Anda di halaman 1dari 35

PENYAKIT IMUN “SISTEMIK LUPUS

ERIMATOSUS (SLE) DALAM KEHAMILAN”

Angota kelompok 3 :
1. Fiki Oktaviani (190106004)
2. Hani’atul Mahmudah (190106005)
3. Oki Suci Kurniawati (190106012)
Apa itu Lupus Eritematosus
Sistemik (LES)?

Lupus Eritematosus Sistemik (LES)


adalah pneyakit autoimun yang
kompleks ditandai oleh adanya
autoantibodi terhadap inti sel dan
melibatkan banyak sistem organ
dalam tubuh
Epidemiologi

Prevalensi LES di berbagai negara bervariasi antara


2,9/100.000-400/100.000 dalam 3 tahun terakhir. LES
merupakan salah satu penyakit reumatik utama di dunia.
Dari berbagai laporan kejadian LES tertinggi didapatkan di
negara Cina dan Astia Tenggara. Belum terdapat data
epidemiologi SLE yang mencakup semua wilayah
Indonesia.
lanjutan…
Beberapa faktor risiko Lupus Eritematosus Sistemik :

1. Faktor Hormonal
Pada penderita LES wanita lebih dominan bila dibanding pria hal ini
mendapat perhatian yang serius para peneliti yang mana dikatakan
bahwa penderita LES wanita secara signifikan didapatkan kadar
hormon androgen yang rendah (testoteron dan dehidro
epiandrogesteron sulfat), sedangkan kadar hormon prolaktin dan
estrodial sedikit lebih tinggi pada wanita dengan LES dibandingkan
kontrol pada studi meta analisis, perlu ditambahkan peningkatan
ringan sampai sedang hormon prolaktin didapatkan pada 20-30
kasus wanita dengan LES yang aktif.
2. Faktor Genetik Lanjutan…
Kejadian LES yang lebih tingi pada kembar monozigotik (25%) dibandingkan
dengan kembar dizigotik (3%). Peningkatan frekuensi LES pada keluarga
penderita LES dibandingkan dengan kontrol sehat dan peningkatan prevelansi
LES pada kelompok etnik tertentu, menguatkan dugaan bahwa faktor genetik
berperan dalam patogenesis LES.

3. Faktor Lingkungan
Meskipun faktor genetik dan hormonal mungkin merupakan predisposisi
untuk LES, tetapi inisiasi penyakit ini diduga merupakan hasil dari beberapa
faktor eksogen dan lingkungan. Radiasi UV bisa mencetuskan dan
mengeksaserbasi ruam fotosensitivitas pada LES, juga ditemukan bahwa sinar
UV dapat merubah struktur DNA yang menyebabkan terbentuknya
autoantibodi.
Patogenesis

Gambar. Patogenesis SLE


Lanjutan..
Beberapa faktor pencetus yang dilaporkan
menyebabkan kambuhnya LES adalah stress fisik
ataupun mental, infeksi, paparan ultraviolet, dan
obat-obatan. Obat-obatan yang diduga mencetuskan
LES adalah prokainamin, hidralasin, kuidin, dan
sulfazalasin. Pada LES sel tubuh sendiri dikenali
sebagai antigen. Target antibodi pada LES adalah sel
beserta komponennya yaitu inti sel, dinding sel
sitoplasma, dan partikel nucleoprotein. Karena
didalam tubuh terdapat berbagai macam sel yang
dikenali sebagai antigen, maka akan muncul berbagai
macam otoantibodi pada penderita LES.
Manifestasi Klinis

Gambar karakteristik perbedaan sistemik lupus eritomatosus


dan diskoid lupus eritematosus
Manifestasi klinis
95
Sistemik Lemah, demam, anoreksia,
penurunan berat badan
Muskulos
Artralgia, mialgia, poliartritis, miopati 95
keletal

Hematolo Anemia, hemolisis,leukopenia , 85

gik trombositopenia, antikoasalan lupus


Manifestasi klinis

Ras kupu-kupu, ruam kulit, fotosensitivitas, 80


Kulit ulkus mulut, hopesia, ras kulit %

Disfungsi kognitif, gangguan berpikir,


Neurologik 60
sakit kepala, kejang
Kardiopulm Pleuritis, perkarditis, miokarditis,
60
onar endokarditis Libman-Sacks
Manifestasi klinis
Ginjal Proteinuria, sindroma nefrotik, gagal ginjal 60

Gastrointestinal Anoreksia, mual, nyeri, diare 45

     
15
Trombosit Vena (10%), arteri (5%)

Mata Infeksi konjungtiva 15

  Kehamilan Abortus berulang, Kematian janin  


Lanjutan…
Penderita LES pada umumnya mengeluh malaise,
demam, arthritis, rash, pleuropericarditis,
photosensitivity, anemia, dan cognitive
disfunction. Setengah dari penderita LES
mempunyai gangguan pada ginjal.

Manifestasi pada LSE bisa ringan sampai berat


yang dapat mengancam jiwa.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis LES hendaknya dilakukan
anamnesis dan Pemeriksaan fisik serta penunjang
diagnostic yang cermat, Diagnosis LES dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klinik dan laboratorium. Kriteria
American College of Rheumatology (ACR) pada tahun
1997 telah dilakukan revisi sekaligus melengkapi
kekurangan pada kriteria sebelumnya pada tahun 2012
oleh Systemic Lupus International Collaborating Clinic
(SLICC). Kriteria SLICC meningkatkan sensitivitas alat
diagnostic untuk lupus.
Pengaruh Kehamilan terhadap Lupus
Eritematosus Sistemik
Penderita LES yang telah mengalami remisi lebih dari 6 bulan sebelum
hamil mempunyai risiko 25% eksaserbasi pada saat hamil dan 90%
luaran kehamilannya baik. Sebaliknya, bila masa remisi LES sebelum
hamil kurang dari 6 bulan, risiko eksaserbasi LES pada saat hamil
menjadi 50% dengan luaran kehamilan yang buruk. Apabila
kehamilan terjadi pada saat LES sedang aktif, risiko kematian janin 50-
75% dengan angka kematian ibu menjadi 10%.
Dengan meningkatnya umur kehamilan, risiko eksaserbasi juga
meningkat, yaitu 13% pada trimester I, 14% pada trimester II, 53%
pada trimester III, serta 23% pada masa nifas.
Pengaruh Lupus Eritematosus
Sistemik pada Kehamilan
Telah dipastikan bahwa lupus dapat mengancam nyawa ibu dan janin
yang dikandungnya. Secara umum, hasil akhir kehamilan membaik
jika
1. Tidak ditemukan gejala LES selama 6 bulan sebelum
dimulainya kehamilan
2. Tidak dijumpai kelainan ginjal aktif yang bermanifestasi
sebagai proteinuria atau disfungsi ginjal .
3. Tidak terjadi superimposed preeklampsia .
4. Tidak dijumpai tanda-tanda aktivitas antibodi
antifosfolipid.
Nefritis Lupus
Wanita hamil yang telah menderita penyakit ginjal
akan lebih mudah mendertia preeklampsia pada
kehamilannya dibandingkan pada wanita hamil
yang tidak menderita penyakit ginjal sebelumnya.
Dari total 309 kehamilan dengan penyulit nefritis
lupus, 30% mengalami kekambuhan, dan 40%
dari jumlah ini mengalami inufisiensi ginjal. Angka
kematian ibu adalah 1,3%.
Perbedaan Preeklampsia

dari Nefritis Lupus


preeklamsia dapat dibedakan dengan nefritis lupus, yang
ditandai dengan munculnya tanda tersebut setelah 20
minggu umur kehamilan. Preeklampsia sulit dibedakan
dari derajat proteinuria namun dapat dilihat dari sedimen
pada urin. Pada preeklmapsia tidak didapatkan sedimen
pada urin. Pada preeklampsia kadar asam urat lebih tinggi
dibandingkan nilai normal dengan nilai 5,5 mg/dl.
Perbedaan nefritis lupus dan pre-eklampsia
Gambaran klinis
dan laboratoris Nefritis lupus aktif Preeklampsia
Hipertensi Onset sebelum 20 minggu Onset setelah minggu ke 20
Proteinuria >300mg/dl >300mg/dl

Sedimen urin Aktif Inaktif

Asam urat < 5,5 mg/dl > 5,5 mg/dl

Level antibodi DNA Meningkat Stabil atau negatif

Kalsium urin 24 jam > 195 mg/hari <195 mg/hari

Level komplemen >25% penurunan Normal


Tatalaksana SLE

Sekitar sepermpat pasien mengalami penyakit ringan, yang


tidak mengancam nyawa, tetapi dapat menyebabkan
disabilitas akibat nyeri dan rasa lelah. Artralgia dan
serositis diatasi dengan obat anti-inflamasi non-steroid,
termasuk aspirin. Oleh karena risiko penutupan kurang
bulan duktus arterious janin, dosis terapeutik tidak
diberikan sebelum usia kehamilan 24 minggu.
Tata laksana
• aspirin dosis rendah dapat diberikan dengan aman
sepanjang gestasi.
• Penyakit yang parah diterapi dengan kortikosteroid misalya
prednison
• Terapi kortikosteroid dapat menyebabkan timbulnya diabetes gestational atau bahkan diabetes tipe 1.

• Obat imunosupresif misalnya azatioprin bermanfaat untuk mengontrol penyakit aktif. Azatioprin memiliki
catatan keamanan yang baik selama kehamilan.

• Antimalaria membantu mengontrol kelainan kulit. Meskupun obat golongan ini melewati plasenta,
hidrosiklorokuin belum pernah dilaporkan menyebabkan malformasi kongenital.

• Karena waktu paruh antimalaria yang lama dan karena penghentian pengotbatan dapat memicu kekambuhan
lupus maka sebagian besar penueliti menganjurkan keberlanjutan terapi ini.

• Jika penyakit menjadi parah biasanya berupa kekambuhan lupus pasien diberi glukokortikoid dosisi tinggi.
Komplikasi Ibu
Dilaporkan bahwa pada 1000 pasien yang diikuti selama 10
tahun, manifestasi klinis terbanyak berturut-turut adalah
arthritis sebesar 48,1 %
, ruam malar 31,1 %
Neuropati 27,9%,
fotosensitifity 22,9%
, keterlibatan neurologik 19,4%,
dan demam 16,6 %.

Adapun manifestasi klinis yang jarang dijumpai adalah


miositis 4,3%, ruam discoid 7,8%, anemia hemolitik 4,8%,
dan lesi subkutaneus akut 6,7%.
Risiko Thromboemboli

Wanita denga LES harus dinilai segera kemungkinan risiko


thromboemboli dan kemungkinan thromboprofilaksis

Wanita yang memiliki riwayat thromboemboli vena


seharusnya menerima Low Molecule Weight Heparin
(LMWH) selama kehamilan dan 6 bulan setelah
melahirkan atau hingga kembali ke pengobatan warfarin.
LES Flare
faktor terkait flare pada kehamilan dengan lupus
adalah peningkatan kadar anti ds-DNA, lepas obat
hidroklorokuin, serta masa remisi 6 bulan pre-
konsepsi yang tidak terpenuhi.
Risiko terjadinya flare selama kehamilan meningkat
jika terjadi penyakit aktif 3-6 bulan sebelum
konsepsi. Sebagian besar flare dapat diterapi sesuai
manajemennya.
Preeklampsia
• Komplikasi tersering pada kehamilan
dengan lupus adalah komplikasi berat
obstetrik langsung, dan yang paling
sering ditemukan adalah preeklampsia
• Sementara komplikasi berat lupus
yang paling banyak dijumpai adalah
nefritis lupus
Komplikasi Janin
1.Pertumbuhan Janin terhambat
2.Lupus Neonatus
3.Blok Jantung Kongenital
4.Persalinan prematur
5.Abortus
Analisa
Analisa Jurnal
Jurnal

Jurnal 1
KARAKTERISTIK KEHAMILAN DENGAN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK DI
RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Jurnal 2
Sistemik Lupus Eritematosus pada Kehamilan

Jurnal 3
MANAJEMEN ANESTESI PADA KEHAMILAN SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS
Dari ketiga jurnal di atas dapat kita ambil kesimpulan:

