OLEH:
FANIKA
11 MIA 7
A.
Struktur Sosial
Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik
antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial. Didalam tatanan
sosial tersebut terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan
(dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial tertentu). Status dan peranan
tersebut menunjuk pada suatu keteraturan perilaku yang dapat membentuk suatu
masyarakat. Dengan demikian, secara sederhana dapat kita katakan bahwa struktur
sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial dan
lapisan-lapisan sosial.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik lahir dari kenyataan akan adanya perbedaan-perbedaan,
misalnya perbedaan ciri badaniah, emosi, kebudayaan, kebutuhan,
kepentingan, atau pola-pola perilaku antarindividu atau kelompok dalam
masyarakat.
Faktor-Faktor Penyebab Konflik
Soerjono Soekanto mengemukakan empat
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
konflik dalam masyarakat, yakni perbedaan
antarindividu, perbedaan antarkebudayaan,
perbedaan kepentingan, dan perubahan
sosiaL
Bentuk-Bentuk Konflik
Lewis A. Coser membedakan konflik atas dua bentuk.
1.Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu
atau kelompok terhadap sistem dan tuntutan-tuntutan
yang terdapat dalam hubungan sosial.
2.Konflik nonrealistic adalah konflik yang bukan berasal
dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonistis
(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak
tertentu untuk meredakan ketegangan. Contohnya
pembalasan dendam lewat ilmu gaib yang dilakukan
dalam masyarakat tradisional. Contoh lain adalah
upaya mencari kambing hitam yang terjadi dalam
masyarakat telah maju
SoerjonoSoekanto menyebutkan lima bentuk
khusus konflik atau pertentangan yang terjadi
dalam masyarakat.
KONFLIK
KONFLIK RASIAL
PRIBADI
KONFIK ANTAR
KELAS-KELAS
SOSIAL
KONFLIK
KONFLIK INTERNAS
POLITIK IONAL
Dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan bentuk-
bentuk konflik
Konflik dengan orang tua sendiri
Konflik dengan anak-anak sendiri
Konflik dengan keluarga
Konflik dengan orang lain
Konflik dengan suami istri
Konflik di sekolah
Konflik dalam pemilihan pekerjaan
Konflik agama
Konflik pribadi
Dampak Sebuah Konflik
Konflik dapat memiliki dampak atau akibat positif maupun negative
Segi positif konflik adalah sebagai berikut.
Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas
atau masih belum tuntas ditelaah.
Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma,
nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok
bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok
Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-
group solidarity) yang sedang berkonflik dengan kelompok lain.
Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan
antarindividu dan kelompok
Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama
dan menciptakan norma-norma baru
Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai
keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam
masyarakat
Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang
berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang
Seginegative suatu konflik adalah sebagai berikut.
Keretakan hubungan antar individu dan persatuan
kelompok
Kerusakan harta benda dan jatuhnya korban manusia
Berubahnya sikap kepribadian para individu, baik
yang mengarah pada hal-hal positif atau negative
Munculnya dominasi kelompok pemenang atas
kelompok yang kalah
Kekerasan
Kekerasan adalah bentuk lanjutan dari konflik sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekerasan
didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok
yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kekerasan identik dengan
tindakan melukai orang lain dengan sengaja, membunuh,
atau memperkosa. Kekerasan seperti itu sering disebut
sebagai kekerasan langsung (direct violence). Kekerasan
juga menyangkut tindakan-tindakan seperti mengekang,
mengurangi atau meniadakan hak seseorang,
mengintimidasi, memfitnah, dan menteror orang lain.
Jenis kekerasan yang terakhir disebut kekerasan tidak
langsung (indirect violence)
Teori-Teori tentang Kekerasan
1.Teori Faktor Individual
Agresivitas perilaku seseorang dapat menyebabkan timbulnya
kekerasan. Faktor penyebab perilaku kekerasan adalah faktor pribadi
dan faktor sosial. Faktor pribadi meliputi kelainan jiwa, seperti
psikopat, psikoneurosis, frustasi kronis, serta pengaruh obat bius.
Faktor yang bersifat sosial, antara lain konflik rumah tangga, faktor
budaya, dan media massa.
2.Teori Faktor Kelompok
Terjadi karena benturan identitas kelompok yang berbeda. Contohnya
konflik antarsupoter bola
3.Teori Dinamika Kelompok
Kekerasan yang timbul karena adanya deprivasi relative (kehilangan
rasa memiliki) yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat. Artinya,
perubahan-perubahan sosial yang terjadi demikian cepat dalam
sebuah masyarakat dan tidak mampu ditanggapi dengan seimbang
oleh sistem sosial dan nilai masyarakatnya.
Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan
Konsiliasi
Bentuk pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga-
lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan
pengambilan keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang
bertikai.
Mediasi
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila
kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak
ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan
pemikiran atau nasihat-nasihatnya tentang cara terbaik dalam
menyelesaikan pertentangan mereka.
Arbitrasi
Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua
belah pihak yang berkonflik sepakat untuk menerima atau
terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan
memberikan keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik
INTERGRASI SOSIAL
Integrasi adalah sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga
menjadi suatu kesatuan yang utuh. Integrasi berasal dari bahasa
inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat
sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana
kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas
terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-
masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam
suatu sistem sosial tertentu
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang
dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah
unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar
meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan
fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut pandangan para
penganut fungsionalisme struktur sistem sosial
senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas
tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota
masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat
fundamental (mendasar)
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat
sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial
(cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara
kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera
dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting
loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai
kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi
atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di
antara berbagai kelompok.
Integrasisosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat
memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-
norma, dan pranata-pranata sosial
Bentuk Integrasi Sosial
ASIMIlASI
ALKUTURASI
penerimaan sebagian unsur-unsur
asing tanpa menghilangkan
kebudayaan asli.
Faktor-Faktor Pendorong
internal
ekster
nal
Tuntutan perkembangan zaman
Persamaan kebudayaan
Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
Persaman visi, misi, dan tujuan
Sikap toleransi
Adanya konsensus nilai
Adanya tantangan dari luar
Syarat Keberhasilan Integrasi Sosial
1. Untuk meningkatkan integrasi sosial setiap individu harus
dapat mengendalikan perbedaan atau konflik yang terdapat pada
suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat harus saling dapat mengisi
kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.
3. Terciptanya kesepakatan bersama mengenai norma-
norma dan nilai-nilai sosial untuk menjadi pedoman
hidup bermasyarakat.
FINISH