Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 1

PKB 2015
 Denti Suastikasari (15030194020)
 Sihaqqul Firdaus A. H (15030194025)
 Ellyana Firdaus (15030194030)
 Mila Anjarwati (15030194040)
 Dwi Retno Wulandari (15030194054)
 Rusdiana Dewi (15030194073)
 Puji Rahayu (15030194093)
 Putri Novitasari (15030194099)
Metakognitif
TEORI BELAJAR
Pengertian

Metakognitif
dalam kimia
METAKOGNITIF Klasifikasi

Strategi menumbuhkan
metakognitif dalam
pembelajaran
Pengertian
 Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada
tahun 1976.
 Wellman (1985) menyatakan bahwa: Metakognisi adalah suatu bentuk kognisi,
proses berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang melibatkan kontrol aktif atas
proses kognitif. 
 Flavell & Brown dalam menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan
(knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang
dalam proses belajarnya
 Berdasarkan beberapa pengertian metakognitif beberapa ahli di atas
disimpulkan bahwa metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita
sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya.
Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan
kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat
diistilahkan sebagai “thinking about thingking”.
Klasifikasi Metaognitif

Flavel dalam Kadir (2009) mengemukakan bahwa metakognisi terdiri dari :


1)Pengetahuan Metakognitif (Metacognitive knowledge), merujuk pada
pengetahuan uum tentang bagaiamana seseorang belajar dan memproses informasi,
seperti pengetahuan seseorang tentang proses belajar dirinya sendiri. (Romli, 2010)
2)Pengalaman atau pengaturan metakognitif (metacognitive experience or
regulation), merujuk pada kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan
kognitif untuk memperoleh tujuan kognitifnya.
Marsano Et Al dalam Khadir (2009) mengemukakan bahwa metakognisi
dapat diorganisasikan ke beberapa domain, diantaranya :
1) Pengaturan diri sendiri (self regulating skill) yang meliputi komitmen
pada tugas-tugas akademik, sikap positif siswa terhadap tugas akademik,
dan pengontrolan perhatian terhadap kebutuhan tugas akademik.
2) Penggunaan jenis-jenis pengetahuan (tipes of knowledge) meliputi
pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional.
3) Mengontrol pelaksanaan (excecutive control skill) yang meliputi
keterampilan mengevaluasi, merencanakan dan keterampilan memantau
proses.
Strategi Menumbuhkan Metakognitif
dalam Pembelajaran
Huitt mengemukakan strategi yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan
metakognitif siswa, yaitu:
1) Mintalah siswa untuk memonitor belajar
2) Mintalah siswa mempelajari strategi –strategi belajar , seperti SQ3R dan SQ4R
3) Mintalah siswa membuat prediksi tentang informasi yang akan dipresentasikan
berdasarkan apa yang telah mereka baca
4) Mintalah siswa menghubungkan ide-ide untuk membentuk struktur pengetahuan
5) Mintalah siswa membuat pertanyaan; bertanya pada diri mereka sendiri tentang apa yang
terjadi disekeliling mereka
6) Bantulah siswa untuk mengetahui kapan bertanya untuk membantu
7) Tunjukkan siswa bagaimana mentransfer pengetahuan , sikap, nilai, dan keterampilan
pada situasi atau tuas yang lain
Blakey & Spence dalam Romli (2010) mengemukakan strategi-strategi atau langkah-langkah
untuk meningkatkan keterampilan metakognitif siswa, yaitu:
1) Mengidentifikasi “apa yang diketahui” dan “apa yang tidak diketahui”
Memulai aktivitas pengamatan, siswa perlu membuat keputusan yang disadari tentang pengetahuan
mereka. Pertama-tama siswa menulis “apa yang sudah saya ketahui tentang...” dan “apa yang ingin
saya pelajari tentang...”
Dengan menyelidiki suatu topik, siswa akan memverifikasi, mengklasifikasi dan mengembangkan, atau
mengubah pernyataan awal mereka dengan informasi yang akurat.
1) Berbicara tentang berfikir
Selama membuat perencanaan dan memecahkan masalah, guru boleh “memberikan pemikiran” (think
aloud), sehingga siswa dapat ikut mendemonstrasikan proses berfikir.
3) Membuat jurnal berfikir
Cara lain untuk mengembangkan metakognitif adalah melalui penggunaan jurnal atau catatan belajar.
Jurnal ini berupa buku harian dimana setiap siswa merefleksi berfikir mereka, membuat catatan
tentang kesadaran mereka terhadap kedwiartian (ambiguitis) dan ketidakkonsistenan, dan komentar
tentang bagimana mereka berurusan/menghadapi kesulitan.
4) Membuat perencanaan dan self regulation
Siswa harus mulai bekerja meningkatkan responsibilitas untuk merencanakan dan meregulasi belajar