• LES ( Lupus Eritematosus Sistemik) adalah penyakit autoimun yang


kompleks dan lebih banyak menyerang wanita usia reproduktif, berdasarkan
hal tersebut terdapat peningkatan kejadian kehamilan dengan LES.
• Morbiditas maternal terbanyak ditemukan gangguan pada fungsi ginjal dan
penyebab kematian maternal adalah syok sepsis.
• Resiko kematian janin dalam rahim meningkat 2- 3 kali pada ibu hamil
dengan lupus Eritematosus Sistemik dibandingkan perempuan hamil
normal.
• Plasenta dan Fetus dapat menjadi target dari autoantibodi maternal,
sehingga dapat berakhir dengan kegagalan kehamilan.
Contoh kasus

Ny. S umur 27 tahun hamil anak ke 2 dengan usia kehamilan 16 Minggu, dibawa
ke RS karena sejak 3 hari yang lalu pasien merasakan badan terasa lemas,
demam terus menerus, sakit kepala, BAK seperti teh,nyeri sendi, dan timbul
ruam-ruam merah di wajah
 
DS:
Ibu mengatakan sejak 3 hari yang lalu ibu merasakan badan terasa lemas,
demam terus menerus, sakit kepala, BAK seperti teh, dan timbul ruam-ruam
merah di wajah dan lengannya.
DO:
Keadaan Umum: lemas
Kesadaran: Composmentis
TD : 130/90 mmHg
Nadi: 102x/ menit
Pernafasan: 20x/ menit
Suhu: 37,5°C
Kepala: Konjungtiva anemis, malar rash (+), discoid rash(+), stomatitis (+)
Pemeriksaan obstetri
Pemeriksaan Luar :
TFU : 3 jari di atas simpisis, ballotement externa (+)
Djj. : (-)
His : (-)
Pemeriksaan penunjang ( 01 Januari 2021 )
Hematologi
Hb 7.3 g/dl
Eritrosit 2.64
Hematokrit 23%
Leukosit Leukosit 2100 /mm3
Trombosit 83000
 Diff count 0/9/78/16/5
Fungsi Hati
SGOT 42 u/L
SGPT 16 u/L
Albumin Albumin 2.1 mg/dL
Fungsi Ginjal
Ureum 11 mg/dL
Kreatinin Kreatinin 0,56 mg/dL
Elektrolit
Kalsium 7,0 mg/dL
 Natrium  Natrium 137 mEq/L
Kalium 2,7 mEq/L
 
USG
Tampak JTM intrauterin
Biometri janin : BPD 3.33 FL : 2,10 EFW 91,09 g HC 12,09 AC 9,07
Plasenta di Corpus anterior
Ketuban cukup

Kesimpulan: Hamil 16 Minggu janin tunggal mati intrauterin


ANALISA
Ny S umur 27 tahun G2P1A0 UK 16 Minggu , janin mati intrauterin dengan SLE ,
anemia dan hipoalbuminemia
PENATALAKSANAAN
Tanggal 01 Januari 2021, pukul 10.00 WIB
1. Observasi TTV
Hasil : TD : 130/90 mmHg Nadi: 102x/ menit Pernafasan: 20x/
menit Suhu: 37,5°
2. Menganjurkan ibu untuk tirah baring
Hasil : ibu mau melakukannya dan mengatakan masih merasa lemas
3. Melaksanakan advice dokter, yaitu
4. Memasang O2 nasal kanul 2 lpm,
Hasil: O2 sudah terpasang dengan benar
5. Memasang infus NS 15 tetes/menit,
Hasil: infus sudah terpasang dengan jumlah tetesan 15 tetes/menit
6. Memasukkan Misoprostol 200 mg per vaginam setelah
perbaikan KU
Hasil: pada PKL 12.00 Misoprostol sudah dimasukkan per
vaginam
7. Memantau hasil pemeriksaan albumin, kalium, kalsium,
8. Memberikan injeksi omeprazole 1x 40 mg IV,
methylprednisolon 2x4 mg, Paracetamol 3x 500 mg, nystatin
drop 4x2 CC, asam folat 2x1
Hasil: pada PKL 13.00 semua tindakan sudah dilakukan
9. Memasang transfusi WB 500 CC
Hasil: PKL 14.00 transfusi WB sudah terpasang
10. Rencana dilakukan curetase jika KU sudah baik dan HB >8,5
mg/dl
THANKS
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai