Anda di halaman 1dari 75

FARMAKOLOGI

KEPUSTAKAAN
1. Sulistia Gan, Farmakologi dan Terapi, Edisi 3, 1987,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Joyce L.K dan Evelyn R, Pendekatan Proses
Keperawatan.
3. Katzung B.C.,Basicand Clinical Pharmacology, 3rd
Ed,1986, Apleton&Lange, California.

Dra.Yenni Nofrita. Apt


KONSEP FARMAKOLOGI
Farmakologi terdiri dari 2 kata:
farmakon : obat
logos : ilmu
Obat : setiap zat kimia yg dapat mengakibatkan
perubahan susunan atau fungsi jar tubuh.
Tujuan dalam keperawatan: untuk mendukung
peranan perawat dlm terapi obat2an.
Ruang lingkup farmakologi:
1.Mengamati penderita untuk mengetahui apakah
pemberian obat memberi hasil seperti yang
diharapkan.

2.Mengamati efek yg tidak diharapkan dan mampu


mengungkapkan gejala keracunan dini

3.Mendidik masyarakat untuk tidak terperosok dalam


penggunaan yg salah dan penyalahgunaan obat.
3 FASE KERJA OBAT:

1. FARMASETIK [DISOLUSI]
2. FARMAKOKINETIK
a. Absorpsi
b. Distribusi
c. Metabolisme [Biotransformasi]
d. Ekskresi [Eliminasi]
3. FARMAKODINAMIK
FARMASETIK/ DISOLUSI
 Fase pertama dari kerja obat

TABLET DISINTEGRASI DISOLUSI

 Disolusi adl melarutnya partikel2 yg lbh kecil ke dalam cairan


gastrointestinal utk diabsorbsi
FARMAKOKINETIK
“studi tentang nasib obat di dalam tubuh”

I. Absorbsi
II. Distribusi
III. Metabolisme/ biotransformasi
IV. Ekskresi

6
Absorbsi
• Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat
dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya
hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik

• Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui


beberapa metode, terutama transport aktif
dan transport pasif.

7
Metode absorpsi
Transport pasif
• Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya
dengan proses difusi obat dapat berpindah dari daerah
dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan
konsentrasi rendah.
• Terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi
sepanjang membran dan berhenti bila konsentrasi pada
kedua sisi membran seimbang.
Transport Aktif
• Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan
obat dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah
dengan konsentrasi obat tinggi.
Pinositosis
• Pinositosis adalah bentuk transfer aktif yang
unik dimana sel ‘menelan’ partikel obat.
Biasanya terjadi pada obat-obat larut lemak
(vit A, D, E, K).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi absorbsi
1. Total Luas permukaan yg tersedia sebagai
tempat absorbsi
2. Aliran darah ketempat absorbsi
3. Nyeri & stress
4. Motilitas sal. Pencernaan
5. Bentuk obat
- Rapid rate (dtk-mnt): sublingual, IV, inhalasi
- Intermediate rate (1-2 jam): IM, SC
- Slow rate (jam-hari): oral

10
Faktor-faktor
yang mempengaruhi absorbsi
6. Interaksi obat (obat--obat; obat--makanan)
7. Efek lintas pertama/ first-pass hepatik
 (bbrp obat mengalami metabolisme di hati atau
vena portal sebelum masuk ke sist.sirkulasi
* contoh obat: dopamin, isoproterenol,
lidokain, morfin, nitrogliserin, propanolol,
reserpin, & warfarin
* efek lintas pertama  dosis oral > dosis IV

11
Faktor-faktor
yang mempengaruhi absorbsi
8. Kelarutan obat
9. Bioavailability
= persentase dosis obat yang mencapai sist.
sirkulasi
10. Daur enterohepatik