mereka. Sulit bagi pembelajar menjadi orang yang mampu mengatur diri sendiri (self-directed) ketika
belajar direncanakan dan dimonitori oleh orang lain.
5) Melaporkan kembali proses berfikir
Aktivitas terakhir adalah memfokuskan diskusi siswa pada proses berfikir untuk mengembangkan
kesadaran tentang strategi-strategi yang dapat daplikasikan pada situasi belajar yang lain. Metode tiga
langkah dapat digunakan, pertama guru mengarahkan siswa untuk mereviw aktifitas, mengumpulkan
data tentang proses berfikir. Kemudian kelompok mengklasifikasikan ide-ide yang terkait,
mengidentifikasi strategi yang digunakan, dan selanjutnya siswa mengevaluasi keberhasilan,
membuang strategi-strategi yang tidak tepat, mengidentifikasi strategi yang dapat digunakan
kemudian, dan mencari pendekatan alternatif yang menjanjikan.
6) Evaluasi diri
Mengarahkan pengalaman-pengalaman evaluasi diri dapat diawali dengan pertemuan individual dan
daftar-daftar yang berfokus pada proses berfikir. Secara bertahap, evaluasi diri akan lebih banyak
diaplikasikan secara independen.
Metakognitif dalam kimia
 Untuk mengetahui keterampilan metakognitif siswa adalah dengan memberikan tes
soal yang telah terintegrasi dengan keterampilan metakognitif dan inventori
metakognitif kepada siswa untuk dianalisis bagaimana mereka memberikan
jawaban terhadap soal tes dan inventori. pelaksanaan rancangan penelitian ini
memiliki tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis.
 Pengumpulan data dalam penelitian melalui metode tes dan angket. Metode tes
digunakan untuk mengetahui keterampilan meakognitif siswa melalui soal tes,
sedangkan metode angket digunakan untuk mengetahui keterampilan metakognitif
siswa melalui inventori metakognitif. Soal tes keterampilan metakognitif berisi
perintah yang meminta siswa membuat tahapan metakognisi yang meliputi
keterampilan merencanakan (planning skill), keterampilan memonitor (monitoring
skill), dan keterampilan mengevaluasi (evaluation skill) dalam menyelesaikan
permasalahan dalam soal.
 Pada saat mengerjakan lembar soal keterampilan metakognitif, siswa telah
menggunakan pengetahuan awalnya untuk membantu mengerjakan tugas,
pengetahuan awal siswa yang dimaksud adalah mengenai pengetahuan yang
telah didapatkan pada materi asam basa seperti rumus penentuan pH, rumus
menentukan konsentrasi larutan, reaksi penetralan, reaksi ionisasi, penentuan
kation dan anion pada suatu senyawa, contoh asam kuat dan asam lemah, serta
contoh basa kuat dan basa lemah.
 Selanjutnya, dalam mengerjakan soal keterampilan metakognitif, siswa
mengetahui hal apa saja yang perlu dilakukan terlebih dahulu dalam
menyelesaikan tugas, salah satu contohnya adalah dalam mengerjakan soal
hidrolisis garam untuk menentukan pH larutan yang tidak diketahui konsentrasi
garamnya, siswa tidak bisa langsung menenukan pH larutan, tetapi siswa terlebih
dahulu harus menentuan konsentrasi garam dengan mencari mol garam tersebut.
Siswa juga telah mengatur waktu mereka dalam mengerjakan sial keterampilan
metakognitif yang dapat dilihat dari ketepatan waktu siswa dalam
mengumpulkan jawaban soal keterampilan metakognitif.
 Pada saat memantau, siswa melakukan aksi untuk pemecahan masalah,
mengingat informasi-informasi penting, serta mengecek apakah sudah
berada pada jalur yang benar. Dalam mengerjakan soal keterampilan
metakognitif, siswa melakukan aksi pemecahan masalah untuk mengerkan
soal hidrolisis salah satu contohnya adalah siswa menentukan konsentrasi
H+ untuk menentukan pH larutan, dalam menentukan konsentrasi H+ ini,
siswa juga harus mengingat informasi-informasi penting yang ada, seperti
rumus penentuan konsentrasi H+, nilai Kw, nilai Ka atau Kb, serta
konsentrasi garam yang akan dihitung pH-nya. Dalam mengerjakan soal ini
siswa juga mengecek apakah sudah berada dalam jalur yang benar, seperti
dalam penentuan pH garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat,
mereka menentukan kensentrasi OH-, bukan konsentrasi H+.
 Pada saat mengevaluasi, siswa tahu seberapa baik dia melakukan aksi
pemecahan masalah dengan meninjau kembali hal yang telah dikerjakan.
Dalam pengerjaan soal hidrolisis garam hal ini dapat terlihat pada
penijauan kembali harga pH yang didapatkan oleh siswa, serta meninjau
apakah ada hal yang terlewat dalam pengerjaan tugas.
 Untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikir siswa, keterampilan
metakognitif perlu dilatihkan secara berkala pada pembelajaran-
pembelajaran selanjutnya, baik dibidang mata pelajaran kimia maupun
mata pelajaran lain.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai