Anda di halaman 1dari 11

Anemia Defisiensi Besi

Kelompok 1
- Kharisma Aulia 194010001
- Laila Fi Qomaria 194010005
- Meta Puspita S 194010010
- Risa Syavadillah 194010013
- Serly Yudistira E T 194010016
- Elly Anggreini 194010020
- Rusita 194010023
- Febry Antri D W 194010026
Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong
(depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang.
Anemia defisiensi besi ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer dan
hasil laboratorium yang menunjukan cadangan besi kosong. Hal ini
disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk
menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang
berlebihan yang diakibatkan perdarahan.
Epidemiologi
Secara epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal
masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan
percepatan tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari
makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang.
Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat percepatan tumbuh,
asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat
menstruasi pada remaja puteri.
Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB. Angka kejadian anemia
defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survai Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan,
bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturutturut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%.1.
Amerika Indonesia

Angka kejadian ADB pada anak usia Prevalensi ADB pada anak balita sekitar
sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5%, 25-35%.
anak perempuan 2,6% dan gadis remaja
yang hamil 26%. Dari hasil SKRT tahun 1992 prevalensi
ADB pada anak balita di indonesia
Di Amerika serikat sekitar 6% anak berusia adalah 55,5%.
1 – 2 tahun diketahui kekurangan besi, 3 %
menderita anemia. Lebih kurang 9% gadis Hasil survai rumah tangga tahun 1995
remaja di Amerika serikat kekurangan besi ditemukan 40,5% anak balita dan 47,2%
dan 2% menderita anemia, sedangkan anak usia sekolah menderita ADB.
pada anak laki-laki sekitar 50% cadangan
besinya berkurang saat pubertas.
Prevalensi ADB lebih tinggi pada anak kulit
hitam dibanding kulit putih.
Etiologi
Defisiensi besi dapat terjadi karena
1. Penurunan cadangan besi saat lahir (bayi prematur, gemeli, pendarahan perinatal, dan
penjepitan umbilikus terlalu dini)
2. Masukan besi kurang atau ketersediaan besi dalam makanan rendah
3. Kebutuhan besi meningkat karena proses 10 tumbuh kembang
4. Peningkatan kehilangan besi (akibat diare atau perdarahan gastro intestinal)

Pertumbuhan yang cepat, pola makan yang tidak adekuat, infeksi, perdarahan saluran
cerna, malabsorpsi, ibu hamil yang mengalami anemia, berat lahir rendah dan usia
kelahiran kurang bulan, merupakan penyebab anemia defisiensi besi. Faktor lain yang juga
turut berperan adalah jenis makanan, pola asuh, serta budaya dan cara pandang
masyarakat terhadap kesehatan ibu dan anak.
Patofisiologi
• Anemia defisiensi besi adalah salah satu jenis anemia yang paling sering dijumpai di dunia. Keadaan ini
merupakan serangkaian proses yang diawali dengan terjadinya deplesi pada cadangan besi, defisiensi
besi dan akhirnya anemia defisiensi besi. Seorang yang mula-mula berada di dalam keseimbangan besi
kemudian menuju ke keadaan anemia defisiensi besi akan melalui 3 stadium yaitu:
• (1) stadium I: Ditandai oleh kekurangan persediaan besi di dalam depot. Keadaan ini dinamakan
stadium deplesi besi, pada stadium ini baik kadar besi di dalam serum maupun kadar hemoglobin masih
normal. Kadar besi di dalam depot dapat ditentukan dengan pemeriksaan sitokimia jaringan hati atau
sumsum tulang. Kadar feritin/saturasi transferin di dalam serumpun dapat mencerminkan kadar besi di
dalam depot.
• (2) stadium II: Mulai timbul bila persediaan besi hampir habis. Kadar besi di dalam serum mulai
menurun tetapi kadar hemoglobin di dalam darah masih normal. Keadaan ini disebut stadium defisiensi
besi.
• (3) stadium III: Keadaan ini disebut anemia defisiensi besi. Stadium ini ditandai oleh penurunan kadar
hemoglobin MCV, MCH, MCHC disamping penurunan kadar feritin dan kadar besi di dalam serum.
Manifestasi klinis
Gejala Umum
Anemia Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia
(anemic syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar
hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu,
cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.
Anemia bersifat simptomatik jika hemoglobin < 7 gr/dl, maka gejala-
gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di
bawah kuku.
Manifestasi klinis
Gejala Khas Defisiensi Besi
Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh,
bergarisgaris vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap
karena papil lidah menghilang.
Diagnosis
Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi.
Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar
hemoglobin atau hematokrit. Cut off point anemia tergantung kriteria WHO
atau kriteria klinik.
Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi
Tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari defisiensi besi yang terjadi.
Pada tahap ketiga ini ditentukan penyakit dasar yang menjadi penyebab
defisiensi besi. Tahap ini merupakan proses yang rumit yang memerlukan
berbagai jenis pemeriksaan tetapi merupakan tahap yang sangat penting
untuk mencegah kekambuhan defisiensi besi serta kemungkinan untuk dapat
menemukan sumber pendarahan yang membahayakan.
Tata laksana
Terapi terhadap anemia defisiensi besi dapat berupa :
Terapi kausal : tergantung penyebab, misalnya ; pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid,
pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
Terapi besi per oral : merupakan obat piliham pertama (efektif, murah, dan aman). Preparat terseda
berupa ferous glukonat, fumarat, dan suksinat. Yang sering dipakai adalah ferous sulfat karena
harganya yang lebih murah.Dosis anjuran 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas fenosus mengandung 66
mg besi elemental.

Pengobatan lain .
Diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein
hewani. .
Vitamin c : vitamin c diberikan 3 x 100 mg/hari untuk meningkatkan absorpsi besi. Kebutuhan besi
(mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg 21

Anda mungkin juga menyukai