Anda di halaman 1dari 27

TUGAS SOSIOLOGI

NAMA : ALFAEZA

KELAS : XI MIA 7

SEKOLAH : SMA NEGERI 3 PALU


BAB IV
Perbedaan, Kesetaraan, Dan
Harmoni Sosial
A. Struktur Sosial
Pengertian dan Ciri Struktur Sosial

Wiliam Kornblum menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku individu dan kelompok, yaitu
pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam
masyarakat. Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara
posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial. Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai
sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Didalam tatanan sosial tersebut terkandung
hubungan timbal balik antara status dan peranan (dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial
tertentu). Status dan peranan tersebut menunjuk pada suatu keteraturan perilaku yang dapat
membentuk suatu masyarakat. Dengan demikian, secara sederhana dapat kita katakan bahwa struktur
sosial adalah keseluruhan jalinan antar unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial,
lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial.

Dalam struktur sosial dikenal dua konsep penting yaitu status dan peran (role). Ralf Linton
mendefinisikan status sebagai suatu kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran merupakan aspek
dinamis dari status seseorang.
 
Fungsi dan Bentuk Struktur Sosial

Mayor Polak menyatakan bahwa struktur sosial dapat berfungsi sebagai pengawas
sosial, yakni sebagai penekan kemungkinan pelanggaran terhadap norma, nilai dan
pelaturan kelompok atau masyarakat. Struktur sosial juga dapat berfungsi sebagai
dasar untuk menanamkan disiplin sosial kelompok atau masyarakat.

Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat secara
horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan adanya
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama dan adat. Secara
vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan lapisan sosial. Dalam banyak literature, struktur sosial horizontal disebut
diferensiasi sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal disebut stratifikasi sosial.
B. Diferensiasi Sosial
Pengertian Diferensiasi Sosial
Salah satu bentuk struktur sosial adalah

Salah satu bentuk struktur sosial adalah diferensiasi sosial. Menurut kamus
sosiologi diferensiasi sosial adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap
perbedaan-perbedaan tertentu yang bisaanya sama atau sejenis. Pengertian
sama disini menunjuk pada klasifikasi masyarakat secara horizontal, mendatar
atau sejajar.

Dalam masyarakat majemuk (plural society), pengelompokan horizontal yang


didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klan dan agama disebut
dengan istilah kemajemukan sosial. Pengelompokan berdasarkan perbedaan
profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Kemajemukan sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan :
1. Berdasarkan ciri fisik
Misalnya, warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, bentuk hidung, dan bentuk rahang. Ciri-ciri
fisik tersebut disebut ciri-ciri fenotip kuantitatif.
 
2. Berdasarkan ciri sosial
Timbul karena adanya perbedaan pekerjaan yang menimbulkan perbedaan cara pandang dan
pola perilaku dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini adalah perbedaan peran, prestise
dan kekuasaan. Contohnya pola perilaku guru akan berbeda dengan pola perilaku tentara.
 
3. Berdasarkan ciri budaya
Berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang
dianutnya, seperti religi, system kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasilnya dapat
dilihat dari pakaian, adat istiadat, Bahasa, kesenian, arsitektur dan agama.

Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial


Beberapa bentuk diferensiasi sosial diantaranya adalah diferensiasi ras, diferensiasi suku
bangsa, diferensiasi klan, diferensiasi agama, diferensiasi profesi, dan diferensiasi jenis kelamin.


Diferensiasi Ras
Ras adalah kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Menurut Ralf Linton
secara garis besar, manusia dibagi dalam tiga kelompok ras utama :
1. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri fisik kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan
sedikit, dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua yaitu, Mongoloid Asia
dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari subras Tionghoa (Taiwan, Jepang, Vietnam) dan subras melayu
(Malaysia, Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri dari orang-orang Indian di Amerika.
 
2. Ras Negroid memiliki ciri-ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan kelopak mata lurus. Dibagi
menjadi lima subras, yaitu Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan Hontentot-Boysesman.
 
