan Tahun Kedua = Rp8.640.000 = [40% (Rp24.000.000 – Rp2.400.000)]
Metode Saldo Menurun Ganda
(double-declining-balance method)
Metode saldo menurun ganda memberikan penyusutan yang lebih besar di tahun pertama manfaat aset, diikuti jumlah
penyusutan yang menurun. Untuk alasan ini, metode saldo menurun ganda disebut metode penyusutan akselerasi
(accelerated depreciation method).
Pendapatan aset sering kali lebih besar di tahun-tahun awal kegunaannya daripada tahun-tahun selanjutnya. Dalam kasus
seperti itu, metode saldo menurun ganda menyediakan penyesuaian yang baik atas beban penyusutan dengan pendapatan aset.
Contoh soal – Penyusutan Saldo Menurun Ganda
Peralatan yang diperoleh pada awal tahun dengan biaya Rp125.000.000 memiliki estimasi nilai sisa sebesar Rp5.000.000, dan
estimasi masa manfaat 10 tahun. Tentukan (a) tingkat penyusutan saldo menurun ganda, dan (b) penyusutan saldo menurun
ganda untuk tahun pertama.
Jawab:
a. 20% [(1/10) x 2]
b. Rp25.000.000 (Rp125.000.000 x 20%)
Membandingkan Metode Penyusutan
Beban Penyusutan
Tahun Metode Garis Metode Unit Produksi Metode Saldo Menurun Ganda
Lurus
1 Rp4.400.000* Rp4.620.000 (Rp2.200 x 2.100 jam) Rp9.600.000 (Rp24.000.000 x 40%)
**Rp3.110.400 – Rp2.000.000 karena peralatan tidak bisa disusutkan di bawah nilai sisa sebesar Rp2.000.000.
Pelepasan Aset Tetap
Aset tetap yang tidak lagi berguna dapat dibuang atau dijual. Dalam kasus seperti ini, nilai buku aset harus dihapus dari
akunnya. Aset tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aset tersebut sudah habis disusutkan.
Jika aset tetap masih digunakan oleh perusahaan, biaya dan akumulasi penyusutannya tetap dicatat dalam buku besar
meskipun aset telah disusutkan sepenuhnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga akuntabilitas aset dalam buku besar.
Membuang Aset Tetap
Jika aset tetap tidak lagi berguna bagi perusahaan dan tidak memiliki nilai sisa atau nilai pasar, aset tersebut akan dibuang. Sbg
cth, asumsikan jika aset tetap yang sudah disusutkan sepenuhnya dan tidak punya nilai sisa akan dibuang. Ayat jurnal untuk
mencatat pembuangan aset menghilangkan aset yang bersangkutan dan akumulasi penyusutan terkait dari buku besar.
Pelepasan Aset Tetap
Aset tetap milik beberapa perusahaan meliputi kayu, bijih besi, mineral, atau sumber daya alam lainnya. Oleh karena sumber
daya ini dipanen atau ditambang kemudia dijual, sebagian biaya didebit ke akun beban. Proses memindah biaya sumber daya
alam ke akun beban disebut deplesi (depletion).
Deplesi ditentukan sbb.
Hak paten, hak cipta, merek dagang, dan goodwill merupakan aset jangka panjang yang berguna dalam kegiatan operasi
perusahaan dan tidak ditujukan untuk dijual. Aset-aset ini disebut aset takberwujud (intangible assets) karena tidak memiliki
bentuk secara fisik.
Akuntansi untuk aset takberwujud mirip dengan aset tetap. Isu utama adalah sbb.
1. Menentukan biaya awal
2. Menentukan amortisasi (amortization), yang mana jumlah biaya dipindahkan ke beban.
Amortisasi dihasilkan dari berjalannya waktu atau penurunan manfaat aset takberwujud.
PSAK 19 adalah standar akuntansi Indonesia yang mengatur akuntansi untuk aset takberwujud. Lebih lanjut, PSAK 48
mengatur akuntansi untuk penurunan nilai aset (impairment).
Aset Takberwujud
(Hak Paten)
Hak Paten
Perusahaan dapat memperoleh hak eksklusif untuk menghasilkan dan menjual barang dengan satu keunikan atau lebih. Hak
semacam ini disebut hak paten (patent), yang diterbitkan pemerintah kepada penemu. Hak ini berlaku dengan masa manfaat
20 tahun. Hukum Hak Paten No. 14/2001 juga membedakan hak paten untuk penemuan sederhana dan penemuan yang lebih
canggih. Suatu perusahaan dapat membeli hak paten dari perusahaan lainnya, atau dapat memperoleh hak paten yang
dikembangkan oleh bagian riset dan pengembangannya.
