Anda di halaman 1dari 50

Analisa Tinja

Dr. Eirene Jaquelene K.T., SpPK


Departemen Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Sasaran
 Memahami tujuan pemeriksaan analisa tinja
 Memahami proses pengumpulan sampel tinja
 Memahami parameter pemeriksaan analisa tinja
 Memahami pemeriksaan darah samar
Proses Pembentukan Tinja

 Sistem pencernaan merupakan saluran pencernaan


dari mulut  anus
 Traktusgastrointestinal memproses makanan yang
dikonsumsi melalui proses digesti dan eliminasi.
 Feses berasal dari sisa makanan dan minuman yang
dikonsumsi.
Tujuan Analisa Tinja

 Pemeriksaan
analisa feses dapat membantu dalam
menentukan diagnosis berbagai gangguan saluran cerna:
o Menentukan penyebab diare (parasit)
o Membantu melihat keadaan malabsorbsi atau maldigesti
o Mendeteksi darah samar
Penampungan Sampel Tinja

bedpan Wadah/container
Penampungan Sampel Tinja
 Wadah sampel harus bersih, kering tertutup rapat dan anti
bocor, tidak mengandung sisa-sisa deterjen
 Tinja tidak boleh terkontaminasi air/urine/darah menstruasi
o Air mengandung bahan oksidasi kuat sebagai pembersih
yang bisa menganggu dengan pemeriksaan laboratorium
o Urine dapat merusak protozoa (pasien berkemih sebelum
menampung tinja)
o Darah menstruasi  darah pada tinja (+) palsu
 Pemeriksaan kuantitatif  perlu penampungan tinja selama
3 hari
Penampungan Sampel Tinja

 Pada bayi dan orang tua yang inkontinensia tinja dapat


diambil dari diapers.
 Sampel tinja dapat dikumpulkan dari kantong ostomi
sementara.
 Sebaiknya gunakan wadah penampung sampel tinja
yang memiliki sendok pada tutupnya. Sendok berguna
untuk mengambil sampel dari bedpan.
 Ambil sebanyak 2.5 cm untuk panjang tinja atau 64.7
mg untuk tinja cair.
Penampungan Spesimen Tinja

 Tidakboleh mengambil sampel tinja yang sudah


tercampur air di toilet karena sudah
terkontaminasi dengan bakteri dari air toilet.
 Untukmendapat hasil yang terbaik tinja sudah
diproses dalam waktu 2 jam setelah pengambilan.
Pemeriksaan Tinja (Rutin)

Makroskopik Mikroskopik
 Warna  Sel epitel
 Konsistensi  Leukosit
 Lendir  Eritrosit
 Darah
 Telur Cacing
 Parasit
 Amuba
 Sisa makanan (serat otot, serat
tumbuhan, lemak)
Makroskopik
 Melihat secara visual warna, konsistensi dan
bentuk, adanya mukus, lendir atau darah.
 Warna normal pada tinja adalah coklat tua,
disebabkan oksidasi urobilinogen menjadi urobilin
 Warna tinja dipengaruhi juga oleh jenis makanan,
kelainan dalam saluran cerna dan oleh obat –
obatan yang diberikan.
Warna Tinja
Pembentukan Warna Feses
 Tubuh meggunakan protoporifin  bilirubin.
 Bilirubin + albumin ke sirkulasi  masuk ke hati
 D hati bilirubin di konjugasi dengan asam
glukuronat oleh glukuronil trasferase  bilirubin
terkonjugasi ( bilirubin diglukoronida).
 Masuk ke saluran empedu  saluran pencernaan
 bakteri mereduksi bilirubin  urobilinogen 
okidasi menjadi urobilin  ekskresi di feses
(membuat warna feses coklat)
Warna tinja Penyebab
Coklat Warna tinja normal
Hijau Sayuran hijau, biliverdin/antibiotika oral

Merah Perdarahan saluran cerna bagian bawah

Kuning Infeksi (Giardia, indikasi hiperaktivitas usus)

Biru Indikasi penyakit pada bayi atau makanan


mengandung zat warna biru
Putih, abu-abu Sumbatan di saluran empedu, pemberian barium
sulfat
Hitam Perdarahan saluran cerna bagian atas, suplemen zat
besi, charcoal/arang (norit), bismuth (antasida)
Konsistensi dan bentuk