3. Ras kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang kemerah-merahan sampai
coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Dibagi menjadi lima subras, yaitu Nordic, Alpin, Mediteran,
Armenoid, dan India.

Indonesia sebagai Negara kepulauan (archipelago) didiami oleh bermacam-macam subras, yaitu :
1. Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya
2. Vedroid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tonum di Sulawesi
3. Neo Melanosoid, yaitu penduduk di Kepulauan Kei dan Aru
4. Melayu terdiri atas :
   a. Melayu tua (Proto Melayu) yaitu suku Batak, Toraja dan Dayak
   b. Melayu muda (Deutro Melayu) yaitu Aceh, Minang, Bugis, Makassar, Jawa, dan Sunda.


Ciri-ciri fisik setiap ras berbeda karena beberapa faktor berikut.
1. Kondisi geografis dan iklim
2. Faktor makanan
3. Faktor perkawinan (amalgamasi)

Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)


Suku bangsa merupakan hasil dari system kekerabatan yang lebih luas. Masyarakat
dalam system kekerabatan ini tetap percaya bahwa mereka memiliki ikatan darah dan
berasal dari nenek moyang yang sama.

Diferensiasi Klan
Klan sering juga disebut kerabat, keluarga besar, atau keluarga luas (extended
family). Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua bentuk klan utama, yakni klan atas
dasar garis keturunan ibu (matrilinier) dan atas dasar garis keturunan ayah
(patrilineal).


C. Stratifikasi Sosial
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu system sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
.
kekuasaan, hak istimewa, dan prestise
Faktor Penyebab Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi dalam
masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian, umur, fisik,
jenis kelamin, sifat keaslian keanggotaan masyarakat, dan harta benda.

Beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam masyarakat,
menurut Wila Huky adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan ras dan budaya.
2. Pembagian tugas yang terspesialisasi.
3. Kelangkaan.
Dasar Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat
Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan adanya sesuatu yang dihargai lebih.
1. Kekayaan
2. Kekuasaan
3. Keturunan
4. Pendidikan
5. Status atau kedudukan
6. Peran (role)
Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial dibedakan menjadi:
1. Stratifikasi sosial tertutup
Adalah bentuk stratifikasi yang anggota dari setiap stratanya sulit melakukan mobilitas vertical. Karenanya,
stratifikasi sosial jenis ini bersifat diskriminatif, contohnya system kasta, masyarakat rasialis, dan
masyarakat feudal.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka
Bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitas sangat besar. Maksudnya, setiap anggota strata dapat
bebas berpindah strata sosial, baik vertical maupun horizontal. Walaupun kenyataannya mobilitas harus
melalui perjuangan berat, kemungkinan untuk berpindah strata slalu ada. Contoh doctor, pengusaha atau
guru

3. Stratifikasi Sosial Campuran


merupakan kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka. Missal seseorang yang memiliki
kasta Brahmana di Bali pindah ke Jakarta
Fungsi Stratifikasi Sosial
1. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif
2. Menjadi system pertanggaan pada strata yang berhubungan dengan kewibawaan dan penghargaan
3. Kriteria system pertentangan dan persaingan
4. Penentu lambing-lambang (symbol status) atau kedudukan
5. Penentu tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok yang menduduki system sosial yang sama
dalam masyarakat
BAB V

Konflik, Kekerasan, dan Upaya Penyelesaiannya


Pengaruh Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial
Secara umum, diferensiasi dan stratifikasi sosial memberikan pengaruh positif dan negative
pada masyarakat. Pengaruh positifnya, diferensiasi dan stratifikasi sosial dapat mendorong
terjadinya integrase sosial, sedangkan pengaruh negatifnya adalah terjadinya disintegrasi
sosial. Diferensiasi sosial dapat menimbulkan primordialisme, etnosentrisme, politik aliran, dan
terjadinya proses konsolidasi.