12
Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi
sitemik hanya sedikit sel  absorpsi terjadi
cepat  obat segera mencapai level
pengobatan dalam tubuh.
• Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
• Lebih lambat: oral, IM topikal kulit> lapisan
intestinal, otot, kulit menghambat jalan
• Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per
rektal/ sustained release
Kecepatan Absorpsi
Diperlambat oleh nyeri dan stres
• Nyeri dan stres  mengurangi aliran darah, mengurangi
pergerakan saluran cerna, retensi gaster
Makanan tinggi lemak
• Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat
pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorpsi
obat
Faktor bentuk obat
• Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan,
sustained release, dll
Kombinasi dengan obat lain
• Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat tergantung jenis obat.
Absorbsi

 Rute pemberian obat


1. Enteral (oral, buccal, sublingual, atau
rektal, atau lewat selang nasogastrik):
absorbsi terutama melalui usus halus,
ttp juga melalui mukosa mulut, mukosa
lambung, usus besar, atau rektum

2. Parenteral (intravena [iv], subkutan [sc],


intramuskular [im], intradermal, intra-
artikular, intratekal, epidural)
15
Absorbsi
 Rute pemberian

3. Topikal (ointments/salep, krim, jelly


untuk dipakai di kulit, obat mata, obat
telinga, instilasi hidung, transdermal)

16
Forms of Oral Drugs

Fastest
• liquids: syrups, elixirs

 • suspensions

• powders
Slowest
• pills: capsules, tablets
Buccal/Sublingual

• absorbed though oral mucus membranes in

 
mouth
– buccal = cheek
                                                 
Buccal/Sublingual

• sublingual (SL) = under tongue


Buccal/Sublingual
• Onset
– rapid
• absorbed directly into blood

• Is there a first pass effect?


Parenteral

• Route other than alimentary canal


– intradermal (ID)
– intramuscular (IM)
– subcutaneous (SC or SQ)
– intravenous (IV)

• How quick is onset?


Parenteral
• Intrathecal:
within the
spinal canal
Topical: on the skin

• not absorbed in appreciable amounts


– have local effects

• absorbed
– transdermal: usually slowly over a day
Inhalation

• local drugs: designed to


act on lung tissue
Inhalation

• systemic drugs: intended to absorbed into


blood
Rectal/Vaginal

• Suppositories
– Vaginal: usually not absorbed
• Rectal: absorbed
– some first pass effect
Bioavailabilitas
• Bioavailabilitas adalah persentase obat yang
diberikan yang sampai ke sirkulasi sistemik
dalam bentuk kimia aslinya.
Faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas
• First-pass metabolism hepar (metabolisme
lintas pertama hepar)
• Solubilitas obat
• Ketidakstabilan kimiawi
• Formulasi obat
Hepar
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke
hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar memetabolisme banyak obat sebelum
masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass.
Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat
menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah
obat yang sampai ke sirkulasi sitemik  dosis
obat yang diberikan harus banyak.
Distribusi
• Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan
dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan
tubuh.
• Distribusi obat yang telah diabsorpsi
tergantung beberapa faktor:
– Aliran darah
– Permeabilitas kapiler
– Ikatan protein
Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke
organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan
aliran darah terbesar:
– jantung
– Hepar
– Ginjal
Distribusi ke organ lain kulit, lemak dan otot lebih lambat
Permeabilitas Kapiler
Tergantung:
– Struktur kapiler
– Struktur Obat
Ikatan dengan protein
Obat beredar di seluruh tubuh > berkontak
dengan protein> Dapat terikat atau bebas.
Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak
dapt bekerja.
Hanya obat bebas yang dapat memberikan
efek.
Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila
>80% obat terikat protein
Metabolisme
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
- Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan
- Menjadi metabolit aktif  memiliki kerja
farmakologi tersendiri  bisa dimetabolisme
lanjutan
- Beberapa obat diberikan dalam bentu tidak aktif
kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi
aktif (=prodrugs)
- Metabolisme terjadi di: Hepar
Metabolisme
Kondisi Khusus
• Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme,
al. penyakit hepar seperti sirosis.
Pengaruh Gen
• Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain
lambat.
Pengaruh Lingkungan
• Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme,
contohnya: – Rokok – Keadaan stress – Penyakit lama –
Operasi – Cedera
Usia
• Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme,
Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan
obat dari tubuh.
Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh
ginjal dan melalui urin (sist.Renal).
Obat juga dapat dibuang melalui paru-paru,
eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan
taraktus intestinal (sist.Biliaris)
Waktu Paruh = Plasma Half Life = t½ (eliminasi)
• Adalah waktu yg dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat dalam
tubuh menjadi separuhnya selama eliminasi (metabolisme &
ekskresi).
• Kecepatan eliminasi obat & plasma t½ tergantung pd kecepatan
biotransformasi & ekskresi.
• Fungsi organ eliminasi penting, karena pd kerusakan hati / ginjal
t½ dapat meningkat 20 kali.
• Cara pemberian obat menentukan nilai t½ .
• Plasma Half Life = t½ (eliminasi) merupakan ukuran lamanya efek
obat, maka t½ bersama kurva konsentrasi-waktu sebagai dasar untuk
menentukan regimen dosis obat & frekuensi pemberian obat yg
rasional (berapa kali sehari sekian mg).
• Obat dg t½ panjang (>24 jam), pemberiannya 1 dd (digoksin).
• Obat dg t½ pendek & cepat dimetabolisme, regimennya 3 – 6 dd
(oksitosin infus tetes kontinu).
Onset, puncak, and durasi
Onset:
• Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa
kerjanya.
• Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik
obat
Puncak
• Setelah tubuh menyerap semakinbanyak obat maka
konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat
• Namun konsentrasi puncak ~ puncak respon
Durasi
• Durasi kerja adalah lama obat menghasilkan suatu efek
terapi
FARMAKODINAMIK
• Mempelajari efek fisiologi dan biokimia obat terhadap
berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya.

• Tujuan mempelajari MK : meneliti efek utama obat,


interaksi obat, spektrum efek dan respon yg terjadi.

• Mekanisme kerja: reseptor, enzim, hormon


• mempelajari efek yg terjadi pada manusia/respon yg
terjadi terhadap pemberian obat (obat mempengaruhi
organisme).
ex : parasetamol → analgetik/antipiretik
• Efek obat timbul karena interaksi antara molekul obat
dg reseptor pd sel organisme.
• Hasil interaksi : perubahan biokimia & fisiologi pd
jaringan, organ / sistem organisme.
• Obat pd umumnya memodifikasi fungsi tubuh yg sudah
ada, mis : stimulasi / depresi.
• Obat tidak membuat fungsi / efek baru.
• Interaksi obat-reseptor →hipotesis : gembok & anak
kunci.
Mekanisme
Mekanisme Kerja
Kerja Obat
Obat
Timbul karena interaksi obat dengan reseptor
pada sel organisme
Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yg
mrp respons khas u obat tsb
Reseptor mrp makromolekul fungsional yang
mencakup 2 konsep penting yaitu agonis dan
antagonis
AGONIS

• Suatu obat yg efeknya menyerupai senyawa endogen.


• Obat yg bisa “pas” menduduki reseptor & mengaktifkan reseptor tsb
shg menghasilkan efek farmakologis.
• Ex : salbutamol →agonis β2
petidin →agonis opioid
dopamin →agonis dopamin
ANTAGONIS