 Normal : membentuk massa, bentuk umumnya


silinder, lunak
 Lembek : mengindikasikan peningkatan air dalam
tinja, cair (diare), kecil dan keras (konstipasi)
 Bentukseperti pita, pipih  indikasi adanya
obstruksi lumen intestinal
 Bentuk tebal berbusa  indikasi adanya sumbatan
di saluran empedu, kelainan pankreas
Mukus atau lendir
 Suatu substansi yang gelatinous dan tak berwarna
(translusen)
 Normalterdapat mukus tetapi tidak tampak dengan kasat
mata, bila terlihat mukus/lendir:
o Lendir  ada inflamasi/iritasi saluran cerna. Dapat juga
disebabkan kolitis patologik atau mengejan yang
berlebihan saat buang air besar.
o Lendir disertai darah  ada infeksi
bakteri/amuba/keganasan.
 Adanya lendir harus dilaporkan
Parasit

 Dilihatapakah ada cacing seperti Ascaris, atau


ancylostoma
Mikroskopik
 Dilihat menggunakan mikroskop dengan pembesaran objektif 40x
 Hal – hal yang diobservasi:
oSel epitel  larutan salin 0.9%
oLeukosit  larutan asam asetat 10%
oEritrosit  larutan salin 0.9%
oTelur Cacing  larutan eosin 1-2% atau larutan lugol 1-2%
oAmuba  larutan eosin 1-2% atau larutan lugol 1-2%
oSisa makanan (serat otot, serat tumbuhan, lemak)
Nilai Rujukan Pemeriksaan Mikroskopik

 Lekosit : tidak ada


 Eritrosit : tidak ada
 Serat otot dan tumbuhan : sedikit
 Lemak < 60 globul/LPB
Sel epitel

 Normal: dapat ditemukan sel epitel yang berasal


dari dinding usus bagian distal (kolon)
 Jumlah sel epitel meningkat pada keadaan
inflamasi dinding usus
Leukosit

 Normal : negatif
 Jumlah meningkat (1-3/LPB) pada keadaan : inflamasi &
invasif
 Leukosit terutama neutrophil dapat ditemukan pada
keadaan yang mengenai mukosa saluran cerna (colitis
ulserativa dan disentri bakteri)
 Sampel dapat diperiksa sebagai preparat basah yang
diwarnai dengan methylene blue atau preparat kering yang
diwarnai dengan cat Wright
Pewarnaan dengan Methylene Blue
Eritrosit

 Dihubungkan dengan perdarahan saluran cerna


 Dapatberkorelasi baik dengan pemeriksaan darah
samar tinja
Parasit/telur cacing

 Diperiksa menggunakan mikroskop dengan lensa


objektif 40x
 Gunakan larutan eosin 1-2% atau larutan lugol 1-2%
Sisa Makanan
 Berasal
dari makanan hewan (serat otot), tumbuhan (serat
tumbuhan), lemak
 Peningkatan sisa makanan yang tidak tercerna seperti serat
otot/serat tumbuhan  berkorelasi dengan maldigesti
terutama pada keadaan cystic fibrosis atau hipermotilitas
(waktu transit dalam usus cepat).
 Deteksi amilum/pati: larutan lugol  warna biru atau merah
 Deteksi lemak : larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam
alcohol 70%  tetes – tetes merah atau jingga
Serat otot
 Serat otot : bentuk persegi panjang, terdapat lurik silang.
 Serat otot meningkat bila > 10 serat otot/LPB (creatorrhea)
 Seratotot yang tidak terdapat lurik silang tidak dihitung
sebagai serat otot
Serat Otot
Serat Tumbuhan
Serat Tumbuhan
Serat Tumbuhan
Serat Tumbuhan
Lemak
Pelaporan Hasil

 Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu untuk


memilih bagian tinja yang memberi kemungkinan paling
besar untuk menemui kelainan.
 Contoh: daerah yang terdapat lendir atau yang
bercampur darah
 Hasilpemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat
kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –
(negatif), +, ++, atau +++ saja
Darah Samar

 Pemeriksaankimia feces yang terpenting adalah


pemeriksaan terhadap darah samar.
 Tesdarah samar ditujukan untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yg tdk dpt dinyatakan
secara makroskopik atau mikroskopik.
 Adanya darah dalam tinja selalu abnormal.
Pemeriksaan darah samar dapat dilakukan dengan
menggunakan:
A. Fecal Occult Blood (FOB).
B. Benzidine tes
Tablet Reagens dipengaruhi oleh:makanan yg
mempunyai aktifitas sebagai peroksidase (sering
positif palsu) misalnya daging, ikan, jagung,
bayam, wortel, bunga kol, brocoli, preparat besi.
Obat: Vitamin C, aspirin, anti inflamasi juga
dapat membuat (+) palsu.
 Hindarimakanan tsb selama 2 hari sblm
pemeriksaan darah samar.  
 Prinsip:Hb yg bersifat peroksidase akan
menguraikan H2O2 menjadi air dan “O2” nascens
(On). On akan mengoksidasi zat warna tertentu
shg menimbulkan perubahan warna dlm 30
detik.
 Hb +2H2O2  2H2O + O2
O2 + Guaiac  Oxidized Guaiac (biru)
FOBT (Hb & Transferrin)
 Untuk deteksi Hb & Trasnferin secara kualitatif
 Metode : imunokromatografi (ICT)
 Anti-human Hb & Anti-transferrin
 Tiga garis:
 Kontrol (C)
 Hemoglobin (Hb)
 Transferrin (Tf)
 Tidak ada reaksi silang dengan Hb & Tf hewan
Transferrin
 Transferrin adalah protein plasma yang membawa zat besi ke
hati, limpa, dan sumsum tulang
 Termasuk glikoprotein yang tahan terhadap degradasi bakteri
dan pemecahan oleh enzim pencernaan.
Transferrin Vs Hemoglobin

 Transferrin tahan terhadap degradasi bakteri dan proteolisis


oleh enzim pencernaan
 Haemoglobin didegradasi saat melewati traktus digestivus
 Deteksi Transferin di tinja  peluang mendeteksi kelainan di
saluran cerna bagian atas.
Procedures
Interpetasi hasil FOBT

Transferrin Hemoglobin Level perdarahan


+ + Perdarahan sal cerna atas dan/bawah
+ - Perdarahan sal cerna atas
- + Perdarahan sal cerna bawah
- - Tidak ada perdarahan sal cerna
Terima kasih
CONTOH SOAL
Yang BUKAN pemeriksaan makroskopis adalah:
a. Warna
b. Bau
c. Konsistensi
d. Jamur
e. Darah
Warna coklat dari feces disebabkan oleh:
a. Bilirubin
b. Urobilin
c. Sterkobilin
d. Bilirubin dan Urobilin
e. Bilirubin, Sterkobilin dan Urobilin
Untuk memperjelas lekosit pada pemeriksaan
Lekosit feces kita dapat menggunakan:
a. Asam cuka 10%
b. Asam sulfat 10%
c. Asam hidroclorida 10%
d. Asam asetat 10 %
e. Asam benzoat 10%
Hasil pemeriksaan feces seorang penderita sbb: darah
samar (+) cara Benzidin, RBC (-), Lekosit normal, sel
epitel tidak ditemukan, bakteri (+). Perbedaan hasil RBC
dgn darah samar tidak sesuai, hal ini dapat disebabkan:
a. Pemeriksa kurang berpengalaman.
b. Penderita tidak diet selama 1 hari.
c. Penderita sedang meminum obat aspirin dan vitamin C
d. Penderita sedang puasa.
e. Penderita sedang menderita diare
Pada kasus diatas, apa saran terbaik pada penderita:
a. Meminta penderita konsul ke dokter.
b. Meminta penderita periksa feces ulang keesokan
harinya.
c. Meminta penderita periksa feces ulang 2 hari lg dng
diet dan tidak minum obat/ vitamin C.
d. Meminta penderita periksa feces ulang 1 hari lg dng
diet dan tidak minum obat/ vitamin C
e. Penderita sudah menderita perdarahan saluran cerna
meskipun RBC tidak ditemukan dalam feces.

Anda mungkin juga menyukai