Primordialisme
Salah satu konsekuensi dari adanya diferensiasi sosial adalah terjadinya primordialisme.
Primordialisme merupakan pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang teguh
pada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu, seperti suku bangsa, ras, dan
agama. Istilah primordialisme berasal dari kata Bahasa Latin “primus” yang artinya pertama dan
“ordiri” yang artinya tenunan atau ikatan. Dengan demikian, kata primordial(isme) dapat berarti
ikatan-ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial, dengan hal-hal yang dibawanya sejak
lahir seperti suku bangsa, ras, klan, asal usul kedaerahan, dan agama.
Etnosentrisme
Primordialisme yang berlebihan juga akan menghasilkan sebuah pandangan subjektif yang
disebut etnosentrisme atau fanatisme suku bangsa. Etnosentrisme adalah suatu sikap menilai
kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di
masyarakatnya. Karena yang dipakai adalah ukuran-ukuran masyarakatnya, maka orang akan
selalu menganggap kebudayaannya memiliki nilai lebih tinggi daripada kebudayaan masyarakat
lain.

Politik Aliran (Sektarian)


Politik aliran merupakan keadaan dimana sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi
oleh sejumlah organisasi massa (ormas), baik formal maupun informal. Tali pengikat antara
kelompok dan organisasi-organisasi massa ini adalah ideologi atau aliran (sekte) tertentu.
Contohnya, partai politik PKB yang dikelilingi oleh ormas-ormas NU.
Konsolidasi
Berasal dari kata “consolidation” yang berarti penguatan atau pengukuhan. Konsolidasi memiliki
dua sisi, yaitu sisi ke dalam dan sisi keluar. Konsolidasi dengan sisi kedalam akan memperkuat
solidaritas kedalam suatu organisasi atau himpunan. Sebaliknya, konsolidasi dengan sisi keluar
dapat menimbulkan sikap antipati dan kecurigaan terhadap organisasi lain.
Pengertian Konflik
Secara sosiologis, konflik dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih atau
dapat juga kelompok yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau
membuatnya tidak berdaya

1    Soerjono Soekanto


Mengatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau
kekerasan.
2    Lewis A. Coser
Berpendapat bahwa konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan,
bermaksud untuk menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.
3    Gillin dan Gillin
Melihat konflik sebagai bagian dari proses interaksi sosial manusia yang saling berlawanan. Artinya, konflik
adalah bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaanperbedaan baik fisik, emosi,
kebudayaan, dan perilaku. Atau dengan kata lain konflik adalah salah satu proses interaksi sosial yang
bersifat disosiatif.
4    De Moor
Dalam suatu sistem sosial dapat dikatakan terdapat konflik apabila para penghuni sistem tersebut membiarkan
dirinya dibimbing oleh tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang bertentangan dan terjadi secara besar-besaran.
5    Robert M. Z. Lawang
Konflik merupakan sebuah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan
dan sebagainya. Tujuan dari mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh kemenangan, tetapi
juga untuk menundukkan pesaingnya (lawannya).
Bentuk-Bentuk Konflik
Konflik merupakan gejala sosial yang seringkali muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa
bentuk konflik dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda

 Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kelima
bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik antarkelas sosial, dan konflik yang
bersifat internasional.
 Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena masalah-masalah pribadi atau
perbedaan pandangan antarpribadi dalam menyikapi suatu hal. Misalnya individu yang terlibat utang, atau
masalah pembagian warisan dalam keluarga.
 Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politis yang berbeda antara seseorang
atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas
perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat kampanye.
 Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena adanya kepentingan dan
kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antara orang-orang kulit hitam dengan kulit putih
akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika Serikat dan Afrika Selatan.
 Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan di
antara kelaskelas yang ada di masyarakat. Misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah
perusahaan yang menuntut kenaikan upah.
 Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena
perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya konflik antara negara Irak dan Amerika Serikat yang
melibatkan beberapa negara besar.
Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu
sebagai berikut.
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik peran. Konflik
peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari
bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau organisasi internasional.

Sedangkan Lewis A. Coser membedakan konflik atas bentuk dan tempat terjadinya konflik.