Obat yg struktur kimianya mirip dg suatu hormon, yg mampu


menduduki sebuah reseptor yg sama tapi tidak mampu mengaktifkan
reseptor tsb shg tidak menimbulkan efek farmakologis &
menghalangi ikatan reseptor dg agonisnya secara kompetitif shg kerja
agonis terhambat.
Contoh :
• Beta-blockers (propranolol, metoprolol) →menghambat reseptor
beta pd saraf simpatik/adrenergik.
• antihistaminika →memblokir reseptor H1
• Simetidin/ranitidin(H2-antagonis) →memblokir reseptor H2 (di
lambung).
• Allopurinol (enzim blockers) →merebut tempat xantin di enzim
xantinoksidase shg sintesa xantin/asam urat dihambat.
KONSENTRASI DAN RESPON OBAT
• Dosis berbanding lurus dengan respon obat
• Respon berhenti pada konsentrasi tertentu
RESEPTOR OBAT
• Reseptor obat adalah suatu makromolekul target
khusus yang mengikat suatu obat dan
memediasi kerja farmakologis obat tersebut
• Berupa enzim, asam nukleat, atau protein yang
terikat membran khusus

INTERAKSI OBAT RESEPTOR


• Pembentukan komplek obat reseptor
menghasilkan suatu respon biologis
• Besar respon sebanding dengan jumlah
kompleks obat reseptor
Reseptor Obat
• Ikatan obat-reseptor : ikatan ion, hidrogen,
hidrofobik, van der waals, kovalen.
• Struktur kimia suatu obat berhubungan erat
dengan afinitasnya thd reseptor
• Hubungan dosis dengan intensitas efek
D+R DR + Efek
Intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi
reseptor yang diduduki

• efek maksimal (bahkan stagnan) bila semua


reseptor sudah diduduki oleh molekul obat.
Reseptor Obat
• Komponen penting : protein
(asetilkolinesterase, Na+, K+ ATPase, tubulin,
dll)
KERJA OBAT TANPA PERANTARAAN RESEPTOR

1. Efek non spesifik dan gangguan pada


membran
• Perubahan sifat osmotik (urea, manitol, MgSO4)
• Perubahan sifat asam-basa (antasida, NH4Cl, NaHCO3)
• Kerusakan non spesifik (antiseptik-desinfektan)
• Gangguan fungsi membran (anestesi volatile)
2. Interaksi dengan molekul kecil atau ion
(CaNa2EDTA- Pb2+)
3. Masuk ke dalam komponen sel: AB,
antikanker
TEORI RESEPTOR
Ada 3 jenis obat yang bekerja terhadap reseptor :
1. Reseptor spesifik.
Agonis : obat-obat yang menghasilkan respon.
Isopreterenol (Isuprel) : merangsang reseptor beta 1.
Antagonis : obat-obat yang menghambat respon.
Simetidin (Tagamet) : menghambat reseptor H2

2. Reseptor Non-spesifik
Sebuah reseptor terdapat di tempat yang berbeda-beda dalam
tubuh => respon fisiologis yang bermacam-macam tergantung
reseptor itu berada.
contoh : Betanekol (Urecholine) => untuk retensi urine pasca bedah.
Betanekol mempengaruhi reseptor kolinergik yang terdapat pada :
- Jantung : menurunkan denyut jantung.
- Pembuluh Darah : menurunkan tekanan darah.
- Lambung : meningkatkan sekresi asam lambung.
- Broncus : menyempitkan bronkiolus.
- Mata : Mengecilkan pupil mata.

3 . Reseptor Non-selektif.
Obat-obat yang mempengaruhi berbagai reseptor.
Contoh : - Klorpromazin (Thorazine) bekerja pada reseptor :
norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan histamin.
- Epinefrin, bekerja pada reseptor :
alfa => meningkatkan tekanan darah.
beta 1 => meningkatkan denyut jantung.
beta 2 => merelaksasi saluran bronkus.
EFEK OBAT
.Efek Terapi adalah Efek yang kita
harapkan/inginkan dari suatu obat

Obat + Reseptor Komplek efek


EFEK TERAPEUTIK
1. Terapi Kausal : penyebab penyakit ditiadakan (pemusnahan
kuman, virus, parasit). Ex : antibiotika, fungisida, dll.
2. Terapi Simptomatis : gejala penyakit diobati & diringankan,
penyebab yg lebih mendalam tidak dipengaruhi (mis : kerusakan
organ / saraf). Ex : analgetika, antihipertensi.
3. Terapi Substitusi : obat menggantikan zat lazim yg dibuat oleh
organ tubuh yg sakit. Ex : insulin (DM), karena produksi insulin
oleh sel β pd pankreas berkurang.

• Efek terapeutik obat tergantung faktor :


1. Cara & bentuk pemberian obat
2. Sifat fisiko kimiawi
3. Kondisi fisiologi pasien (fungsi hati, ginjal, usus, peredaran darah)
4. Faktor individual (ras, kelamin, luas permukaan tubuh).
PERMASALAHAN OBAT
(EFEK OBAT YG TAK DIINGINKAN =
ADVERSE DRUG REACTION)

Reaksi obat yg tidak diinginkan


• setiap efek yg tidak dikehendaki yg
merugikan / membahayakan pasien (adverse
reaction) dari suatu pengobatan.
Istilah penting yg perlu diketahui :

1.Efek Samping
• efek suatu obat yg tidak diinginkan untuk tujuan terapi dg
dosis yg dianjurkan. obat yg ideal adalah yg bekerja cepat,
selektif, untuk tempat tertentu & hanya berkhasiat
terhadap penyakit tertentu tanpa aktivitas lain. pada
suatu saat ES dapat sebagai efek utama.
• Con :
a. Asetosal, ES : mengencerkan darah (merintangi
penggumpalan trombosit), bermanfaat untuk prevensi
sekunder infark otak / jantung.
b. Promethazin (antihistamin), ES : efek sedatif,
dikembangkan sbg psikofarmaka gol. Klorpromazin.
2. Efek Tambahan / Sekunder
• efek tidak langsung akibat efek utama obat. cont :
penggunaan antibitika (A.B) spectrum luas /
fungistatik mengganggu bakteri usus yg
memproduksi vitamin, tjd defisiensi vitamin, diberi
vit. B komplek.
3.Idiosinkrasi
• efek abnormal dari obat terhadap seseorang,
disebabkan kelainan faktor genetik pada pasien yg
bersangkutan. ex : pengobatan malaria dg
primaquin / pentaquin (pada orang kulit hitam
afrika) menyebabkan anemia hemolitik.
4. ALERGI

• Reaksi khusus antara antigen dari obat dg antibodi tubuh.


• Umumnya timbul pada dosis sangat kecil & tidak dapat dikurangi dg
menurunkan dosis.
• Contoh zat alergen : penisillin topikal, makromolekul (protein asing),
heparin, vaksin, anestesi lokal (prokain), obat dg struktur kimia sama
dapat terjadi alergi silang, mis : derv. Penisilin & derv. Sefalosporin.
• Gejala alergi : urtikaria & rash (kulit),
hebat : -demam, serangan asma, shock anafilaktik.
-steven johnson syndrome (erythema bernanah ganas,
demam, fotosensibilisasi, mortalitas tinggi).
-anemia aplastis (kloramfenikol).
5. Fotosensitisasi
• sangat peka terhadap cahaya akibat penggunaan obat
secara local / p.o.
• ex : tetrasiklin & derivatnya (p.o.)

6. Efek toksik
• bila obat digunakan dalam dosis yg tinggi menunjukkan
gejala toksik. bila dosis dikurangi, efek toksik berkurang.
(pembahasan toksikologi)

7. Efek teratogen
• efek obat pada dosis terapetik untuk ibu dapat
mengakibatkan cacat pada janin.
• Con : talidomid →focomelia
tetrasiklin →mengganggu pertumbuhan tulang &
gigi.
8. Toleransi
• peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus-menerus untuk
mencapai efek yg sama.