Biaya awal dalam hak paten yang dibeli, mencakup imbalan jasa hukum yang terkait, dan didebit ke akun aset. Biaya ini
dihapuskan, atau diamortisasi, selama estimasi masa manfaat hak paten. Masa manfaat hak paten dapat kurang dari sisa masa
hak paten secara hokum. Estimasi masa manfaat hak paten juga dapat berubah karena perubahan teknologi atau perubahan
selera konsumen.
Metode garis lurus biasanya digunakan untuk menentukan amortisasi hak paten. Amortisasi dicatat dengan mendebit
akun beban dan mengkredit akun hak paten. Akun aset kontra terpisah biasanya tidak digunakan dalam aset takberwujud.
Aset Takberwujud
(Hak Paten)
Hak Paten
Sbg ilustrasi, diasumsikan bahwa pada awal tahun fiskal, perusahaan mendapatkan hak paten senilai Rp100.000.000.
Meskipun hak paten belum akan habis dalam 14 tahun, sisa manfaatnya diperkirakan tinggal lima tahun. Ayat jurnal
penyesuaian untuk mencatat amortisasi hak paten pada akhir tahun adalah sbb.
31 Des Beban Amortisasi – Hak Paten 20.000.000
Hak Paten 20.000.000
Mencatat amortisasi paten (Rp100.000.000/5).
Menurut PSAK 19, biaya riset diperhitungkan sebagai beban operasi berjalan dalam periode terjadinya biaya tsb, sedangkan
biaya pengembangan dapat dikapitalisasi jika memenuhi beberapa persyaratan. Salah satu persyaratannya adalah perusahaan
dapat membedakan biaya pengembangan dari biaya riset dan biaya pengembangan tsb dapat diukur secara tepat.
Aset Takberwujud
(Hak Cipta dan Merek Dagang)
Merek Dagang
Jika merek dagang dibeli dari bisnis lain, biayanya dicatat sbg aset. Dalam kasus seperti ini, biaya atas
merek dagang dipertimbangkan mempunyai masa manfaat yang tidak terbatas. Jadi, merek dagang tidak
diamortisasi. Melainkan, merek dagang diuji penurunan nilai setiap akhir periode akuntansi. Ketika merek
dagang mengalami penurunan nilai, merek dagang harus dihapus dan mengakui rugi.
Aset Takberwujud
(Goodwill)
Goodwill
Goodwill mengacu pada aset takberwujud milik perusahaan yang dihasilkan oleh faktor-faktor yang menguntungkan, seperti
lokasi, mutu produk, reputasi, dan keahlian manajerial. Goodwill memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan tingkat
pengembalian investasi yang sering kali melebihi tingkat normal.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia memperbolehkan goodwill dicatat dalam akun hanya jika dapat ditentukan
secara objektif oleh suatu transaksi. Contoh transaksi yang dimaksud adalah pembelian perusahaan pada harga di atas aset
bersih (aset – liabilitas) perusahaan yang diperoleh. Kelebihannya dicatat sebagai goodwill dan dilaporkan sebagai aset
takberwujud.
Tidak seperti hak paten dan hak cipta, menurut Standar Akuntansi Indonesia, goodwill tidak diamortisasi. SAK Indonesia
juga melarang amortisasi atas goodwill. Namun, rugi harus dicatat jika prospek ke depan atas perusahaan yang dibeli menjadi
lemah. Kerugian ini biasanya diungkapkan pada bagian Beban Lain-lain di laporan laba rugi.
Aset Takberwujud
(Goodwill)
Goodwill
Sebagai ilustrasi, asumsikan jika pada tanggal 31 Desember, PT Mulia Sejahtera menentukan bahwa Rp250.000.000 dari
nilai goodwill yang diperoleh dari membeli PT Jaya Abadi diturunkan nilainya. Ayat jurnal mencatat penurunan nilai sbb.
31 Des Kerugian Penurunan Nilai-Goodwill 250.000.000
Goodwill 250.000.000
Mencatat penurunan nilai goodwill
Perbandingan Aset Takberwujud
Contoh soal – Penurunan Nilai Goodwill dan Amortisasi dari Hak Paten
Pada tanggal 31 Desember, diperkirakan goodwill senilai Rp40.000.000 telah mengalami penurunan nilai. Sebagai tambahan,
hak paten dengan estimasi masa manfaat ekonomis 12 tahun diperoleh sebesar Rp84.000.000 pada tanggal 1 Juli.
a. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat ayat jurnal penyesuaian per 31 Desember untuk goodwill yang mengalami penurunan
nilai.
b. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat ayat jurnal penyesuaian per 31 Desember untuk amortisasi hak paten.
Jawab:
c. 31 Des Rugi atas Penurunan Nilai Goodwill 40.000.000
Goodwill 40.000.000
Mencatat penurunan nilai goodwill
b. 31 Des Beban Amortisasi – Hak Paten 3.500.000
Hak Paten 3.500.000
Mencatat amortisasi hak paten [(Rp84.000.000/12) x (6/12)].
Pelaporan Keuangan untuk Aset Tetap dan Aset Takberwujud
Dalam laporan keuangan jumlah beban penyusutan, beban amortisasi, dan kerugian penurunan nilai dalam suatu periode harus
dilaporkan secara terpisah atau diungkapkan dalam catatan laporan keuangan. Penjelasan umum untuk metode yang digunakan
dalam menghitung penyusutan juga diperlukan.
Pada laporan posisi keuangan, setiap golongan utama aset tetap harus diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau
CALK. Akumulasi penyusutan terkait juga perlu diungkapkan, baik menurut golongan utama atau secara total. Aset tetap dapat
ditampilkan dalam nilai buku (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), yang juga dapat dijelaskan sebagai nilai bersih.
Jika ada banyak golongan aset tetap, jumlah tunggal dapat disajikan di laporan posisi keuangan, didukung oleh catatan
dengan daftar terpisah. Aset tetap dapat dilaporkan dengan judul yang lebih deskriptif.
Aset takberwujud biasanya dilaporkan dalam laporan posisi keuangan di bagian terpisah mengikuti aset tetap. Saldo tiap
golongan aset takberwujud harus diungkapkan bersih atas setiap amortisasi.
Pelaporan Keuangan untuk Aset Tetap dan Aset Takberwujud
Penyajian laporan posisi keuangan Kedai Kopi atas aset tetap dan aset takberwujud ditunjukkan sbb.
Kedai Kopi
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 2015
Aset Tetap:
Tanah Rp1.850.000.000
Bangunan Rp2.650.000.000
Dikurangi akum. penyusutan 420.000.000 2.230.000.000
Peralatan kantor Rp350.000.000
Dikurangi akum. penyusutan 102.000.000 248.000.000
Total aset tetap Rp4.328.000.000
Aset takberwujud:
Hak paten 140.000.000
Biaya dan akumulasi deplesi terkait atas hak mineral normalnya ditunjukkan sebagai bagian dari seksi Aset Tetap di laporan
posisi keuangan. Hak mineral dapat menunjukkan jumlah deplesi di laporan posisi keuangan.
Analisis dan Interpretasi Keuangan: Rasio Perputaran Aset Tetap
Salah satu ukuran efisiensi aset tetap dalam menghasilkan pendapatan adalah rasio perputaran aset tetap. Rasio
perputaran aset tetap (fixed asset turnover ratio) mengukur jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh setiap jumlah nominal
aset. Perhitungan aset tetap dihitung sbb.
Rasio perputaran aset tetap =
Sebagai ilustrasi, informasi aset tetap dalam laporan posisi keuangan berikut ini digunakan untuk PT Hero Supermarket.
Dalam jutaan Rupiah Tahun 2 Tahun 1
Rasio perputaran aset tetap Hero Supermarket untuk Tahun 2 dan Tahun 1 dihitung sbb.
Semakin besar perputaran aset tetap ini, maka semakin efisien suatu perusahaan dalam menggunakan aset tetapnya. Sbg
contoh, pada Tahun 1 Hero Supermarket mendapatkan Rp6,01 untuk setiap rupiah aset tetap, yang mana lebih besar daripada
penjualan Rp5,11 untuk setiap rupiah aset tetap pada Tahun 2. Dengan demikian, Hero Supermarket menggunakan aset
tetapnya secara lebih efisien di Tahun 1.
Thank You