Konflik Berdasarkan Bentuk,
Berdasarkan bentuknya, kita mengenal konflik realistis dan konflik nonrealistis.
1. Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutan-
tuntutan maupun perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan-hubungan sosial.
Misalnya beberapa orang karyawan melakukan aksi mogok kerja karena tidak sepakat dengan kebijakan
yang telah dibuat oleh perusahaan.
2. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang bertentangan,
tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Misalnya
penggunaan jasa ilmu gaib atau dukun dalam usaha untuk membalas dendam atas perlakuan yang
membuat seseorang turun pangkat pada suatu perusahaan.
3. Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya
Berdasarkan tempat terjadinya, kita mengenal konflik in-group dan konflik out-group.
Pengertian Kekerasan
Pada ulasan di atas telah dapat kita lihat bersama bahwa sebuah konflik dapat muncul apabila disertai
dengan luapan perasaan tidak suka, benci, dan lain sebagainya, bahkan sampai disertai munculnya
keinginan untuk menghancurkan atau menghabisi lawan atau pihak lain. Apabila keinginan tersebut
diwujudkan dalam sebuah tindakan.

Bentuk-Bentuk Kekerasan
Dalam kehidupan nyata di masyarakat, kita dapat menjumpai berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh
anggota masyarakat yang satu terhadap anggota masyarakat yang lain. Misalnya pembunuhan,
penganiayaan, intimidasi, pemukulan, fitnah, pemerkosaan, dan lain-lain. Dari berbagai bentuk
kekerasan itu sebenarnya dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu kekerasan langsung dan
kekerasan tidak langsung.

1. Kekerasan langsung (direct violent) adalah suatu bentuk kekerasan yang dilakukan secara langsung
terhadap pihakpihak yang ingin dicederai atau dilukai. Bentuk kekerasan ini cenderung ada pada
tindakan-tindakan, seperti melukai orang lain dengan sengaja, membunuh orang lain, menganiaya, dan
memperkosa.
2. Kekerasan tidak langsung (indirect violent) adalah suatu bentuk kekerasan yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain melalui sarana. Bentuk kekerasan ini cenderung ada
Penyelesaian Konflik
Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan
Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa melekat dalam kehidupan setiap masyarakat. Sebagai gejala
sosial, konflik hanya akan hilang bersama hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang dapat
kita lakukan adalah mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang menjadi kekerasan (violence).
Pada umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan konflik di dalam tubuhnya.
Beberapa sosiolog menyebutnya sebagai katup penyelamat (safety valve), yaitu mekanisme khusus yang
dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik. Lewis A. Coser melihat katup
penyelemat sebagai jalan keluar yang dapat meredakan permusuhan antara dua pihak yang berlawanan.

Secara umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial:


1. Konsiliasi
Bentuk pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi
dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai.
2.    Mediasi
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk
menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan pemikiran atau nasihat-
nasihatnya tentang cara terbaik dalam menyelesaikan pertentangan mereka.
3.    Arbitrasi
Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat untuk
menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan tertentu
untuk menyelesaikan konflik.
Sementara itu George Simmel mengatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan konflik, yaitu sebagai berikut.
1. Kemenangan di salah satu pihak atas pihak lainnya.
2. Kompromi atau perundingan di antara pihak-pihak yang bertikai, sehingga tidak ada
pihak yang sepenuhnya menang dan tidak ada pihak yang merasa kalah. Contohnya,
perundingan di Helsinki, Finlandia tentang penyelesaian permasalahan Gerakan
Separatis Aceh Merdeka (GAM) dengan Republik Indonesia beberapa waktu yang lalu,
yang akhirnya mencapai kesepakatan bahwa Nangroe Aceh Darussalam masih menjadi
bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai. Hal ini akan mengembalikan suasana
persahabatan dan saling percaya di antara pihak-pihak yang bertikai tersebut.
Contohnya dalam penyelesaian konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia
mengenai kepulauan Sipadan dan Ligitan.
4. Saling memaafkan atau salah satu pihak memaafkan pihak yang lain.
Kesepakatan untuk tidak berkonflik.
 