a). toleransi bawaan (primer), terdapat pada sebagian orang / binatang


b). toleransi sekunder / perolehan = habituasi = kebiasaan
habituasi (menurut WHO) : suatu gejala ketergantungan psikologik
terhadap suatu obat dg ciri-ciri :
• keinginan untuk selalu menggunakan obat
• tak ada / sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis
• menimbulkan beberapa ketergantungan psikis
• sesuatu efek yg merugikan (individu)
• bila dihentikan gangguan emosi
ex : merokok (nikotin)
c). toleransi silang
• timbul karena obat-obat mempunyai struktur kimia serupa /
derivatnya.
ex : fenobarbital & butobarbital
9. Adiksi
• pemberian obat yg menyebabkan toleransi,jika dihentikan mendadak
menimbulkan sindrom gejala putus obat (withdrawal syndrome)

• menurut WHO
ketergantungan rohaniah & jasmaniah terhadap suatu obat,
ciri-ciri :
• adanya dorongan untuk selalu menggunakan obat tsb
• adanya kecenderungan kenaikan dosis
• timbul ketergantungan rohaniah & diikuti ketergantungan badaniah
• menimbulkan kerugian terhadap masyarakat / individu sendiri
• penghentian penggunaan obat tsb menimbulkan efek hebat secara
jasmani & rohani (abstinensi)
ex : abuse narkotika (morfin, kokain, ganja)
10. Tachifilaksis
• peristiwa berkurangnya respon terhadap aksi obat pada pengulangan
dalam dosis yg sama. Respon mula-mula tidak dapat diperoleh
meskipun dosisnya diperbesar.
• ex : efedrin (TM) untuk glaucoma

11. Kumulasi
• fenomena pengumpulan obat dalam badan sebagai hasil
pengulangan penggunaan obat & diabsorpsi lebih cepat dibanding
ekskresinya. adanya akumulasi obat , pada pengulangan dg dosis
terapi dapat terjadi efek toksik.
• ketr : no. 4,8,9,10,11 efek-efek yg tidak dikehendaki pada
pengulangan / perpanjangan penggunaan obat

12. resistensi bakteri


• suatu keadaan dimana kemoterapetik untuk penyakit infeksi kuman
tidak bekerja lagi terhadap kuman tertentu yg memiliki daya tahan
kuat & resisten thd obat tsb.
. Indikasi adalah petunjuk penggunaan obat dalam pengobatan
penyakit ( Terapi ), misalnya:
1. Metoklorpamid = antimual / anti muntah
2. As. Mefenamat = Analgetik

. Kontraindikasi adalah keadaan yang berlawanan terhadap


penggunaan terapi obat, misalnya :
1. PCT, tidak diperbolehkan untuk Px yang fungsi hatinya
terganggu.
2. Amoxicillin, tidak diperbolehkan untuk Px yang sensitif
terhadap penisiline.
Kombinasi obat
Dua obat yang digunakan pada waktu yang bersamaan dapat saling
mempengaruhi kerjanya masing-masing, yaitu :
1. Antagonisme, dimana kegiatan obat pertama dikurangi atau
ditiadakan sama sekali oleh obat kedua. Misalnya barbital
(bersifat sedatif ) dan strychnin bersifat (stimulansia).
2. Sinergisme, dimana kekuatan obat pertama diperkuat oleh obat
kedua. Ada dua jenis :
• Adisi atau sumasi adalah kekuatan kombinasi kedua obat
adalah sama dengan jumlah masing-masing kekuatan obat
tersebut. Misalnya kombinasi asetosal dan parasetamol,
kombinasi trisulfa.
• Potensiasi adalah kekuatan kombinasi kedua obat lebih besar
dari jumlah kedua obat tersebut. Misalnya kombinasi
trimetoprim dan trisulfa.
INDEKS TERAPI dan OBAT IDEAL
Hampir semua obat pada dosis
yang cukup besar menimbulkan
efek toksik dan pada akhirnya
dapat mengakibatkan kematian
(Letal Dose = LD, dan dosis
terapeutik atau Effective Dose =
ED ).
• Indeks Terapi = LD50/ED50
• Menentukan tingkat keamanan
obat
• Obat Ideal = IT ≥ 1
• Contoh IT kecil: antikoagulan
kumarin, fenitoin, teofilin, litium
karbonat dan tolbutamida. HaMBa - 2008
Interaksi Obat
 Pengertian Interaksi Obat: Kerja atau efek obat yang
berubah, atau mengalami modifikasi sebagai akibat
interaksi obat dengan obat yang lain, makanan atau
minuman

 Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang


dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek yang
tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug
Interactions=ADIs) yang lazimnya menyebabkan efek
samping obat dan/atau toksisitas karena meningkatnya
kadar obat di dalam plasma, atau sebaliknya
menurunnya kadar obat dalam plasma yang
menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal.
INTERAKSI OBAT
 Interaksi farmakokinetik
1. Absorbsi: waktu pengosongan
lambung, kadar pH
2. Distribusi: ikatan dg protein
3. Biotransformasi: enzim stimulan &
enzim penghambat
4. Ekskresi: / ekskresi urin,
mengubah pH urin

65
Absorbsi
 Jika 2 obat atau lebih dipakai secara bersamaan, maka laju absorbsi dari salah
satu atau kedua obat itu dapat berubah.
 Obat yang satu dapat menghambat, menurunkan atau meningkatkan laju absorbsi
obat yang lain.
 Dengan 3 cara: 1) memperpendek atau memperpanjang waktu pengosongan
lambung, 2)mengubah pH lambung, 3) membentuk kompleks obat.
 Obat-obatan yang dapat meningkatkan kecepatan pengosongan lambung: laksatif,
meningkatkan motilitas lambung dan usus halus sehingga menurunkan absorpsi
di usus halus;
 Obat-obatan untuk memperpendek waktu pengosongan lambung dan menurunkan
motilitas gastrointestinal (GI), sehingga menyebabkan peningkatkan laju absorbsi
antara lain obat-obatan narkotik dan antikolinergik(atropin)
 Jika ph lambung menurun, obat asam lemah seperti aspirin akan lebih cepat
diabsorbsi.
 Susu dan antasid akan meningkatkan pH getah lambung dan mengurangi absorbsi
obat antibiotik al: tetrasiklin, paling tidak dihindari selama 1 jam sebelum atau 2
jam setelah minum tetrasiklin.
Distribusi
• Dua obat yang berikatan dengan protein dan
albumin bersaing untuk mendapatkan tempat
pada protein atau albumin dalam plasma,
akibatnya terjadi penurunan dalam distribusi.
cont…
• Interaksi farmakodinamik
- Indifference: efek kombinasi = komponen yg
plg aktif
- Additive: efek kombinasi= jumlah efek setiap
obat
- Synergistic: efek kombinasi> efek masing2
- Potentiation: satu obat  kerja obat lain
- Antagonistic: satu obat  kerja obat lain

68
• Contoh interaksi pada reseptor yang bersifat
antagonistik misalnya:
interaksi antara β-bloker dengan agonis-β2
pada penderita asma;
interaksi antara penghambat reseptor
dopamine (haloperidol, metoclo-pramid)
dengan levodopa pada pasien parkinson.
KERJA OBAT TANPA PERANTARAAN RESEPTOR

1. Efek non spesifik dan gangguan pada


membran
• Perubahan sifat osmotik (urea, manitol, MgSO4)
• Perubahan sifat asam-basa (antasida, NH4Cl, NaHCO3)
• Kerusakan non spesifik (antiseptik-desinfektan)
• Gangguan fungsi membran (anestesi volatile)
2. Interaksi dengan molekul kecil atau ion
(CaNa2EDTA- Pb2+)
3. Masuk ke dalam komponen sel: AB,
antikanker
Beberapa mekanisme kerja obat tanpa melibatkan
reseptor dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Secara fisika
• Massa fisis, contohnya laktulosa dan biji psyllium akan mengadsorpsi air jika
diberikan secara peroral sehingga volume akan mengembang dan memicu
peristaltik (laksativa/purgativa).

• Osmosis, contohnya adalah laksansia osmotis (natrium sulfat dan magnesium


sulfat), lambat sekali diabsorbsi usus dan secara osmosis menarik air ke dalam
usus sehingga volume usus bertambah dan memicu peristaltik usus untuk
mengeluarkan isinya. Contoh obat lain yang juga bekerja dengan cara osmosis
adalah diuretik osmosis seperti sorbitol dan manitol.

• Adsorbsi, contohnya adalah kaolin dan karbon aktif akan menyerap racun
pada pengobatan diare dan sebagai antidotum.

• Rasa, contohnya adalah gentian (senyawa pahit) akan memacu aliran asam
klorida ke lambung sehingga menambah nafsu makan
• Radioaktivitas, contohnya senyawa Iodium131 memiliki
aktivitas radiasi pada pengobatan hipertiroidisme.
• Pengendapan protein, contohnya fenol bersifat denaturasi
protein mikroorganisme sehingga bersifat desinfektan.
• Barrier fisik, contohnya sukralfat, melapisi membran mukosa
lambung sehingga akan melindungi lambung dari serangan
pepsinasam.
• Surfaktan, contohnya sabun pembersih kulit bersifat
antiseptik dan desinfektan.
• Melarut dalam lemak dari membran sel, contohnya anestetik ,
berdasarkan sifat lipofilnya, obat ini melarut dalam lemak dari
membran sel, sehingga menghambat transport oksigen dan
zat-zat gizi akhirnya menyebabkan aktivitas sel terhambat.
2. Secara Kimia
• Aktivitas asam basa, contohnya antasida lambung (Al(OH)3)
yang bersifat basa akan menetralkan kelebihan asam lambung.

• Pembentukan khelat, contohnya adalah zat-zat khelasi seperti


EDTA/ Etilen Diamin Tetra Acetat dan dimercaprol yang dapat
mengikat logam berat seperti timbal dan tembaga dalam tubuh
sehingga toksisitasnya berkurang.

• Aktivitas oksidasi dan reduksi, contohnya adalah kalium


permanganat konsentrasi rendah mempunyai aktivitas oksidasi
morfin dan strychnin sehingga toksisitasnya berkurang.

• Reduktor, contohnya adalah vitamin C


3. Proses metabolisme
• Contohnya antibiotika mengganggu pembentukan
dinding sel kuman, sintesis protein, dan metabolisme
asam nukleat.

4. Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat


dibedakan dua jenis kompetisi yaitu untuk reseptor
spesifik dan enzym-enzym.Contoh: Obat-obat
Sulfonamida
PERAN PERAWAT
DALAM PENGOBATAN
• Mengkaji kondisi pasien
• Sebagai pemberi layanan askep, dalam
pemberian obat.
• Mengobservasi kerja obat dan efek
samping obat.
• Memberikan pendidikan kesehatan
tentang indikasi obat dan cara
penggunaannya.
• Sebagai advokat atau melindungi klien
dari pengobatan yang tidak tepat.

75
Hal Yang Harus Diperhatikan perawat dalam
pemberian obat
• Cuci tangan sebelum tindakan
• Cek nama dan register pasien
• Cek instruksi pengobatannya dengan teliti
• Cek cara pemberian obatnya, dosis, waktu dll.
• Cek kondisi obat, warna, bentuk, tanggal
kadaluwarsa dll.
• Jangan ambil obat tablet dalam botol dengan tangan.
• Jika obat sirup cara menuangkan jangan sampai
merusak etiket.

Anda mungkin juga menyukai