BAB VI

INTEGRASI DAN REINTEGRASI


Pengertian Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat
sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi
perbedaan kedudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma.

Adapun Pengertian Integrasi Sosial menurut para ahli, sebagai berikut.


Abu Ahmadi
Integrasi Sosial merupakan integrasi yang memiliki kerjasama dari seluruh anggota masyarakat,
mulai dari tingkat individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat sehingga menghasilkan
sebuah kesepakatan nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.
Michael Banton
Integrasi Sosial merupakan suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam
masyarakat tetapi tidak memberikan fungsi yang penting pada perbedan ras tersebut.
Faktor-faktor suatu integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat. Berikut
ini faktor-faktornya:
Homogenitas kelompok
Besar kecilnya kelompok
Mobilitas geografis
Efektivitas komunikasi
 
Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial
Integrasi Normatif
Integrasi normatif dapat diartikan sebagai bentuk integrasi yang terjadi akibat
adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam
masyarakat. Dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing pihak yang
ada dalam sebuah masyarakat.
Integrasi koersif
Integrasi koersif terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Dalam
hal ini penguasa menerapkan cara-cara koersif (kekerasan).
  

Proses integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut:


Proses Interaksi
Proses interaksi merupakan proses paling awal untuk membangun suatu kerja sama dengan ditandai adanya
kecenderungan-kecenderungan positif yang dapat melahirkan aktivitas bersama.
Proses Identifikasi
Proses interaksi dapat berlanjut menjadi proses identifikasi manakala masing-masing pihak dapat menerima dan memahami
keberadaan pihak lain seutuhnya. Pada dasarnya, proses identifikasi adalah proses untuk memahami sifat dan keberadaan
orang lain.
Kerjasama (Kooperation)
Menurut Charles H Cooley mengatakan bahwa kerja sama timbul apa bila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama,kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang
berguna.
Proses Akomodasi
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak
lawan,sehingga lawan tersebut kehilangan kepribadiannya
Proses Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-
kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Proses Integrasi
Proses integrasi merupakan proses penyesuaian antar unsur masyarakat yang berbeda hingga membentuk suatu
keserasian fungsi dalam kehidupan. Dalam integrasi sosial, terdapat kesamaan pola pikir, gerak langkah, tujuan dan
orientasi serta keserasian fungsi dalam kehidupan. Adanya hal ini dapat mewujudkan keteraturan sosial dalam masyarakat.
Syarat – syarat kebudayaan asing agar mudah diterima
1. Tidak ada hambatan geografis, seperti daerah yang sulit di jangkau
2. Kebudayaan yang datang memberikan manfaat yang lebih besar bila dibandingkan dengan
kebudayaan yang lama.
3. Adanya persamaan dengan unsur-unsur kebudayaan lama
4. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan tertentu
5. Kebudayaan itu bersifat kebendaan
Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Sosial
1. Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda
2. Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda
3. Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. Perkawinan campuran (amalgamation)
7. Adanya musuh bersama dari luar sehingga dapat memperkuat kesatuan masyarakat atau kelompok yang
mengalami ancaman musuh tersebut
REINTEGRASI SOSIAL
Pengertian Reintegrasi Sosial
Reintegrasi sosial adalah sebagian upaya untuk membangun kembali
kepercayaan, modal sosial, dan kohesi sosial. Proses ini bukanlah proses
yang mudah. Proses ini cukup sulit dan memakan waktu yang lama
Disintegrasi atau disorganisasi adalah perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat membuat pudarnya norma-
norma dan nilai-nilai dalam masyarakat
Dalam reintegrasi sosial sarana mengendalikan konflik sangat dibutuhkan
oleh masyarakat yang berkonflik dengan tujuan untuk menetralkan
ketegangan-ketegangan yang timbul dari dampak konflik .
Contohnya:
Melalui  kompromi antara perwakilan
Yang berkonflik melakukan perdamaian dan menyadari kesalahan-
kesalahan tindakan yang telah diperbuatnya
 

Anda mungkin juga menyukai